Giant Sea Wall di Teluk Jakarta Bisa Jadi Obyek Wisata
Jakarta bakal memiliki Giant Sea Wall (GSW) atau tanggul raksasa yang membentang di Teluk Jakarta sepanjang 30 Km. Proyek Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Belanda ini akan berada sejauh 6-8 Km dari garis pantai. Jika tidak ada rintangan pertengahan 2014, mega proyek senilai Rp 600 triliun ini akan segera dimulai. Jika berjalan mulus diperkirakan tahun 2022 selesai. Tanggul raksasa ini diprediksi bukan hanya mampu melindungi Jakarta dari banjir dan rob hingga 1.000 tahun ke depan, pun bakal diminati pengunjung sebagai obyek wisata.
Tembok raksasa penghalang ombak laut di Pantai Utara Jakarta ini sebagaimana pernah diutarakan Deputi Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Deddy S. Priatna, bertujuan antara lain untuk mengatasi banjir, penyediaan air tawar bersih, dan pembangunan daerah pesisir. Adapun kapasitas tanggul mencapai 1,2 miliar kubik, lebih besar dari Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat.
Yang menarik, tanggul raksasa ini pun dirancang sebagai kota baru berbentuk burung Garuda, berikut fasilitas lengkap dan modern.
Kata Deddy bendungan raksasa sekaligus kota baru ini akan mengambil lahan seluas 5.500 hektar. Dengan rincian lokasi lahan yang dimanfaatkan 45%, termasuk untuk perumahan tersedia 14,1 juta m2. Nantinya kawasan tersebut juga akan dilengkapi sarana transportasi darat, baik kereta api maupun TransJakarta serta terhubung dengan jalan tol dari Tanjung Priok.
Kota baru ini diperkirakan berdayatampung 1,8 juta penduduk. Bukan cuma itu juga akan memberikan lapangan pekerjaan bagi 2,6 juta pekerja setiap harinya. Deddy mengatakan proyek ini akan memakan anggaran sebesar Rp 600 triliun. Dijadwalkan ground breaking atau peletakan batu pertamanya akan dilakukan pertengahan tahun ini.
Direktur Jendral Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Muhammad Hasan mengatakan pihaknya telah membahas perencanaan pembangunan GSW ini dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
Menurut Hasan pembangunan tanggul raksasa ini akan berlangsung secara bertahap. Untuk tahap pertama, didahului dengan ground breaking dan pembangunan tanggul bagian dalam. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menambahkan, dirinya telah mendesak agar pembangunan GSW dipercepat mengingat tingkatan air laut di Teluk Jakarta semakin tinggi sementara persediaan air baku dibawah tanah semakin berkurang atau menurun setiap tahun.
Dengan pembangunan tanggul raksasa diharapkan bisa menambah pasokan air baku untuk wilayah ibu kota. Jokowi juga berharap pembagian kerja antara Pemprov DKI dan pemerintah pusat juga harus dijelas dalam pembangunan proyek ini, termasuk pihak-pihak yang terlibat pembangunan ini seperti Dinas Pekerjaan Umum DKI, Kementerian PU, dan Bappenas.
Jokowi mengakui pembangunan mega proyek tanggul raksasa yang digagas oleh mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo ini terkendala sejumlah hal. Pertama, belum rampungnya rancangan besar tanggul, Pemprov DKI juga belum membebaskan sejengkal tanah sekalipun untuk lahan pembangunan tanggul itu, dan pelaksana proyek tersebut juga belum diatur.
Namun Jokowi optimistis proyek yang digadang-gadang bisa menjaga Jakarta dari bahaya banjir rob tersebut dapat mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2014. Dalam proyek pembangunan ini, Pemprov DKI Jakarta akan meniru konsep yang dikerjakan Pemerintah Rotterdam, Belanda.
Rencananya, mega proyek ini akan menggunakan skema kerja sama pemerintah dan swasta atau public-private partnership (PPP) dalam pelaksanaannya. Lelang mega proyek ini rencananya akan dibuka pada Mei 2014.
Namun mega proyek ini diprediksi bakal menimbulkan sejumlah masalah baru. Ketua Kelompok Keahlian Teknik Kelautan ITB, Muslim Muin, Ph.D. mengatakan tanggul raksasa ini bukan merupakan solusi permasalahan banjir dan penurunan tanah yang terjadi di Jakarta.
Menurutnya biaya pembangunan proyek ini mahal, termasuk biaya operasionalnya nanti. GSW ini menurutnya justru akan merusak lingkungan laut Teluk Jakarta, mempercepat pendangkalan sungai, dan mengancam sektor perikanan lokal serta menyebabkan permasalahan sosial.
Jokowi meyakinkan GSWl tetap diperlukan mengingat Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kanal Banjir Timur (KBT) tidak cukup untuk melindungi ibu kota dari bencana banjir, terutama diperlukan dalam mengatasi banjir rob.
Muslim Muin berpendapat lain. Katanya rob adalah fenoma alam biasa dimana muka air laut tinggi. Rob akan menjadi banjir rob karena terjadinya subsidence atau penurunan tanah. Dia menambahkan, biaya operasional tanggul raksasa ini juga tinggi.
Menurutnya diperlukan pompa yang besar untuk mengalirkan air dari Jakarta ke daerah bagian dalam Teluk Jakarta dengan biaya yang tidak sedikit agar menyala selama 24 jam nonstop. Biaya untuk pompa ini sebesar 300 miliar rupiah setiap tahun dalam kondisi normal.
Menurutnya, jika GSW dibangun, dua pelabuhan ikan Nusantara akan ditutup. Akibatnya ratusan ribu warga nelayan harus dipindahkan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang pun harus ditutup karena aliran air pendingin tidak lagi tersedia. Kalaupun dipertahankan, biaya operasinya sangat besar karena memerlukan pompa yang berjalan terus.
Diperlukan dana sebesar 30 triliun rupiah untuk membangun pembangkit listrik yang setara dengan PLTU Muara Karang. Karena itu Muslim meminta proyek ini dikaji ulang mengingat bukanlah solusi yang tepat. Dia mengusulkan alternatif lain yaitu river dike yakni pembuatan tanggul sepanjang pantai pada daerah yang mengalami penurunan tanah dan mempertinggi tanggul sungai.
Menurutnya, rancangan ini murah dan tidak menutup fasilitas yang ada. Kini untuk mengkaji dan mendiskusikan lebih lanjut proyek pembangunan bendungan raksasa ini,
Wakil Presiden Boediono bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan UKP-4 akan bertolak ke Rotterdam, Belanda untuk urusan ini. Ahok, seusai meresmikan Taman Semanggi, Jakarta, beberapa hari lalu berharap keberadaan GSW ini nantinya dapat menjadikan perairan di sekitarnya lebih bersih.
Menurutnya selama ini Teluk Jakarta rusak karena umumnya air dari sungai mengalir langsung ke laut tanpa adanya proses penyaringan. Padahal, sungai-sungai di Jakarta itu kebanyakan tercemar. Di lokasi GSW nantinya juga akan ditanami mangrove yang berfungsi menyerap zat-zat beracun agar laut terhindar dari pencemaran.
Berdasarkan pantauan travelplusindonesia ke lokasi yang rencananya akan dibangun tanggul raksasa ini yakni di Muara Karang dan Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (23/3), belum ada tanda-tanda adanya pembangunan mega proyek tersebut. Dan sejumlah nelayan dan pemilik kapal yang ada disana pun banyak yang belum tahu mengenai rencana besar itu.
Di kedua pelabuhan tradisional itu, aktivitas nelayan masih terlihat seperti biasa. Sejumlah kapal kayu berderet terutama di sepanjang Muara Angke. Tak jauh dari situ ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pusat kuliner serba ikan, sejumlah pedagang panganan otak-otak, serta para pedagang beragam ikan, cumi, kepiting, dan kerang-kerangan.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Lokasi pembangunan tanggul raksasa di Teluk Jakarta, sekitar Muara Karang dan Muara Angke, Jakarta Utara.
2. GSW yang akan dibangun di Teluk Jakarta bakal diminati wisatawan sebagai obyek wisata.
0 komentar:
Posting Komentar