Menjaring Wisman Lewat Festival Layang-Layang
Festival layang-layang ternyata ampuh menarik wisatawan mancanegara (wisman) bertandang ke obyek wisata. Buktinya festival layang-layang di Monas yang diselenggarakan Suku Dinas Pariwisata Jakarta Pusat, Minggu, 10 Juli 2011, meski tidak berskala internasional namun mampu menjaring turis asing. Dalam waktu dekat dua festival serupa juga akan diadakan dengan melibatkan peserta dari mancanegara. Kapan dan dimana festival layang internasional itu akan digelar?
Layang-layang berbentuk gurita raksasa berwarna kuning begitu dominan di antara beragam layang lainnya. Kehadirannya bukan cuma membuat langit Monas yang Minggu pagi hingga sore itu agak kelabu jadi lebih ceria.
Pengunjung Monas pun ikut membludak. Beberapa di antaranya wisman dari Eropa dan Amerika. Bahkan ada turis bule asal Belanda yang ikut mencoba menaikkan layang-layang milik peserta.
”Kita memberi cendera mata layang-layang kepada turis Belanda itu. Dan dia senang sekali,” jelas Triyugo Prasetyo, Kasudin Pariwisata Jakarta Pusat, Minggu (12/7/2011).
Selain layangan gurita dari bahan parasit itu, ada bermacam bentuk layang kreasi lain yang mewarnai langit sekitar Monas. Ada layangan berbentuk abang dan none Jakarta, topeng betawi, dan ronggeng Bali serta beragam layang dua dimensi hingga tiga dimensi.
Festival layang tahunan yang ke-12 ini menampilkan layang-layang tradisional atau layangan koang dan layang-layang kreasi yang diikuti oleh masyarakat dari 44 kelurahan di Jakarta Pusat. ”Juga ada peserta layang-layang profesional dari Bekasi, Bogor, bahkan Bali. Pemenang pertama mendapat uang pembinaan Rp 2 juta,” kata Triyugo.
Festival yang dipandu oleh pelayang-layang profesional dari komunitas layang-layang Le Gong Kite Society ini juga menggelar workshop pembuatan layang-layang untuk pengunjung anak anak dan keluarga.
Sejumlah anak nampak antusias membuat layang-layang yang baik dan benar, serta mendengarakan penjelasan mengenai fungsi layang-layang di zaman nenek moyang dahulu.
Festival yang digelar masih dalam rangka merayakan HUT Kota Jakarta ke-484 ini, lanjut Triyugo diharapankan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa langit pun dapat dimanfaatkan sebagai ajang atraksi wisata untuk menarik kunjungan wisnus dan wisman. Dan ternyata harapan itu terbukti.
Pedagang layang-layang yang biasa berjualan di sekitar Monas juga kecipratan rezeki dengan adanya festival ini. Babat (55th) salah seorang pedagang layang-layang kertas dari Cisarua, Bogor ini mengaku dagangannya cukup laris.
”Sampai siang ini sudah laku 25 layangan ukuran kecil seharaga Rp 2.000 dan 10 layangan sedang seharga Rp 5.000. Pengunjungnya memang lebih ramai tapi bersaing dengan pedagang layang-layang lain juga jumlahnya kian banyak,” akunya ditemani dua putranya berkeliling menjajakan layangan kepada pengunjung yang datang ke Monas saban Sabtu dan Minggu.
Festival Layang Internasional
Pemenang festival layang kali ini akan mengikuti Jakarta International Kite Festival (JIKF) atau festival layang internasional ke-17 di Eco Park, Ancol, Jakarta selama 2 hari pada 16-17 Juli mendatang.
JIKF kali ini akan diikuti 13 negara dan 18 provinsi. Kegiatannya berupa pameran layanga-layang tingkat dunia, workshop pembuatan daur ulang layang-layang, kompetisi, terbang layang-layang malam hari, pameran foto tentang layang-layang, dan olahraga serta permaian ekstrim terkait layang-layang.
Selain di Ancol, festival layang internasional 2011 juga akan digelar di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada Juli mendatang.
Peserta Pangandaran International Kite Festival (PIKF) 2011 selain Indonesia sebagai tuan rumah juga sejumlah negara antara lain Malaysia, Selandia Baru, Jepang, dan China. Para peserta akan menampilkan bermacam layangan yang bentuknya tak biasa alias unik. Ada yang berbentuk boneka, binatang, wayang, dan lainnya.
”Sebelumnya festival layang di Pangandaran ini masih event nasional, namun tahun ini menjadi event internasional. Festival ini diharapkan dapat menyedot para pengunjung ke Pangandaran akhir pekan ini, baik wisnus maupun wisman,” kata Kadisbudpar Kaupaten Ciamis Ncu Suherman.
PIKF 2011 terbagi beberapa kategori, dari sisi estetika ataupun dari sisi tekniknya. Kegiatan ini menjadi ajang kreasi para penggemar layangan, baik domestik maupun internasional.
Bersamaan dengan festival ini ada kegiatan pendukung seperti bazar dan pameran serta pemilihan putri pantai.
“Disamping festival layang, Kabupaten Ciamis mempunyai festival lain yang berhubungan dengan pantai, antara lain Hajat Laut,” ajelas Ncu Suherman.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Layang-layang berbentuk gurita raksasa berwarna kuning begitu dominan di antara beragam layang lainnya. Kehadirannya bukan cuma membuat langit Monas yang Minggu pagi hingga sore itu agak kelabu jadi lebih ceria.
Pengunjung Monas pun ikut membludak. Beberapa di antaranya wisman dari Eropa dan Amerika. Bahkan ada turis bule asal Belanda yang ikut mencoba menaikkan layang-layang milik peserta.
”Kita memberi cendera mata layang-layang kepada turis Belanda itu. Dan dia senang sekali,” jelas Triyugo Prasetyo, Kasudin Pariwisata Jakarta Pusat, Minggu (12/7/2011).
Selain layangan gurita dari bahan parasit itu, ada bermacam bentuk layang kreasi lain yang mewarnai langit sekitar Monas. Ada layangan berbentuk abang dan none Jakarta, topeng betawi, dan ronggeng Bali serta beragam layang dua dimensi hingga tiga dimensi.
Festival layang tahunan yang ke-12 ini menampilkan layang-layang tradisional atau layangan koang dan layang-layang kreasi yang diikuti oleh masyarakat dari 44 kelurahan di Jakarta Pusat. ”Juga ada peserta layang-layang profesional dari Bekasi, Bogor, bahkan Bali. Pemenang pertama mendapat uang pembinaan Rp 2 juta,” kata Triyugo.
Festival yang dipandu oleh pelayang-layang profesional dari komunitas layang-layang Le Gong Kite Society ini juga menggelar workshop pembuatan layang-layang untuk pengunjung anak anak dan keluarga.
Sejumlah anak nampak antusias membuat layang-layang yang baik dan benar, serta mendengarakan penjelasan mengenai fungsi layang-layang di zaman nenek moyang dahulu.
Festival yang digelar masih dalam rangka merayakan HUT Kota Jakarta ke-484 ini, lanjut Triyugo diharapankan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa langit pun dapat dimanfaatkan sebagai ajang atraksi wisata untuk menarik kunjungan wisnus dan wisman. Dan ternyata harapan itu terbukti.
Pedagang layang-layang yang biasa berjualan di sekitar Monas juga kecipratan rezeki dengan adanya festival ini. Babat (55th) salah seorang pedagang layang-layang kertas dari Cisarua, Bogor ini mengaku dagangannya cukup laris.
”Sampai siang ini sudah laku 25 layangan ukuran kecil seharaga Rp 2.000 dan 10 layangan sedang seharga Rp 5.000. Pengunjungnya memang lebih ramai tapi bersaing dengan pedagang layang-layang lain juga jumlahnya kian banyak,” akunya ditemani dua putranya berkeliling menjajakan layangan kepada pengunjung yang datang ke Monas saban Sabtu dan Minggu.
Festival Layang Internasional
Pemenang festival layang kali ini akan mengikuti Jakarta International Kite Festival (JIKF) atau festival layang internasional ke-17 di Eco Park, Ancol, Jakarta selama 2 hari pada 16-17 Juli mendatang.
JIKF kali ini akan diikuti 13 negara dan 18 provinsi. Kegiatannya berupa pameran layanga-layang tingkat dunia, workshop pembuatan daur ulang layang-layang, kompetisi, terbang layang-layang malam hari, pameran foto tentang layang-layang, dan olahraga serta permaian ekstrim terkait layang-layang.
Selain di Ancol, festival layang internasional 2011 juga akan digelar di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada Juli mendatang.
Peserta Pangandaran International Kite Festival (PIKF) 2011 selain Indonesia sebagai tuan rumah juga sejumlah negara antara lain Malaysia, Selandia Baru, Jepang, dan China. Para peserta akan menampilkan bermacam layangan yang bentuknya tak biasa alias unik. Ada yang berbentuk boneka, binatang, wayang, dan lainnya.
”Sebelumnya festival layang di Pangandaran ini masih event nasional, namun tahun ini menjadi event internasional. Festival ini diharapkan dapat menyedot para pengunjung ke Pangandaran akhir pekan ini, baik wisnus maupun wisman,” kata Kadisbudpar Kaupaten Ciamis Ncu Suherman.
PIKF 2011 terbagi beberapa kategori, dari sisi estetika ataupun dari sisi tekniknya. Kegiatan ini menjadi ajang kreasi para penggemar layangan, baik domestik maupun internasional.
Bersamaan dengan festival ini ada kegiatan pendukung seperti bazar dan pameran serta pemilihan putri pantai.
“Disamping festival layang, Kabupaten Ciamis mempunyai festival lain yang berhubungan dengan pantai, antara lain Hajat Laut,” ajelas Ncu Suherman.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar