. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 29 Agustus 2012

Menjaring Wisatawan Lewat Festival Kopi Indonesia



Indonesia salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. Ada 14 provinsinya yang menghasilkan kopi dengan cita rasa berbeda. Kopi-kopi made in Indonesia itu pun sudah lama dikonsumsi dunia. Anehnya, belum banyak peminum kopi tersebut tahu kopi yang diteguknya itu berasal dari Indonesia. Bahkan belum begitu banyak dari para peminum kopi itu yang bertandang ke Indonesia khusus untuk menikmati kopi dan berwisata ke perkebunan kopi.

Salah satu solusinya, sejumlah pihak bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Festival Kopi Indonesia atau Indonesian Coffee Festival (ICF) dengan tujuan memperkenalkan kopi Indonesia baik secara nasional maupun internasional dan sekaligus menjaring wisatwan. Festival tersebut akan diselenggarakan pada 15-16 September 2012 di Museum Puri Lukisan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Director Indonesian Coffee Festival 2012, Ellyanthi Tambunan mengatakan 80 persen kopi-kopi Indonesia ada di luar negeri. Mirisnya banyak yang belum tahu kopi tersebut berasal dari sini. “Oleh karena itu, lewat festival ini kami ingin memopulerkan kopi Indonesia agar diketahui khalayak nasional dan juga internasional,” jelasnya saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (28/8/2012).

Peserta yang berpartisipasi dalam festival kopi ini, lanjut Yanthi begitu sapaan akrabnya adalah produsen kopi, petani kopi, restoran yang menggunakan kopi dalam menunya, peralatan minum kopi dan mesin kopi serta spa yang menggunakan kopi.

"Ampas juga juga bisa untuk spa, mengahluskan dan mengharumkan kulit lho," tuturnya.
Fstival ini juga akan diramaikan olehi komunitas kopi dan pecinta kopi yang terbuka untuk umum.

Adapun agenda acaranya antara lain barista workshop, bazaar kopi, kunjungan ke perkebunan kopi, dan perbincangan seputar kopi.

Tuti Mochtar dari Indonesian Coffee Festival 2012 menambahkan dalam acara barista workshop, akan dibuat pelatihan bagi para barista atau peracik kopi dengan menggunakan mesin espresso.

Dia berharap acaran ini diikuti juga oleh mahasiswa pariwisata dari Bali. “Di sekolah pariwisata di Jakarta dan Surabaya, barista sudah masuk dalam kurikulum pariwisata. Diharapkan nantinya akan ada sertifikasi untuk profesi barista," terang Tuti.

Kemasan acara bazaar kopi, Yanthi menjelaskan berupa pameran kopi dari berbagai daerah dalam bentuk stand atau booth yang diikuti produsen kopi maupun petani kopi.

Sedangkan tur wisata ke perkebunan kopi akan mengajak pengunjung festival mengunjungi perkebunan kopi di Kintamani untuk mengenal proses penanaman kopi serta melakukan diskusi dengan petani kopi setempat.

"Kebun kopi di Kintamani sudah mendapat hak geografis identikasi. Inilah kebun yang menjadi salah satu contoh perkebunan kopi terbaik di Indonesia karena sekaligus ada nsur agrowisatanya,” ungkap Yanthi.

Pangsapasar Meluas
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar mengatakan Kemenparekraf mendukung festival kopi Indonesia mengingat acara ini selain memperkenalkan kopi-kopi Indonesia sebagai salah satu kopi terbaik di dunia, pun sekaligus upayan menjaring wisatawan.

Diharapkan festival kopi yang kedua kali ini dapat menjadikan Indonesia sebagai kiblat kopi dunia serta memposisikan agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan sekaligus mengembangkan kuliner kopi sebagai gaya hidup yang menjadi bagian dari ekonomi kreatif.

“Pangsapasar kopi indonesia semakin meluas. Selain negara-negara Eropa juga beberapa negara Asia seperti Korea dan China. Belakangan di dua negara Asia itu ada pergeseran dari semua peminum teh berangsur-angsur juga menjadi peminum kopi. Ini merupakan peluang,” jelasnya.

Saat ini, lanjut Sapta. Indonesia telah memiliki branding "Kopi Luwak" yang begitu terkenal di dunia. Di Busan Indonesia Center, Korea Selatan sudah ada kafe kopi luwak Indonesia. “Sehari dikunjungi 200 peminum kopi di negeri ginseng tersebut. Awalnya kita sempat ragu mengingat mereka adalah bangsa peminum teh,” akunya.

Kelemahan kopi Indoensia, menurut Sapta, Indonesia belum berani melakukan branding kopi. “Kita belum branding 'kopi tubruk' seperti halnya branding 'cappucinno'," ujarnya.

Padahal selain rasa kopi Indonesia yang beragam, pun ada daya tarik lainnya yakni teknik penyeduhan kopi itu sendiri. Contohnya cara menikmati kopi Gayo dari Aceh.

Kopi Gayo itu, lanjut Sapta bukan hanya kopinya yang terkenal, pun teknik pembuatannya juga unik. “Kopi diseduh dengan cara ditarik-tarik. Alat penyaringnya dulu itu pakai kaus kaki, kalau sekarang tidak pakaai itu lagi," terangnya.

Sapta pun menjelaskan, sekarang produsen kopi didunia bertambah. Selain Brazil dan Indonesia, kini Vietnam juga mulai bersaing. “Jumlah produksi kopinya menyaingi Indonesia. Mereka menjualnya dengan harga lebih murah,” ungkapnya seakan mewanti-wanti.

Ubud dipilih sebagai tuan rumah festival kopi Indonesia kali ini mengingat Ubud telah menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia. "Sebelumnya kami sudah menyelenggarakan Road to Indonesian Coffee Festival di Bandung tahun lalu," tutup Yanthi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP