Tradisi Makan Saro Ramaikan Direct Promotion Maluku dan Malut di Batam
Banyak cara menarik pengunjung untuk datang dan menyaksikan acara promosi wisata langsung atau direct promotion (DP) di mal, salah satunya dengan menyuguhkan tradisi unik suatu daerah seperti yang dilakukan Maluku dan Maluku Utara (Malut) dengan menampilkan tradisi Makan Saro di Batam City Square (BCS), Batam, Kepri, Jum’at (1/6/2012).
Makan Saro ini biasanya dilakukan pada saat pesta perkawinan, khitanan, dan khataman (tamat) Qur’an. Tradisi makan bersama ini sampai sekarang masih hidup dalam masyarakat Tidore, Provinsi Malut dan tentunya juga di lingkungan Kesultanan Tidore.
Pada DP Maluku dan Malut yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Batam, tradisi Makan Saro ini menjadi bagian acara pembukaan pameran promosi wisata dan budaya kedua provinsi tersebut.
Para pejabat dari Kemenparekraf antara lain Kasubdit Wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, dan Malut Maria Mayabubu, dan perwakilan dari Pemkot Batam serta Pemprov Maluku dan Malut menjadi tamu kehormatan dalam tradisi Makan Saro untuk pesta perkawinan.
Pada tradisi Makan Saro yang sebenarnya, ada tiga meja makan yang disiapkan. Meja pertama diperuntukkan bagi sultan, pejabat pemerintah, pemuka agama, dan tokoh masyarakat. Meja kedua, untuk kaum perempuan, dan meja ketiga untuk para laki-laki. Pada acara DP Maluku dan Malut di Batam kali ini hanya ada dua meja makan panjang dan deretan kursi yang tertata dengan rapi.
Kedua mempelai pria dan perempuan yang mengenakan pakaian adat Tidore, duduk di ujung meja makan. Sementara para tamu duduk di sisi kiri dan kanan meja makan.
Ratusan pegunjung mal menyaksikan tradisi ini dari dekat, sambil mengabadikan gambar lewat kamera dan video. Ada juga yang berdiri dari lantai satu dan dua mall BCS.
Di meja makan tersaji beragam menu antara lain nasi jaha, nasi pali, srikaya kenari, ikan cabu tulang, ayam kalia, lalampa (lemper) beragam bentuk menarik, rica isi, ketupat, dan buah. Panganannya antara lain kue lapis, waji, apang coe, dan pisang coe.
Nasi Jaha di Tidore sama seperti Nasi Jaha yang ada di Manado. Nasi Jaha ini dimasak dalam bambu dan menggunakan santan. Masyarakat Sumatera Barat menyebutnya dengan lemang.
Nasi Jaha disantap dengan srikaya kenari. Srikaya kenari terbuat dari santan kelapa, telur, gula pasir, kenari, dan daun pandan. Rasanya enak dan teksturnya lembut. Sedangkan Nasi Pali merupakan nasi yang dibungkus dengan daun pandan.
Lain lagi dengan Ayam Kalia, yakni ayam kampung yang dimasak berkuah, mirip dengan kuah kare, ditambah dengan kenari, pala, dan lada.
Sedangkan Rica Isi, Rica dalam bahasa setempat berarti cabai. Meski dari cabai tapi tidak pedas karena isi dari cabai sudah dikeluarkan dan diganti dengan daging ikan yang diolah dengan kenari.
Makanan khas Malut termasuk Tidore dominan dengan kenari. Kenari ini digunakan untuk menggantikan kemiri.
Sebelum bersantap, satu persatu tamu yang duduk dekat pengantin membawa masing-masing satu menu yang disajikan. Kemudian tamu tersebut memberikan kepada mempelai sambil memberi doa dan nasihat semoga langgeng dan bahagia. Yang menarik sambil memberi suapan, masing-masing tamu berteriak “Saro”, sebanyak tiga kali.
Selain tradisi Makan Saro, sejumlah acara lainnya juga meramaikan hari pertama DP Maluku dan Malut di Batam antara lain persembahan tarian tradisional Legu Gam dan juga lomba peragaan busana tradisional anak-anak yang diikuti lebih dari 100 anak-anak.
Acara DP Maluku dan Malut ini akan berlangsung sampai tanggal 3 Juni 2011. Pada hari kedua, Sabtu (2/6/2012) selain masih ada pameran obyek wisata dan aneka kerajinan tangan dari kedua provinsi tersebut, juga ada lomba melukis dan acara menariknya.
Maria Mayabubu mengatakan promosi wisata langsung Maluku dan Malut ini untuk kali ke dua diselenggarakan di Batam. Diharapkan wisatawan baik masyarkat Batam maupun wisman asal Singapura dan Malaysia kelak berkunjung ke Maluku dan Malut.
“Batam merupakan pintu masuk wisatawan terutama asal Malaysia dan Singapura dan wisman lainnya, selain wisnus dari berbagai daerah. Itulah alasan mengapa kami memilih Batam sebagai lokasi DP Maluku dan Malut kali ini,” aku Maria.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar