. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 31 Oktober 2010

Mengusir Bosan di Jeram-Jeram Palayangan



Rutinitas dan atmosfir kerja, tak pelak bikin bosan bahkan stres. Refreshing di alam terbuka dengan kegiatan berbumbu petualangan seperti arung jeram (rafting), bisa jadi obat yang ampuh. Dan jeram-jeram di Sungai Palayangan, pilihan lokasi yang tepat untuk mengusir jenuh itu.

Sungai di negeri ini yang biasa digunakan untuk mengusir bosan dengan berarung jeram, cukup melimpah. Salah satunya Sungai Palayangan di Pangalengan, Jawa Barat yang airnya bersumber dari Situ Cileunca.

Situ Cileunca yang berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 12 C – 20 C, merupakan danau buatan di daerah perkebunan teh Malabar, kaki Gunung Nini.

Di bibir Situ Cileunca, Lina_reporter dari Radio Republik Indonesia (RRI) dan Burhan_Kepala Bidang Humas, Pusat Informasi dan Humas (Pusformas), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), tengah sibuk mengenakan perlengkapan standar yang biasa dikenakan dalam kegiatan rafting.

Setelah mengenakan life jacket cerah dan helm warna senada, keduanya berkumpul dengan peserta lainnya untuk mendengarkan pengarahan instruktur rafting seputar aturan dalam melakukan olahraga arung jeram ini. Para instruktur dan rescue team adalah kelompok anak muda dari sekitar Situ Cileunca yang berpengalaman dan sebelumnya sudah mendapat pelatihan sebagai pemandu wisata rafting.

“Kalau saya bilang stop, jangan mendayung, dan dayung harus dalam posisi di atas pangkuan. Kalau aba-aba mundur, didayung mundur, kalau maju ya didayung maju. Kalau saya berteriak boom, kalian harus menunduk. Ngerti kan,” terang Asep, salah seorang instruktur yang disambut teriakan kompak Lina dan Burhan. Ngertiiiii.

Di tepi danau yang berair tenang itu, bukan Lina dan Burhan saja yang tampak serius mendengarkan pengarahan instruktur. Masih ada puluhan jurnalis yang tergabung dalam Forum Wartawan Kebudayaan dan Pariwisata (Forbudpar) beserta staff Pusformas Kemenbudpar lainnya. Tujuan mereka berarung jeram di Sungai Palayangan yang berawal dari Situ Cieunca, Jumat siang itu adalah satu, mengusir bosan!

Mereka terbagi dalam enam perahu karet khusus yang masing-masing bermuatan enam dan ada yang 7 orang, termasuk seorang instruktur. Dua penumpang yang duduk di depan dan belakang serta instruktur sebagai pemegang dayung. Sementara dua orang lagi yang duduk di tengah perahu, duduk manis sebagai penggembira.

Sebelum mengarungi jeram-jeram yang sebenarnya. Mereka melakukan pemanasan di permukaan air danau yang tenang sekitar 10 menit dengan perahu karet khusus berwarna merah cerah. Wajah Lina, Burhan, dan lainnya masih nampak tenang dan sumringah, secerah warna pelampung yang pakainya.

Setibanya di jembatan, pemanasan berakhir. Satu-persatu mereka turun dari perahu lalu berjalan kaki menyeberang jembatan dan menuruni lapangan rumput. Setibanya di plang bertuliskan “Wellcome Palayangan River”, masing-masing kelompok diabadikan bersama oleh fotografer setempat. Kemudian langsung menuju perahu karet yang sudah terlebih dulu dilarungkan dan siap membawa mereka terombang-ambing oleh riam-riam Palayangan yang sesungguhnya.

Pada awalnya Sungai Palayangan hanya difungsikan sebagai sarana penyalur air dari Situ Cileunca menuju PLTA Pangalengan. Sama halnya dengan Situ Cileunca, sungai ini merupakan sungai buatan yang pengelolaannya dipegang oleh Indonesia Power. Dengan karakter sungainya yang berbatu-batu, berarus lumayan deras, justru memberikan keuntungan lain bagi warga sekitarnya, yakni wisata arung jeram yang sudah dimulai sejak tahun 80-an.

Lebar badan sungainya relatif sempit antara 5-10 meter dengan kelokkan tajam. Jadi hanya mampu menampung satu perahu karet. Tapi arus airnya bervariasi dari tenang hingga kencang, ber-gradient 30-60 derajat dengan kelas jeram ber-grade antara III - IV.

Saat kondisi normal, debit airnya 2M3 perdetik. Sedangkan pada musim hujan dengan volume air yang melimpah, debit air dapat mencapai lebih dari 4M3 per detik. Kendati begitu airnya tetap jernih, bersih, dan pastinya dingin. Setibanya di Bandung, air sungai ini diolah oleh PDAM Bandung menjadi air bersih untuk diminum warga Bandung. Jadi kalau terminum saat berarung jeram, rasanya bukan masalah.

14 Jeram
Ada sekurangnya 14 jeram yang menghuni sungai ini antara lain jeram selamat datang, rungkun, blender, es, kecapi, domba, anak domba, gadis 1, gadis 2, dan jeram rahong. Namun jeram yang paling menarik dan menantang yakni jeram domba, blender, dan jeram kecapi dengan gradient tertinggi. Di sebut jeram domba karena dulu ada domba yang mati terjatuh di jeram tersebut. Dinamakan jeram blender, karena arusnya berputar-putar deras seperti sedang memblender apa pun yang masuk ke dalamnya. Sedangkan jeram kecapi lantaran jeramnya yang panjang dan menurun seperti tingkatan dawai alat musik petik kecapi.

Butuh waktu sekitar 1,5 - 2 jam untuk mengarungi semua jeramnya dari titik start hingga finish sepajang lebih kurang 5 Km. Yang menarik lagi sekaligus nilai lebih buat sungai ini, panorama sekitarnya sangat indah karena berada di lembah di antara hutan pinus dan perkebunan teh.

Nah, sewaktu melihat dan mendengar gemuruh riam selamat datang, jeram pertama di sungai ini, beberapa peserta mulai merona wajahnya. “Deg-deggan nih dadaku,” kata Lina. Begitu pun dengan Burhan, meskipun tak dia ucapkan tapi terlihat dari rautnya. Boleh dibilang hampir semua peserta dihinggapi sedikit ketegangan.

Namun seketika berubah, ketika perahu satu demi satu meluncur deras mengikuti kodratnya, terbawa arus deras, meliuk-liuk di antara bebatuan hingga ke genangan terendah. Setiap jeram yang terlewati hampir setiap peserta berteriak keras, wooooow…seolah ingin mengalahkan gemuruh jeramnya.

Selama pengarungan, ada peserta yang terlihat selalu cerah, begitu menikmati guncangan perahu tak pernah letih. Ada pula yang dari awal hingga pertengahan, tegang dan ingin segera berakhir. “Sewaktu di perahu aku sempat mikir kapan sampai-nya,” kata Lina. Sementara Vani mengaku mendapatkan sesuatu baru yang mengasyikkan. “Jujur, aku baru kali ini rafting, ternyata asyik banget, lebih fun daripada flying fox,” akunya.

Tapi yang pasti usai berarungjeram, terpancar kepuasan dari wajah mereka. “Rasa bosanku, benar-benar sirna,” kata Lina seraya diamini Burhan. Setibanya di lokasi finish, beberapa peserta menceburkan diri ke sungai sebagai pelampiasan kepuasannya mengarungi jeram-jeram Palayangan.

Dengan debit air yang stabil sepanjang tahun, jeram-jeram yang menantang, pemandangan yang indah, dan jarak yang cukup dekat dengan Bandung serta aman digunakan bagi pemula yang belum pernah berarung jeram sekalipun, rasanya tak berlebihan bila sungai ini menjadi lokasi arung jeram terbaik untuk mengusir penat dan bosan. Anda pun layak mencoba.

Tips perjalanan
Tak sulit mengunjungi Situ Cileunca yang menjadi titik awal berarung jeram di Sungai Palayangan. Jaraknya sekitar 45 km di selatan Bandung, tepatnya di Kecamatan Pangalengan yang terkenal sebagai daerah penghasil susu dan sayuran.

Kalau tidak membawa kendaraan pribadi, dari Terminal Bandung Anda naik bus ke terminal Pangalengan, kemudian dilanjutkan dengan naik angkot ke Situ Cielunca. Setibanya di sana, Anda mendaftarkan rombongan ke pihak pengelola untuk berarung jeram. Minimal l perahu 6 orang, per orang dikenakan biaya Rp 200.000. Bila rombongan Anda kurang dari 6 orang, tetap di kenakan harga 1 perahu Rp 1,2 juta. Harga tersebut sudah termasuk makan siang setelah rafting dan angkutan lokal yang menjemput Anda usai rafting ke Situ Cileunca.

Kalau Anda ingin bermalam, di sekitar Situ Cileunca tersedia homestay sederhana dengan fasilitas seadanya. Tapi kalau ingin yang lebih berfasilitas lengkap, Anda bisa memilih resort dan hotel di Pangalengan, antara lain Resort Citere, Hotel Puri Pangalengan atau Hotel Damanaka.

Keesokan harinya, Anda dapat melanjutkan ke berbagai obyek wisata terdekat seperti wana wisata Hutan Rahong untuk ber-outbond flying fox dan paint ball. Atau ke pabrik susu KPBS Pangalengan untuk melihat proses pembuatan sekaligus membeli bermacam olahan makanan dari susu seperti permen susu caramel, dodol, dan kerupuk susu. Pilihan lain, mandi air hangat pegunungan di kolam pemandian air panas Cibolang, atau ke Gunung Puntang dan Makam Bosscha.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Baca tulisan terkait:
1. Rafting & Flying Fox Pacu Adrenalin Jurnalis & Humas Budpar
2. Sungai-Sungai Pembunuh Jenuh dari Aceh hingga Papua

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP