Hotel di Padang Bertambah Menjadi 67 Unit Pascagempa
Akibat gempa yang mengguncang Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada 30 September 2009, sejumlah hotel ambruk dan rusak. Kini 2 tahun pascagempa, jumlah hotelnya bertambah. Faktor pemicunya, alam dan budaya Sumatera Barat masih menjadi daya tarik kuat wisatawan untuk datang, pun dampak dari penyelenggaran Tour de Singkarang beberapa waktu lalu. Hotel baru apa saja?
Sampai akhir 2010, jumlah hotel di Kota Padang bertambah menjadi 67 unit, atau lebih banyak dari sebelum terjadi gempa 2009. Peningkatan juga terjadi pada rumah makan, cafe, dan warung kopi sebanyak 271 unit.
Perbaikan hotel yang rusak akibat gempa dan pembangunan hotel-hotel baru berlangsung selama 2010. Hotel baru yang dibangun antara lain Hotel Aliga, Grand Sari, Bunda, dan hotel berbintang lima, Basko Grand Hotel.
Hotel di Kota Padang sebelum gempa berkekuatan 7,9 SR semula berjumlah 50 hotel terdiri dari 13 hotel berbintang dan 37 non bintang atau kelas melati. Setelah gempa tinggal 36 hotel. Hotel yang rata dengan tanah dan rusak berat antara lain Hotel Ambacang, Hayam Huruk, Natour Muaro, dan Hotel Bumi Minang.
Selain hotel, ada 27 unit rumah makan, warung kopi dan kafe yang rusak dan akhirnya tak beroperasi.
Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menjelaskan peningkatan pembangunan hotel baru di Padang dikarenakan adanya pertumbuhan peningkatan pengujung ke Padang sebagai pintu gerbang ke berbagai daerah lain di Sumbar, baik itu wisatawan, perantau, maupun pebisnis.
Menurutnya, pesona alam dan budaya Minang masih menjadi daya pikat utama mengapa Sumbar diminati wisatawan. Pelaksanaan lomba balap sepeda berskala intenasional Tour de Singkarang 2011 beberapa waktu lalu juga menjadi pemicu pertumbuhan hotel baru.
Jumlah hotel di Padang sudah bertambah. Kini tinggal bagaimana mempromosikannya agar tingkat huniannya pun meningkat. Salah satunya dengan rajin menggelar event budaya, olahraga dan lain berskala internasional yang dikemas secara menarik. Juga tak kalah penting, tetap menjaga keamanan dan kenyaman agar wisatawan mau dan betah tinggal berlama-lama di Padang.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto. Dok Ist.
Sampai akhir 2010, jumlah hotel di Kota Padang bertambah menjadi 67 unit, atau lebih banyak dari sebelum terjadi gempa 2009. Peningkatan juga terjadi pada rumah makan, cafe, dan warung kopi sebanyak 271 unit.
Perbaikan hotel yang rusak akibat gempa dan pembangunan hotel-hotel baru berlangsung selama 2010. Hotel baru yang dibangun antara lain Hotel Aliga, Grand Sari, Bunda, dan hotel berbintang lima, Basko Grand Hotel.
Hotel di Kota Padang sebelum gempa berkekuatan 7,9 SR semula berjumlah 50 hotel terdiri dari 13 hotel berbintang dan 37 non bintang atau kelas melati. Setelah gempa tinggal 36 hotel. Hotel yang rata dengan tanah dan rusak berat antara lain Hotel Ambacang, Hayam Huruk, Natour Muaro, dan Hotel Bumi Minang.
Selain hotel, ada 27 unit rumah makan, warung kopi dan kafe yang rusak dan akhirnya tak beroperasi.
Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menjelaskan peningkatan pembangunan hotel baru di Padang dikarenakan adanya pertumbuhan peningkatan pengujung ke Padang sebagai pintu gerbang ke berbagai daerah lain di Sumbar, baik itu wisatawan, perantau, maupun pebisnis.
Menurutnya, pesona alam dan budaya Minang masih menjadi daya pikat utama mengapa Sumbar diminati wisatawan. Pelaksanaan lomba balap sepeda berskala intenasional Tour de Singkarang 2011 beberapa waktu lalu juga menjadi pemicu pertumbuhan hotel baru.
Jumlah hotel di Padang sudah bertambah. Kini tinggal bagaimana mempromosikannya agar tingkat huniannya pun meningkat. Salah satunya dengan rajin menggelar event budaya, olahraga dan lain berskala internasional yang dikemas secara menarik. Juga tak kalah penting, tetap menjaga keamanan dan kenyaman agar wisatawan mau dan betah tinggal berlama-lama di Padang.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto. Dok Ist.
0 komentar:
Posting Komentar