Mengangkat Pamor Festival Budaya Asmat 2011
Festival Budaya Asmat sudah digelar sejak tahun 1981. Namun hingga kini belum mampu menjaring wisman sesuai harapan. Untuk mengangkat pamor Festival Budaya Asmat 2011 yang akan berlangsung 20-25 Oktober 2011, Pemkab Asmat dan Kemenbudpar melalukan berbagai upaya, antara lain berpromosi dan menambah kegiatan menarik.
Promosi yang dilakukan Pemkab dan Kemenbudpar antara lain dengan menggelar conference pers Festival Budaya Asmat 2011 di Dapur Babah Elite, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2011) yang hadiri sejumlah media, baik cetak, online maupun elektronik.
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Asmat Elisa Kambu, persoalan klasik yang menyebabkan Festival Budaya Asmat belum mampu menjaring wisman sebanyak mungkin adalah faktor aksebilitas, terutama infrastruktur transportasi. “Bandara di Asmat belum mampu menampung pesawat berbadan lebar,” akunya.
Untuk mencapai Asmat, lanjutnya, para turis harus menyinggahi Timika. Dilanjutkan dengan menggunakan pesawat perintis menuju Distrik Ewer dengan waktu tempuh 45 menit. Dari Ewer harus naik speedboat selama 20 menit ke Agats. “Harus memutar lebih panjang, jadi waktu tempunya terlalu lama,” jelasnya.
Elisa berharap pemerintah pusat serius membangun kepariwisataan di Asmat dengan membangun infrastruktur terutama penyediaan bandara yang lebih layak. “Jangan sampai ada teriakan merdeka karena kesenjangan sudah terlalu dalam. Sebenarnya keinginan merdeka itu tidak ada, hanya ingin ada pemerataan pembangunan saja,” ungkapnya.
Sekdisbudpar Kabupaten Asmat Donatus Tamut mengatakan tujuan diselenggarakan Festival Budaya Asmat memang semula bukan untuk menjaring wisman sebanyak mungkin. “Pelaksaaan Festival Budaya Asmat sejak tahun 1981 sampai dengan 2003 itu bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat Asmat agar tidak luntur. “Hasilnya cukup membanggakan dengan ditetapkan Asmat oleh PBB sebaga situs warisan budaya dunia pada tanggl 13 Februari 2004,” jelasnya.
Pada penyelenggaraan Festival Budaya Asmat kali ini, memang ada upaya untuk mengakat kembali pamornya agar dapat menjaring wisman. “Namun kami tidak memasang target, mengingat faktor aksebilitas terutama sarana transportasi yang belum tersedia dengan baik,” akunya.
Upaya untuk menarik wisman, lanjutnya dengan mengemas Festival Budaya Asmat 2011 lebih baik lagi. Serangkaian kegiatan yang akan digelar selain lelang ukiran khas Asmat yang selama ini menjadi daya tarik kuat festival ini, juga ada pentas seni dan budaya serta lomba perahu dan mengayam.
Sekretaris Direktur Jendral Promosi Pariwisata Kemenbudpar, Fathur Bahri mengatakan masalah infrastruktur terutama transportasi udara di Asmat bukan wewenang Kemenbudpar. “Tapi kamai akan terus mendorong pariwisatanya. Kami akan menyampaikan masalah ini dengan menghimbau terus Kementerian Perhubungan agar memperpanjang landasan pacu di Bandara Asmat biar dapat dilandasi pesawat berbadan lebar, berkapasitas di atas 100 orang,” jelasnya.
Potensi wisata yang dapat dinikmati di Kabupaten Asmat antara lain Museum Kebudayaan dan Kemajuan yang terletak 2 Km dari pusat Kota, perahu dan tarian yang biasanya dibawakan untuk menyambut tamu penting dan pejabat, rumah panjang di Agats sekitar 500 meter dari pusat Kota, tarian memanggil roh, dan Taman Nasional Lorentz di Distrik Sawa Erma dan Agats.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar