. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 30 Oktober 2012

Biarkan Kuda-Kuda Bebas Bercinta di Lembah Fulan Fehan

Di lembah ini kuda-kuda bebas berlarian, merumput, dan bercinta. Di lembah ini kaktus tumbuh subur, berbuah, dan berbunga cerah. Di lembah ini bukit-bukit karang berdiri perkasa, begitu gagah menjaga bumi. Di lembah ini langit biru tak jenuh bermesra dengan gumpalan awan putih beragam bentuk. Semuanya membuahkan pesona

Itulah pesona khas yang ditawarkan Lembah Fulan Fehan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), sekitar 26 Km dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu. Lembah yang berbatasan dengan Timor Leste ini masih apa adanya. Polos. 

Tak ada rumah, tak ada warung, tak ada hiruk-pikuk. Yang ada hanya beberapa kelompok kuda yang tengah bercanda dan bermanja-manja di padang luas dan berbukit. Pun segerombolan sapi berwarna kecoklatan yang tak henti menguyah rumput yang masih tersisa di puncak musim kemarau ini.

Tumbuhannya pun minim. Yang ada cuma tanaman kaktus yang tumbuh mengelompok di beberapa tempat makin mencuatkan karakter khas lembah ini. Kaktusnya berbuah dan bermekaran bunganya saat kemarau, menambah keeksotisan lembah ini.

Melihat kemolekan khasnya itulah, banyak pihak meliriknya. Bahkan pemerintah setempat berencana menjadikannya padang golf. Benarkah? Jujur, rencana itu pun dicemaskan banyak pihak karena akan menghilangkan kepolosan dan kekhasan lembah ini.

Menurut mereka, akan jauh lebih menarik, jika lembah ini tetap apa adanya. Tetap alami. Dikhawatirkan dengan munculnya lapangan golf diikuti bangunan dan fasilitas pendukungnya, bakal mengganggu kelestarian alam dan kehidupan penghuninya. Kuda-kuda pun pastinya tak akan lagi bebas bercinta di alam terbuka.

Meski luas dan agak gersang saat kemarau, lembah Fulan Fehan tidak sendiri. Dia ditemani obyek-obyek lain yang saling melengkapi.

Tak jauh dari lembah ini ada Benteng Lapis Tujuh di puncak Bukit Makes. Di sudut lainnya berdiri Gunung Laka’an yang seolah menjadi penjaga abadi lembah ini.

Ada juga Bukit Batu Maudemu di Desa Maudemu, Kecamatan Lamkanen.Bukit berbentuk kapal laut ini merupakan sumber batu marmer asli yang gagal ditambang oleh pihak Dinas pertambangan Kabupaten Belu karena di puncaknya terdapat beberpa peninggalan bersejarah berupa sadan dan kuburan-kuburan bekas bangsa Melus yang pernah menghuninya.

Di ujung Timur lembah ini ada situs bersejarah Kikit Gewen. Berupa kuburan tua dan sakral. Jika ingin mendatanginya harus ditemani juru kunci dari Suku Lepo. Juga dua air terjun berair jernih dan segar yakni Air Terjun Sihata Mauhale di antara Desa Aitoun dan Desa serta Air Terjun Lesu Til di Weluli, Ibu Kota Kecamatan Lamaknen.

Buat penggemar fotografi, kekhasan dan keindahan Lembah Fulan Fehan berikut penghuninya, kuda, sapi, kaktus, bukit karang, langit biru yang menaungi, dan lainnya, menjadi obyek foto yang unik dan menarik untuk diabadikan. Jika ingin sukses mengabadikan kuda-kuda bercinta lebih dekat lagi di lembah ini, disarankan membawa lensa tele.

Musim kemarau merupakan waktu yang tepat untuk menikmati dan mengabadikan lembah menawan ini. Saat itulah kekhasan karakter alamnya begitu mencuat.

Naskah & Foto: Adji Kurnaiwan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP