Pencurian 600 Fosil Sangiran Berhasil Digagalkan
Pencuri-an ilegal sekitar 600 fosil dari Situs Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah berhasil digagalkan Polsek Kali-jambe pada Rabu malam tanggal 13 Oktober 2010. Penemuan ini memberi banyak hikmah sekalagus pembelajaran bagi semua pihat terkait, termasuk masyarakat. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala (Ditjen Sepur), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Aurora Tambunan di Jakarta, Kamis (14/10/2010).
Menurut Aurora pencurian ini terjadi disebabkan banyak unsur seperti kemiskinan dan unsur mau cepat dapat uang atau easy money, sehingga banyak orang tidak terlalu mengerti bahwa apa yang dilakukannya itu salah. “Kejadian ini harus bisa membuat semua pihak terkait seperti polisi, petugas pelabuhan, daan lainnya untuk lebih berhati-hati dan senantiasa waspada menjaga kemungkinan adanya pencurian lagi, “ jelasnya.
Direktur Peninggalan Purbakala, Junus Satrio Atmodjo menilai kasus pencurian fosil Sangiran ini adalah sindikat besar. “Kita tidak bisa lihat orang per orang. Ini jaringan yang terorganisir karena ada pencari, pengumpul, pengantar dan penadahnya,” jelasnya.
Fosil-fosil yang berhasil digagalkan itu, lanjut Junus sudah diklasifikasi oleh aparat Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. “Jumlahnya sekitar 600 potong. Ada tulang belulang dari badak, gajah jenis stegodon yakni gajah purba berusia 1 juta tahun lalu yang sudah punah, gigi geraham gajah stegodon, dan kepala buaya purba jenis gavial yang harga jualnya mendekati 1 miliar. Apalagi bila tengkorang buaya itu utuh, masih ada gigi dan rahang bawahnya, pasti harganya lebih mahal,” terangnya.
Selain fosil itu, lanjut Junus, saya juga mendapatkan foto gading gajah yang sudah diubah menjadi butiran manik-manik dalam beberapa keranjang. “Satu butir manik itu dijual 30 dollar USA, tergantung besar dan kualitas. Saya pernah lihat manik-manik gading gajah purba itu diperdagangkan secara komersial lewat internet,” katanya.
Menurut Junus lagi, kelihatan fosil-fosil curian tersebut ditemukan dengan cara digali. “Biasanya dijual dalam potongan, tapi ini dijual utuh. Ini ada indikasi bahwa pemesannya adalah orang-orang atau lembaga-lembaga khusus. Bukan orang atau lembaga biasa. Ini jadi pertanyaan besar. Kita ingin ketahui siapa orang atau lembaga yang secara terencana datang lalu menggali dan mengumpulkan fosil sebanyak itu,” paparnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Polsek Kalijambe, ada 6 tersangka yang dtahan atas dugaan pencurian fosil Sangiran tersebut. Keenam tersangka itu Wasimin- warga Sangiran dan sekaligus pemilik yang merupakan pemain lama, Mujiono-penunjuk jalan, Ari Nugroho-sopir truk, Suparso-kenek, Dennis Bradley-warga negara asing sebagai pembeli yang tengah diselidiki kewarganegaraan aslinya, dan Philip Robinson-orang Bali kelahiran Kupang.
Status mereka, kata Junus baru level pengumpulan informasi, dalam proses penyelidikan belum sampai penyidikan. Dalam beberapa hari lagi statusnya akan berubah bila terbukti.
Buat Lembaga Terpadu
Atas kejadian ini, Aurora Tambunan berencana akan membuat kelembagaan terpadu yang terdiri atas unsur pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan pihak terkait lainnya untuk sama-sama menjadi satu kesatuan bekerja.
“Sementara kita baru punya Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang diisi sejumlah aparat yang berkerja untuk itu di Sangiran. Kami belum ada rencana secara kongkrit membeli tanah dalam kawasan tersebut lalu di pagar. Untuk sementara ini kita hanya mensosialisaikan kepada masyarakat bahwa fosil-fosil di Sangiran yang mereka temukan baik disengaja atau tidak itu bukanlah barang dagangan. Fosil-fosil ini merupakan kekayaan bumi Indonesia yang bukan untuk di perdagangan,” jelasnya.
Situs Manusia Purba Sangiran merupakan situs yang paling banyak memiliki temuan manusia purba di dunia. Menurut Junus, ada 4 situs manusia purba di dunia, yakni di Kenya (Afrika), Jerman (Eropa), China, dan Sangiran (Indonesia). Namun yang paling banyak ditemukan manusia purba jenis Homo Erectus adalah Sangiran.
“Di Sangiran pernah ditemukan fosil manusia purba Homo Erectus berusia 1,3 juta-1,5 juta tahun lalu. Juga sejumlah fosil bermacam hewan purba seperti kuda nil, gajah, dan buaya. Oleh karena itu situs ini kerap diburu oleh orang-orang yang ingin mendapatan uang dengan cepat, termasuk masyarakat sekitar yang tinggal di Sangiran” jelasnya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Dok Ist.
Menurut Aurora pencurian ini terjadi disebabkan banyak unsur seperti kemiskinan dan unsur mau cepat dapat uang atau easy money, sehingga banyak orang tidak terlalu mengerti bahwa apa yang dilakukannya itu salah. “Kejadian ini harus bisa membuat semua pihak terkait seperti polisi, petugas pelabuhan, daan lainnya untuk lebih berhati-hati dan senantiasa waspada menjaga kemungkinan adanya pencurian lagi, “ jelasnya.
Direktur Peninggalan Purbakala, Junus Satrio Atmodjo menilai kasus pencurian fosil Sangiran ini adalah sindikat besar. “Kita tidak bisa lihat orang per orang. Ini jaringan yang terorganisir karena ada pencari, pengumpul, pengantar dan penadahnya,” jelasnya.
Fosil-fosil yang berhasil digagalkan itu, lanjut Junus sudah diklasifikasi oleh aparat Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. “Jumlahnya sekitar 600 potong. Ada tulang belulang dari badak, gajah jenis stegodon yakni gajah purba berusia 1 juta tahun lalu yang sudah punah, gigi geraham gajah stegodon, dan kepala buaya purba jenis gavial yang harga jualnya mendekati 1 miliar. Apalagi bila tengkorang buaya itu utuh, masih ada gigi dan rahang bawahnya, pasti harganya lebih mahal,” terangnya.
Selain fosil itu, lanjut Junus, saya juga mendapatkan foto gading gajah yang sudah diubah menjadi butiran manik-manik dalam beberapa keranjang. “Satu butir manik itu dijual 30 dollar USA, tergantung besar dan kualitas. Saya pernah lihat manik-manik gading gajah purba itu diperdagangkan secara komersial lewat internet,” katanya.
Menurut Junus lagi, kelihatan fosil-fosil curian tersebut ditemukan dengan cara digali. “Biasanya dijual dalam potongan, tapi ini dijual utuh. Ini ada indikasi bahwa pemesannya adalah orang-orang atau lembaga-lembaga khusus. Bukan orang atau lembaga biasa. Ini jadi pertanyaan besar. Kita ingin ketahui siapa orang atau lembaga yang secara terencana datang lalu menggali dan mengumpulkan fosil sebanyak itu,” paparnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Polsek Kalijambe, ada 6 tersangka yang dtahan atas dugaan pencurian fosil Sangiran tersebut. Keenam tersangka itu Wasimin- warga Sangiran dan sekaligus pemilik yang merupakan pemain lama, Mujiono-penunjuk jalan, Ari Nugroho-sopir truk, Suparso-kenek, Dennis Bradley-warga negara asing sebagai pembeli yang tengah diselidiki kewarganegaraan aslinya, dan Philip Robinson-orang Bali kelahiran Kupang.
Status mereka, kata Junus baru level pengumpulan informasi, dalam proses penyelidikan belum sampai penyidikan. Dalam beberapa hari lagi statusnya akan berubah bila terbukti.
Buat Lembaga Terpadu
Atas kejadian ini, Aurora Tambunan berencana akan membuat kelembagaan terpadu yang terdiri atas unsur pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan pihak terkait lainnya untuk sama-sama menjadi satu kesatuan bekerja.
“Sementara kita baru punya Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang diisi sejumlah aparat yang berkerja untuk itu di Sangiran. Kami belum ada rencana secara kongkrit membeli tanah dalam kawasan tersebut lalu di pagar. Untuk sementara ini kita hanya mensosialisaikan kepada masyarakat bahwa fosil-fosil di Sangiran yang mereka temukan baik disengaja atau tidak itu bukanlah barang dagangan. Fosil-fosil ini merupakan kekayaan bumi Indonesia yang bukan untuk di perdagangan,” jelasnya.
Situs Manusia Purba Sangiran merupakan situs yang paling banyak memiliki temuan manusia purba di dunia. Menurut Junus, ada 4 situs manusia purba di dunia, yakni di Kenya (Afrika), Jerman (Eropa), China, dan Sangiran (Indonesia). Namun yang paling banyak ditemukan manusia purba jenis Homo Erectus adalah Sangiran.
“Di Sangiran pernah ditemukan fosil manusia purba Homo Erectus berusia 1,3 juta-1,5 juta tahun lalu. Juga sejumlah fosil bermacam hewan purba seperti kuda nil, gajah, dan buaya. Oleh karena itu situs ini kerap diburu oleh orang-orang yang ingin mendapatan uang dengan cepat, termasuk masyarakat sekitar yang tinggal di Sangiran” jelasnya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Dok Ist.
0 komentar:
Posting Komentar