Sepuluh Tips Aman Menelusuri Perut Bumi
Enam wisatawan nusantara terjebak dalam perut Goa Sriti di Dusun Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta akibat banjir bandang sungai bawah tanah, Sabtu (2/3/2013). Untungnya, tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut.
Ketua pemandu Karya Wisata Goa Sriti dan Pindul yang membawa 6 wisatawan tersebut, Yudi Kristanto memastikan penyusuran gua bersungai bawah tanah yang dulunya dihuni Burung Sriti (mirip Burung Walet tapi berukuran lebih kecil) itu dilakukan sesuai prosedur.
Menurutnya sejak pagi hari kondisi air Gua Sriti aman. Ketika itu timnya memastikan kedalaman air kurang dari dua meter. Sedangkan kondisi cuaca di luar sedang bagus. Namun ketika rombangan berada di separuh penelusuran, tiba-tiba hujan turun dan menyebabkan banjir hingga mereka terjebak.
Berdasarkan kejadian itu, perlu perhatian khusus bagi siapapun yang hendak melakukan caving atau menelusuri gua dimanapun terlebih gua bersungai bawah tanah dan atau gua petualangan.
Sebenarnya kegiatan penelusuran gua aman dilakukan siapapun, asal mengindahkan prosedur keamanan dan keselamatan. Berikut tips aman menelusuri gua berdasarkan pengalaman penulis beberapa kali melakukan salah satu kegiatan alam bebas yang cukup menantang ini.
Pertama, memperlajari sejarah dan kondisi gua. Caranya dengan mencari informasi sebanyak mungkin tentang karakteristik gua tersebut lewat beragam informasi tulisan, buku atau orang/tim yang penah menelusurinya, termasuk informasi dari masyarakat sekitar gua.
Kedua, mempersiapkan mental dan fisik. Perisapan fisik dan mental ini amat penting, terutama buat orang yang baru pertama kali. Terlebih gua yang bakal ditelusuri termasuk gua petualangan yang membutuhkan peralatan khusus, bukan gua wisata.
Ketiga, menggunakan pemandu yang pengalaman. Sebaiknya menggunakan jasa operator penelusuran gua yang sudah teruji pengalamannya atau profesional. Lihat track record-nya.
Keempat, memakai peralatan lengkap dan layak pakai. Kalau menggunakan operator, pastikan peralatannya lengkap dan masih aman digunakan. Kalau gua vertikal tentu diperlukan tali-temali berikut carbiner, tali tubuh, dan lainnya, helm, headlamp, cover-all, sepatu, dan pelampung jika menelusuri sungai bawah tanah.
Kelima, mempelajari Single Rope Technique (SRT). SRT merupakan teknik yang digunakan untuk menelusuri gua vertikal, dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan vertikal.
Anda bisa meminta operatornya melakukan pengenalan dan pemanasan teknik tersebut bagaimana mengenakan alat lalu cara naik dan turun dengan SRT agar tidak kaget sewaktu pelaksanaan. Tempat belajarnya bisa di pohon besar yang kuat.
Keenam, memilih waktu terbaik saat musim panas. Khusus untuk penulusuran gua bersungai bawah tanah atau berbentuk vertikal, sebaiknya dilakukan saat musim panas untuk menghindari hujan dan longsor.
Tapi terkadang musim panas juga belum tentu tidak hujan. Solusinya harus ada pemadu di luar mulut gua yang bersiaga untuk memberi kabar kepada pemandu di dalam gua, jika turun hujan deras.
Ketujuh, sebaiknya dalam kelompok kecil (small group). Khusus gua yang labil atau memiliki faktor kesulitan tinggi, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk menelusurinya dalam jumlah besar.
Kedelapan, jangan gaduh dan panik. Melangkahlah dengan tenang, jangan membuat kegaduhan karena suara yang gaduh bisa jadi mengganggu hewan gua dan atau meruntuhkan dinding gua yang labil. Dan jangan panik jika bertemu hewan gua seperti ular, jangkrik, kelelawar, laba-laba dan lainnya.
Kesembilan, jangan tinggalkan sampah cukup jejak langkah. Menjaga kebersihan, keasrian, dan keindahan gua merupakan sikap terpuji seorang penelusur. Jangan sekali-kali meninggalkan sampah, mencoret-coret atau mengores-gores dinding gua apalagi mengambil stalaktit dan stalakmit-nya. Biarkan gua apa adanya. Cukup tinggalkan jejak langkah saja.
Kesepuluh, ekstra hati-hati. Jika gua yang bakal ditelusuri adalah gua yang jarang ditelusuri atau bahkan baru, sebaiknya ekstra hati-hati. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin, bawa pemandu penduduk lokal yang setidaknya mengetahui gua itu, lakukan survei lebih dulu untuk mengetahui karakteristik guanya, dan bawa peralatan yang memadai sesuai jenis guanya, baru memasukinya saat kondisi cuaca bersahabat.
Jika sepuluh tips di atas diindahkan, paling tidak bisa meminimalisir ataupun mencegah petaka seperti yang menimpa enam wisatawan di Goa Sriti yang dalamnya memiliki panjang kurang lebih 250 meter, baru-baru ini.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar