E-Magazine Solusi Mempromosikan Pariwisata Daerah ke Dunia
Media online kini makin dilirik hampir semua sektor untuk memperkenalkan sekaligus menjual produk dan jasanya. Begitupun dengan sektor pariwisata. Sayangnya, media baru yang tengah booming ini belum digarap dan dimanfaatkan seoptimal mungkin, terutama di kalangan pemerintah daerah. Alhasil tampilannya kurang maksimal sehingga informasi yang disampaikan tidak me-Nasional apalagi mendunia.
Workshop yang digelar selama 4 hari sejak 3-6 Juni 2014 di Yasmin Resort & Conference Hotel, Cipanas, Jawa Barat ini diikuti 30 peserta dari dinas kebudayaan dan pariwisata dari berbagai daerah di Indonesia.
Kepala Bidang Informasi Publik, Puskompublik, Kemenparekraf, Glory Hastanto menjelaskan workshop ini bertujuan memperkenalkan bahwa Kemenparekraf menyediakan e-magazine atau majalah elektronik khusus pariwisata dan ekonomi kreatif yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh daerah untuk mempromosikan potensi pariwisata dan ekonomi kreatifnya.
“Tujuan pengadaan e-magazine ini untuk menguatkan informasi wisata dengan sebaik-baiknya guna memenangkan pasar baik di dalam maupun luar negeri,” terangnya di Cipanas, Jawa Barat, Rabu (4/6).
Berdasarkan pengamatannya, website milik pemerintah dalam hal ini disbudpar daerah bahkan di pusat kebanyakan terlalu govermance style. Selain itu, informasi yang ditampilkan kurang update.
“Lewat workshop ini diharapkan pesertanya dapat membawa ilmu bagaimana membuat konten untuk e-magazine dan website dengan tampilan yang lebih menarik, menjual, dan bukan govermance style,” ujarnya.
Kata Glory, ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam membuat website maupun e-magazine ini, pertama konten yang terdiri atas ada tiga; teks foto, dan video.
Kedua SDM dalam hal ini tim redaksi yang terdiri atas redaktur, editor, penulis, fotografer, animator, dan lainnya. Dan ketiga, program kerja berupa penyediaan informasi pariwisata dan ekonomi kreatif masing-masing daerah, publikasi serta pencitraan.
Menurut Glory lagi, banyak keuntungan yang didapat dengan memasukkan atau meng-upload konten potensi parekraf daerah ke dalam e-magizine ini, antara lain pencitraan keunggulan lewat rangsangan tulisan, foto, dan video.
Selain itu kontennya dapat disosialisasikan melalui media sosial baik itu facebook, twitter, dan lainnya, sekaligus menjadi sarana promosi dan pemasaran yang mudah dikelola dengan aksesibilitas tinggi menembus pasar dunia dan berkapasitas besar dengan kata lain unlimited content.
Keuntungan lainnya menjadi sarana mediasi antara producer dan buyer, baik domestik dan internasional. Dan terakhir tentunya saja potensi pariwisata dan ekonomi kreatif daerah akan mendunia atau go international.
Dalam workshop kali ini diisi dengan beberapa diskusi terkait dengan menghadirkan beberapa nara sumber, antara lain Budi Suprianto yang membawakan makalah bertajuk “Training Operasional dan Pengisian Konten Informasi Website Daerah di Aplikasi Parekraf Single Window,”
Sebelumnya tampil sebagai pembicara Group Station Manager MRA Broadcast Media Division Ajeng Hendarmin dengan makalah The Power of Media.
Dilanjutkan conseptor media conten and media tools, Kharisma Citra dengan makalah “E-Magazine Sebagai Media Promosi dan Pemasaran Potensi Parekraf”, dan Owner of Fashion Line Se.. sekaligus rektor Universitas Internasional Binus, Sere Marini Simanjuntak dengan makalah “Fashion Sebagai Produk Kreatif Daerah Bernilai Tinggi”. Selanjutnya fotografer Setiadi Darmawan yang menyampaikan makalah "Fotografi untuk Pariwisata".
Menurut Budi Suprianto, kelebihan e-magazine ini memberikan informasi yang cepat, praktis, biaya lebih murah, dan jangkauannya luas lewat akses internet. “Daerah yang tidak memiliki website maupun yang sudah bisa mengirimkan konten baik tulisan, foto, dan video ke e-magazine pusat secara gratis. Namun konten yang dikirim harus sesuai standar,” jelasnya.
Berdasarkan pengamatan travelplusindonesia, ada narasumber penting yang sayang tidak dihadirkan dalam workshop ini, yakni narasumber yang membahas tentang bagaimana menyiapkan bahan tulisan pariwisata dalam hal ini tulisan obyek wisata, kuliner, dan budaya yang amat terkait dalam sektor pariwisata.
Penyiapan bahan tersebut mulai dari bagaimana memilih bahan yang menarik untuk ditulis.Bagaimana pula meliputnya, dan kemudian diolah menjadi tulisan pariwisata yang memikat berikut foto, grafik kalau memang perlu, berikut tata letak atau lay out-nya.
Disamping itu, konten (tulisan, foto, dan video) yang nanti masuk dari berbagi disbudpar daerah baik kabupaten maupun kota, harus diedit oleh tim editor di pusat sebelum tampil di e-magazine parekraf. Dengan begitu, kualitas e-magazine akan terjaga dan citra berkelasnya tercipta sejak awal.
Berdasarkan pengamatan travelplusindonesia, ada narasumber penting yang sayang tidak dihadirkan dalam workshop ini, yakni narasumber yang membahas tentang bagaimana menyiapkan bahan tulisan pariwisata dalam hal ini tulisan obyek wisata, kuliner, dan budaya yang amat terkait dalam sektor pariwisata.
Penyiapan bahan tersebut mulai dari bagaimana memilih bahan yang menarik untuk ditulis.Bagaimana pula meliputnya, dan kemudian diolah menjadi tulisan pariwisata yang memikat berikut foto, grafik kalau memang perlu, berikut tata letak atau lay out-nya.
Disamping itu, konten (tulisan, foto, dan video) yang nanti masuk dari berbagi disbudpar daerah baik kabupaten maupun kota, harus diedit oleh tim editor di pusat sebelum tampil di e-magazine parekraf. Dengan begitu, kualitas e-magazine akan terjaga dan citra berkelasnya tercipta sejak awal.
Workshop yang ke tiga diadakan Puskompublik, Kemenparekraf ini mendapat respon positif dari peserta. Bahkan beberapa di antaranya berharap terus diadakan dengan lokasi secara bergantian.
Kasi Informasi dan Komunikasi Disbudpar Kabupaten Garut, Agus Koswara salah satu peserta workshop menyarankan lokasi workshop ke depan diadakan di luar Jawa Bara, kalau perlu di luar Pulau Jawa agar daerah lain jadi terekspos. “Jangan Jawa Barat lagi. Keuntungannya, pesertanya bisa melihat potensi wisata daerah lain. Ya sekalian studi banding,” akunya.
Hal senada disarankan Kabid Pariwisata Kabupaten Kudus, Sancaka Dwi Supani yang menambahkan sebaiknya anggaran pelaksanaan workshop ke depan nanti dibagi dua antara daerah sebagai tuan rumah dengan pusat.
“Kalau pemerintah daerah yang menanggung akomodasi dan konsumsi. Nah, pemerintah pusat dalam hal ini Kemenparekraf yang menanggung biaya transportasi dan honor para narasumber,” imbuhnya.
Kasi Informasi Budaya dan Wisata Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq menyatakan daerahnya siap menjadi tuan rumah workshop selanjutnya pada tahun depan, asal ada sharing pembiayaan dari pusat dan daerah. "Tahun depan daerah kami sudah miliki resort dan hotel dengan fsailitas ballroom yang memadai untuk acara MICE seperti ini," jelasnya.
Kasi Informasi Budaya dan Wisata Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq menyatakan daerahnya siap menjadi tuan rumah workshop selanjutnya pada tahun depan, asal ada sharing pembiayaan dari pusat dan daerah. "Tahun depan daerah kami sudah miliki resort dan hotel dengan fsailitas ballroom yang memadai untuk acara MICE seperti ini," jelasnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Para nara sumber dalam workshop “E-Magazine sebagai Media Publikasi dan Komunikasi Online Potensi Parekraf Daerah”.
2. Peserta workshop antusias bertanya kepada para pembicara.
3. Kabid Pariwisata Kabupaten Kudus Sancaka Dwi Supani menyerahkan cenderamata kepada Kepala Bidang Informasi Publik, Puskompublik, Kemenparekraf, Glory Hastanto.
4. Peserta workshop berfoto bersama.
4. Peserta workshop berfoto bersama.
0 komentar:
Posting Komentar