Membaca 150 Batik Karya Asmoro Damais
Seniman perempuan yang sudah lama malang-melintang di dunia batik, Asmoro Damais kembali menyuguhkan ratusan batik tulis karyanya dalam sebuah pameran berlabel "5 Windhu Karya Asmoro Damais" di Museum Tekstil Jakarta. Pamerannya kali ini mendapat perhatian dan pujian para pecinta wastra tradisional karena banyak keistimewaannya.
Nama Asmoro Damais jelas menjadikan pameran batik ini istimewa. Ya pasalnya sang pemilik nama lengkap Tatyana Griselidis Asmorodewi ini, tak lain adalah pakar batik yang sudah menghasilkan batik sejak tahun 1970-an.
Perempuan kelahiran Amsterdam 20 Mei 1948, putri ketiga dari seorang ahli aksara kuno, Prof Louis Charles Damais asal Prancis dan Raden Ayu Soejatoen Poespokoesoemo ini, sejak kecil hidup di lingkungan keluarga pecinta seni budaya. Karya-karya batiknya berkembang berkat dukungan lingkungan keluarga.
Lulusan Bahasa Perancis di Paris ini juga dikenal sebagai kolektor kebaya lama, terutama batik kuno asal Pekalongan. Untuk mendaptkan itu di berkenelana ke pelosok Pekalongan, Cirebon dan daerah lain di Indonesia.
Batik yang dipamerkannya kali ini amat variatif mulai. Bukan hanya berbentuk lembaran kain panjang pesisiran yang kebanyakan di buat di Desa trusmi, Cirebon dan di Kedungwuni, Pekalongan, juga ada seri replika kebaya border yang dikerjakan perajin dari Tasikmalaya, seri replika sarung batik bahan katun, bermacam pakaian, kantong buku, tatakan gelas, serbet, taplak batik tulis bahan belacu, sarung bantal, sampai bed cover batik, dan produk interior rumah dari batik lainnya. Selain itu, juga ada karyanya yang lain berupa kostum busana untuk pentas seni tari Jawa Klasik dan modern untuk tokoh-tokoh seperti Sardono W, Kusumo, Elly Luthan, dan Laksmi Notokusumo.
Ragam hias karya batik Asmoro yang pernah membuat kostum untuk WS Rendra dan pementasan Teater koma ini pun beragam antara lain buketan latar gribik pada sarung pantai, laseman pada gaun panjang dan celana komprang, jelamprang pada gaun pendek serta ragam hias flora dan faunanya berupa kupu-kupu, burung bangau, daun, dan bunga tanaman air pada bed cover batik dan hiasan dinding dengan teknik quilt yang memberi kesan anggun.
Penempatan koleksi pamerannya pun cukup memikat mata. Ada yang dipajang dalam lemari kaca berukuran besar, lemari kayu kuno, sampai meja makan, dan tempat tidur.
Keistimewaan lainnya, venue pameran batik yang dibuka untuk umum pada Selasa, 15 Mei 2012 sampai 10 Juni 2012 mendatang ini bertempat di Museum Tekstil Jakarta, Jl. KS. Tubun No.24 Petamburan, Jakarta Pusat, sebelum Pasar Tanah Abang. Sangat pas dengan tema pamerannya.
Bekas Villa Kuno
Pasalnya, bangunannya yang bergaya Art Craft ini punya nilai sejarah tinggi karena bekas landhuis (villa) milik warga Perancis yang di bangun awal abad ke-19, dan pernah menjadi markas besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) saat Jakarta sedang diliputi semangat juang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Sejumlah pecinta wastra dan kolektor batik hadir dalam acara pembukaan pamerannya, antara lain Pendiri IWAPI, Dra Dewi Motik Pramono dan kolektor batik Ny Isye Irsan serta Miss Daiga dari Latvia yang menyempatkan diri belajar membatik di Taman Pewarna Alami belakang Museum Tekstil, ditemani staf Konsulat Kehormatan Latvia, Deni Rahman.
Kepala Museum Tekstil Jakarta, Indra Riawan mengatakan pameran batik karya Asmoro Damais ini merupakan realisasi dari program Museum Tekstil Jakarta tahun 2012 bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Wastra dan Busana Indonesia (PDWBI) dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap batik Indonesia, khususnya melalui batik-batik karya Asmoro Damais.
“Dengan pameran ini semoga lebih mendekatkan wastra tradisional kepada masyarakat, serta mendekatkan Museum Tekstil ke hati masyarakat sebagai lembaga edukatif kultural yang turut berperan memperkuat jati diri bangsa,” harap Indra Riawan.
Pameran ini juga bukan sekadar memamerkan koleksi Asmoro Damais, pun ada lokakarya membatik bagi para pelajar dan masyarakat umum pada 20 Mei 2012 dan temu wicara dengan topik "Batik Pekalongan yang Indah" pada 26 Mei 2012 dengan narasumber Judi Achjadi dan tentu saja Asmoro Damais. Jadi jelas istimewa bukan.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar