Tawuran Marak, Wisatawan (bisa) Beranjak
Aman dan nyaman adalah salah satu faktor utama wisatawan mau datang dan berlama-lama berwisata di sebuah kota, daerah atau tujuan wisata. Sayangnya faktor itu tidak disadari dan diindahkan oleh sebagian besar masyarakat kita. Contoh kecil, tawuran antarwarga ataupun kelompok masih terjadi dimana-mana, seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung, bahkan Bali baru-baru ini. Apa dampaknya?
Di Jakarta, ada beberapa titik langganan tawuran. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, wilayah Johar Baru, Jakarta Pusat menjadi wilayah paling rawan tawuran di Jakarta. Sepanjang 2011, tercatat 27 kali tawuran di sana. Tawuran di Johar Baru terakhir terjadi Minggu, 17 Juli 2011.
Wilayah Jakarta lain yang juga rawan tawuran adalah Menteng, Jakarta Pusat mencapai 9 kasus dan Tebet, Jakarta Selatan sebanyak 5 kasus. Total tawuran yang terjadi hingga Juli 2011 di Jakarta mencapai 41 kasus.
Penyebab tawuran beragam. Ada yang mengatakan kemungkinan tawuran itu untuk mengalihkan pemberantasan peredaran narkoba yang dilakukan pihak polisi di wilayah Johar Baru. Maklum beberapa tangkapan pemakai dan pengedar narkoba yang dilakukan aparat Satuan Narkoba Polrestro Jakarta Pusat, beberapa pelakunya berasal dari Johar Baru, Jakarta Pusat.
Namun ada juga karena hal-hal sepele, seperti saling mengejek antarwarga. Kemudian meletup dan memanas akibat aksi provokator. Pihak lain ada yang menyebutkan karena faktor kemiskinan, dendam lama, dan kecemburuan sosial.
Apapun penyebabnya tawuran itu, yang pasti dapat mengakibatkan kerugian besar, harta bahkan nyawa.
Akibat tawuran beberapa kali di Johar Baru ini, sejumlah toko di Pasar Rumput tutup. Pedagangnya mengaku mengalami kerugian. Pasar ini dikenal sebagi pusat penjualan sepeda dan perkakas toilet. Pascatawuran, jumlah pengunjung ke pasar ini menurun karena masih takut, terlebih setelah mendengar, membaca dan melihat kejadian tersebut yang diekspose sejumlah media massa.
Begitupun tawuran antardua massa memperebutkan lahan Kampus SMAK Dago di Jalan Ir H Juanda (Dago) Kota Bandung, Senin (18/7/2011). Tawuran di lahan sekolah almamater mantan Presiden RI BJ Habiebie, Meriam Bellina, dan Ruth Sahanaya ini kontan memanaskan udara Bandung yang biasanya sejuk.
Akibat tawuran itu sejumlah bisnis Factory Outlet (FO) di Jalan Ir H Juanda mengaku menderita kerugian hingga 70%. FO Fashion Gallery misalnya terpaksa tutup lebih awal. Padahal rata-rata pembeli datang ke toko dari sore hingga malam. Begitu juga dengan FO Runway, yang berada di seberang SMAK Dago. Biasanya toko ini dikunjungi 100 pembeli sore dan malam hari atapi sejak sore sudah tutup.
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Jaya Subriyanto mengungkapkan, kedua kubu yang tawuran bukan warga asli Bandung atau Jabar. Kedua belak pihak itu kulit dan postur tubuh yang relatif sama, yakni kulit gelap dengan ramput keriting seperti warga kawasan Timur Indonesia.
Sehari kemudian, giliran Bali terjadi bentrok antarwarga Desa Songan dengan Desa Banjar Kawan, Kabupaten Bali, Selasa (19/7/2011) yang mengakibatkan Pemkab tutup, 1 orang tewas, dan sejumlah orang luka-luka.
Kendati Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Bagus Kade Subhiksu mengatakan belum ada pengaruh terhadap pariwisata Pulau Dewata terkait bentrokan ini namun mengamini kejadian ini dapat saja mempengaruhi kunjungan wisatawan mengingat sektor ini selain menjual jasa juga bertumpu pada faktor keamanan.
Dia menegaskan kalau sampai keamanan terganggu jelas berimbas pada sektor pariwisata, karena wisatawan jadi enggan berlibur ke Bali.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan bentrokan ini tidak mencerminkan nilai-nilai lokal masyarakat Bali. Dia mengharapkan aparat desa, tokoh adat dan pendidik melakukan introspeksi diri agar tidak terulang di kemudian hari.
Citra Buruk
Tawuran, bentrokan, amuk masa atau apapun namanya yang meresahkan dan mengusik rasa aman dan tidak nyaman itu bukan cuma bisa merugikan secara ekonomi, pun membuahkan citra buruk.
Jakarta yang sudah terlanjur bercitra macet, panas, dan sumpek, dengan adanya tawuran di sejumlah titik, kian menambah imej negatifnya menjadi kota rawan tawuran. Kalau sudah begini semakin buram pariwisatanya. Bukankah konsep city tour di Jakarta terseok-seok akibat kemacetan, kini ditambah dengan citra rawan tawuran itu, makin hancurlah.
Begitupun dengan Bandung yang selama ini adem anyem, akibat tawuran itu kesan amannya bisa sedikit tercoreng.
Untuk menghilangkan imej negatif tersebut, perlu diambil tindakan tegas dari aparat agar tidak terulang kembali.
Langkah Polrestro Jakarta Pusat menangkap beberapa pelaku yang berperan sebagai provokator aksi tawuran di Johar Baru baru-baru ini, merupakan langkah tepat. Namun itu belum cukup. Perlu ada penyuluhan sadar wisata dari pihak pemerintah setempat maupun swasta kepada masyarakat terutama penyadaran akan pentingnya keamanan dan kenyaman agar kesan rawan itu lenyap.
Tawuran berulangkali berdampak fatal bagi perkembangan pariwisata setempat, kemunduran bahkan kehancuran. Pasalnya wisatawan jadi enggan datang dan berangsur-angsur mengalihkan kunjungannya ke kota atau daerah lain yang lebih aman dan nyaman.
Jadi sekali lagi harus diingat, aman dan nyaman itu faktor yang kudu dinomorsatukan, dikedepankan oleh sebuah kota, daerah ataupun obyek wisata agar wisatawan mau datang dan tak mau cepat-cepat beranjak.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Di Jakarta, ada beberapa titik langganan tawuran. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, wilayah Johar Baru, Jakarta Pusat menjadi wilayah paling rawan tawuran di Jakarta. Sepanjang 2011, tercatat 27 kali tawuran di sana. Tawuran di Johar Baru terakhir terjadi Minggu, 17 Juli 2011.
Wilayah Jakarta lain yang juga rawan tawuran adalah Menteng, Jakarta Pusat mencapai 9 kasus dan Tebet, Jakarta Selatan sebanyak 5 kasus. Total tawuran yang terjadi hingga Juli 2011 di Jakarta mencapai 41 kasus.
Penyebab tawuran beragam. Ada yang mengatakan kemungkinan tawuran itu untuk mengalihkan pemberantasan peredaran narkoba yang dilakukan pihak polisi di wilayah Johar Baru. Maklum beberapa tangkapan pemakai dan pengedar narkoba yang dilakukan aparat Satuan Narkoba Polrestro Jakarta Pusat, beberapa pelakunya berasal dari Johar Baru, Jakarta Pusat.
Namun ada juga karena hal-hal sepele, seperti saling mengejek antarwarga. Kemudian meletup dan memanas akibat aksi provokator. Pihak lain ada yang menyebutkan karena faktor kemiskinan, dendam lama, dan kecemburuan sosial.
Apapun penyebabnya tawuran itu, yang pasti dapat mengakibatkan kerugian besar, harta bahkan nyawa.
Akibat tawuran beberapa kali di Johar Baru ini, sejumlah toko di Pasar Rumput tutup. Pedagangnya mengaku mengalami kerugian. Pasar ini dikenal sebagi pusat penjualan sepeda dan perkakas toilet. Pascatawuran, jumlah pengunjung ke pasar ini menurun karena masih takut, terlebih setelah mendengar, membaca dan melihat kejadian tersebut yang diekspose sejumlah media massa.
Begitupun tawuran antardua massa memperebutkan lahan Kampus SMAK Dago di Jalan Ir H Juanda (Dago) Kota Bandung, Senin (18/7/2011). Tawuran di lahan sekolah almamater mantan Presiden RI BJ Habiebie, Meriam Bellina, dan Ruth Sahanaya ini kontan memanaskan udara Bandung yang biasanya sejuk.
Akibat tawuran itu sejumlah bisnis Factory Outlet (FO) di Jalan Ir H Juanda mengaku menderita kerugian hingga 70%. FO Fashion Gallery misalnya terpaksa tutup lebih awal. Padahal rata-rata pembeli datang ke toko dari sore hingga malam. Begitu juga dengan FO Runway, yang berada di seberang SMAK Dago. Biasanya toko ini dikunjungi 100 pembeli sore dan malam hari atapi sejak sore sudah tutup.
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Jaya Subriyanto mengungkapkan, kedua kubu yang tawuran bukan warga asli Bandung atau Jabar. Kedua belak pihak itu kulit dan postur tubuh yang relatif sama, yakni kulit gelap dengan ramput keriting seperti warga kawasan Timur Indonesia.
Sehari kemudian, giliran Bali terjadi bentrok antarwarga Desa Songan dengan Desa Banjar Kawan, Kabupaten Bali, Selasa (19/7/2011) yang mengakibatkan Pemkab tutup, 1 orang tewas, dan sejumlah orang luka-luka.
Kendati Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Bagus Kade Subhiksu mengatakan belum ada pengaruh terhadap pariwisata Pulau Dewata terkait bentrokan ini namun mengamini kejadian ini dapat saja mempengaruhi kunjungan wisatawan mengingat sektor ini selain menjual jasa juga bertumpu pada faktor keamanan.
Dia menegaskan kalau sampai keamanan terganggu jelas berimbas pada sektor pariwisata, karena wisatawan jadi enggan berlibur ke Bali.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan bentrokan ini tidak mencerminkan nilai-nilai lokal masyarakat Bali. Dia mengharapkan aparat desa, tokoh adat dan pendidik melakukan introspeksi diri agar tidak terulang di kemudian hari.
Citra Buruk
Tawuran, bentrokan, amuk masa atau apapun namanya yang meresahkan dan mengusik rasa aman dan tidak nyaman itu bukan cuma bisa merugikan secara ekonomi, pun membuahkan citra buruk.
Jakarta yang sudah terlanjur bercitra macet, panas, dan sumpek, dengan adanya tawuran di sejumlah titik, kian menambah imej negatifnya menjadi kota rawan tawuran. Kalau sudah begini semakin buram pariwisatanya. Bukankah konsep city tour di Jakarta terseok-seok akibat kemacetan, kini ditambah dengan citra rawan tawuran itu, makin hancurlah.
Begitupun dengan Bandung yang selama ini adem anyem, akibat tawuran itu kesan amannya bisa sedikit tercoreng.
Untuk menghilangkan imej negatif tersebut, perlu diambil tindakan tegas dari aparat agar tidak terulang kembali.
Langkah Polrestro Jakarta Pusat menangkap beberapa pelaku yang berperan sebagai provokator aksi tawuran di Johar Baru baru-baru ini, merupakan langkah tepat. Namun itu belum cukup. Perlu ada penyuluhan sadar wisata dari pihak pemerintah setempat maupun swasta kepada masyarakat terutama penyadaran akan pentingnya keamanan dan kenyaman agar kesan rawan itu lenyap.
Tawuran berulangkali berdampak fatal bagi perkembangan pariwisata setempat, kemunduran bahkan kehancuran. Pasalnya wisatawan jadi enggan datang dan berangsur-angsur mengalihkan kunjungannya ke kota atau daerah lain yang lebih aman dan nyaman.
Jadi sekali lagi harus diingat, aman dan nyaman itu faktor yang kudu dinomorsatukan, dikedepankan oleh sebuah kota, daerah ataupun obyek wisata agar wisatawan mau datang dan tak mau cepat-cepat beranjak.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar