. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 10 April 2014

Merindu Bubur Ayam Bang Tatang

Entah kenapa sejak beberapa hari ini kepingin banget makan Bubur Ayam (Buryam) Bang Tatang di dekat pertigaan lampu merah Rawa Belong, ke arah Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Maklum terakhir mampir di buryam tersebut sudah lama sekali, sekitar bulan Juni 2012 lalu. Ketika itu seporsinya masih Rp 17.000.

Mau tahu apa yang membuat saya ingin kembali menikmati Buryam Bang Tatang kendati harganya lebih mahal dibanding buryam lainnya? Bukan cuma suwiran ayam kampung dan empingnya yang melimpah ruah, pun buburnya yang enak, pas sekali kekentalannya. 

Saking banyaknya suwiran ayamnya, saya sempat berujar ini bukan bubur pakai ayam melainkan ayam pakai bubur.

Saya masih ingat penjelasan Bang Tatang ketika itu. Katanya, daging ayam yang digunakan adalah ayam kampung pejantan. “Daging ayam pejantan jauh lebih enak, “ ungkap pria asli Pekalongan itu sambil melayani pembeli yang mengantri ketika itu.

Menurutnya dalam dalam sehari, dia bisa menjual sampai 300 mangkok. Buryam Bang Tatang ditempatkan dalam panci besar yang menampung sekitar 23 liter bubur. Panci besarnya tidak diletakan di atas api kompor. Meskipun begitu, buburnya tetap panas tiga sampai empat jam dan tekstur buburnya tetap padat.

Yang menarik, dulu Bang Tatang tidak melayani pembeli yang tidak membawa tempat sendiri, seperti rantang atau mangkuk. Tapi kini, Buryam Bang Tatang menyediakan  wadah dari styrofoam buat pembeli yang ingin membawa pulang. Namun harga buburnya jadi naik kalau menggunakan styrofoam.

Karena sudah tak tahan lagi, akhirnya kemarin saya menyempatkan waktu mampir ke Buryam Bang Tatang. Sewaktu memesan saya tak menemukan Bang Tatang yang berbadan agak gemuk dan kerap memakai peci. 

Kemarin yang saya temukan dan membuatkan pesanan buryam saya adalah anak muda berusia kira-kira belum sampai 30 tahun, berkulit putih, dan mengenakan kaos hitam berkerah dengan tulisan “Bubur Ayam Bang Tatang” di belakangnya. 

Sepintas penampilanya seperti pria jaman sekarang, beda sekali dengan Bang Tatang. Saya mencari-cari dimana Bang Tatang. Sampai buryam pesanan saya selesai dibuat, orang yang saya cari tak nampak. 

Karena penasaran saya pun bertanya ke salah satu pegawai Buryam Bang Tatang yang juga mengenakan kaos serupa anak muda itu.. “Itu yang membuatkan bubur namanya Bang Cani, anaknya Bang Tatang,” kata pegawai itu. “Lalu kemana Bang Tatang? Sakit?”, tanyaku. 

Alangkah kagetnya ketika mendengar penjelasannya. “Bang Tatang sudah meninggal dunia enam bulan lalu karena kecelakan sepeda motor di kampungnya,” jelas pegawai itu. Menurut pria itu, sejak Bang Tatang meninggal, putra pertamanya yang baru lulus kuliah itulah yang meneruskan usaha ayahnya. Sementara anak keduanya, perempuan masih kuliah.

Setelah pesanan Buryam Bang Tatang selasai, saya pun menyantapnya. Penemapilannya tak jauh beda, suwiran ayam kampungnya masih menggunung, begitupun dengan empingnya, dan sambal kacangnya juga pedas. 

Tapi saya merasakan ada yang berbeda dari buburnya. Entah kenapa tak seenak waktu masih ada Bang Tatang. Kendati begitu setengah porsi yang saya pesan dalam waktu singkat pun ludes. 

Saya bertanya dalam hati, apa benar beda tangan, beda rasa? Entahlah tapi bisa jadi.tapi yang pasti pelanggan Buryam Bang Tatang tetap banyak. Yang datang silih berganti. Ada yang duduk di ruang tak terlalu besar berukuran 3X4, berkapasitas tak sampai 15 orang. Tak sedikit pula yang antri membeli untuk dibawa pulang.

Kini harga seporsi penuh Buryam Bang Tatang sudah naik menjadi Rp 21.000. Sedangkan yang setengah porsi Rp 15.000. 

Saya sarankan kalau Anda datang dalam kondisi lapar sekali, pesanlah yang seporsi. Tapi kalau Anda tidak lapar-lapar sekali, cukuplah setengah porsi karena porsinya sudah lumayan besar. 

Buryam Bang Tatang sudah ada sejak tahun 1980-an dan sampai kini menjadi salah satu kuliner kaki lima yang lumayan tersohor, selain Buryam Barito di Jakarta Selatan. 

Buryam Bang Tatang tidak pernah buka pagi, melainkan sore setiap hari mulai pukul 18.00 WIB (selepas Maghrib) sampai dengan habis. Biasanya pukul 21.00 WIB juga sudah habis. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Setengah porsi Buryam Bang Tatang dan sambal kacangnya. 
2. Bang Cani, putra Bang Tatang sedang membuat Buryam Bang Tatang. 
3. Spanduk Buryam Bang Tatang di depan kiosnya yang sederhana.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP