Menguji Nyali di Dinding Tebing Lembah Harau
Lembah Harau di Sumatera Barat sudah lama menjadi surga panjat tebing yang tersohor hingga mancanegara sejak awal 80-an. Ada belasan jalur pemanjatan di sejumlah dindin-dinding cadasnya dan ada ratusan titik panjat tebing dengan variasi tingkat kesulitan untuk pemula hingga profesional. Kalau Anda senang memanjat tebing alami, rasanya tak salah memilih lokasinya untuk menguji nyali sambil menikmati panoramanya yang indah.
Di salah satu tebing tegak hampir mulus, Ardi terlihat asyik mencumbui dinding berjenis breksi massif itu. Gerakan pria lajang muda yang masih berstatus mahasiswa itu seperti cicak yang tengah merayap pelan-pelan ke titik yang lebih tinggi. Sesekali dia bergerak merayap ke samping kiri atau ke kanan atau bouldering mencari pegangan lalu menarik kaki kirinya ke etas. Huff… gerakannya seolah seperti dia tengah “menari”.
Sementara di bawahnya, ada rekannya yang menjadi Belayer, yang bertugas mengawasi sambil memegang tali utama, mengamankan gerakan Ardi.
Melihat 'aksi' Ardi dan rekannya, darah mudaku meletup-letup ingin mencoba 'mencicipi' tebing itu. Tapi faktor "U" ditambah sudah lama tidak bertebingria, membuat kelenturanku jauh berkurang. Dan nyali ini pun rasanya tak setebal dulu. Akhirnya aku harus mengakui Ardi dan rekannya itu memang JUARA.
Matahari mulai terik, keduanya masih asyik bercumbu dengan tebing itu. Mereka nampak sudah mengenal baik tebing yang dirayapi itu. Jelang Zuhur mereka berhenti lalu duduk di warung di tepi jalan.
Lembah Harau berluas sekitar 100 hektar. Di dalamnya ada beragam tebing dengan ketinggian 150 sampai 200 meter, air terjun Sarasa Bunta yang mengalir dari tebing berketinggian kurang lebih 100 meter, dan hutan lindung yang dihuni beberapa satwa asli Sumatera seperti monyet ekor panjang, beruang, tapir, dan landak yang hampir punah.
Kesemuanya itu membuatnya dijuluki “Yosemite”-nya Indonesia. Mengingat keindahannya mirip taman nasional di Amerika Serikat itu yang terkenal dengan tebing-tebing batu menjulang dan kerap dipanjati oleh “cicak-cicak dinding” profesional.
Sekurangnya ada 17 jalur pemanjatan yang semuanya sudah dipasangi hanger di Lembah Harau. Jadi pemanjat tidak perlu lagi membawa peralatan khusus untuk memanjatnya. Jalur itu belum termasuk jalur pemanjatan artificial yang juga disukai sejumlah pemanjat, yang berada di lima area berbeda antara lain Waterfall, Parkir, Liang Limbek, Ngalau, dan Echo.
Setiap area memiliki rute berbeda. Rute terbanyak dimiliki area Echo seabnyak 13 rute. Sedangkan Liang Limbek dan Parkir masing-masing 5 rute. Sisanya Waterffall dan Ngalau masing-masing 2 rute. Setiap rute memiliki nama berbeda. Ada yang bernama lokal ada juga asing seperti Kara Limbek, Biadap, Corner, dan Australian route.
Nama-nama tersebut diberikan oleh si-pembuat jalurnya sesuai karakter jalur dan panjang lintasannya. Jalur terpendek ada di Ngalau Area yang bernama Corner setinggi 70 meter. Sedangkan yang terpanjang bernama lintasan Maghribi di Echo Area sepanjang 75 meter.
Dari tingkat kesulitan (grade) yang tersulit adalah Australian Route sepanjang 15 meter dengan grade 5.14c. Yang termudah adalah Jalur Lumut dan IKIP Bandung dengan grade sekitar 5.8.
Lembah Harau berada di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 140 Km sebelah Timur Laut Kota Padang atau sekitar 15 Km sebelah Timur Kota Payakumbuh. Lokasinya dapat dicapai dengan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi ataupun umum selama 3 jam dari Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatera Barat.
Kalau naik angkutan umum dari Kota Padang ongkosnya Rp 25.000/orang sampai Payakumbuh, lalu dilanjutkan dengan angkutan umum lagi yang melayani rute Payakumbuh-Lembah Harau. Pilihan lain, kalau datang dalam kelompok kecil, bisa sewa mobil travel sekitar sekitar Rp. 450.000/hari dari Kota Padang. Tiket masuk ke Lembah Harau untuk anak-anak Rp 3.000/orang dan Rp 5.000/orang dewasa.
Konon, Lembah Harau yang sebagian wilayahnya dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Sumatera Barat ini, berasal dari lautan yang mengering. Penilaian itu diperkuat oleh temuan dari tim survei geologi Jerman Barat yang meneliti jenis bebatuan di Lembah Harau pada tahun 1980. Hasil penelitian terbut mencatat bahwa batuan di Lembah Harau merupakan batuan jenis Breksi dan Konglomerat yang umumnya terdapat di dasar laut.
Wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin bermalam di lembah ini, dapat menyewa pondok kecil dan rumah gadang di dasar lembah. Tarif sewa kamarnya Rp 50.000 sampai Rp 2 juta per malam. Kalau ingin memanjat tebing-tebingnya, sudah ada pemandu pemanjatan lokal yang siap mendampingi.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar