. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 14 Juni 2022

Empat Aksi Ini, Bikin Peringatan 2 Dekade TN Kepulauan Seribu Sarat Konservasi


Ada empat aksi atau kegiatan yang membuat puncak acara peringatan 2 Dekade Taman Nasional Kepulauan Seribu" berjalan seru, menarik, dan juga amat bermuatan konservasi atau pelestarian alam. 

Keempat aksi yang dilakukan itu adalah  pelepasliaran tukik atau anak penyu, penanaman bibit mangrove, penanaman bibit lamun, dan penanaman baby coral atau anak karang.

Semua aktivitas pelestarian ekosistem laut atau bahari itu berlangsung tak jauh dari lokasi puncak acara yaitu dekat dengan pelataran kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III Pulau Pramuka yang berada di Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Senin (13/6/2022).

Keempat aksi konservasi bahari tersebut terasa spesial karena diadakan saat Taman Nasional Kepulauan Seribu genap berusia 2 dekade atau 20 tahun.

Menariknya lagi, Sekretaris Direktorat Jenderal (Setditjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Suharyono ikut melakukan 4 aksi tersebut bersama dengan para undangan lain seperti beberapa direktur dibawah KSDAE atau yang mewakili, dan juga beberapa alumni atau mantan Kepala Balai (KaBalai) Taman Nasional (TN) Kepulauan Seribu, serta Ketua Dharma Wanita Persatuan KSDAE, KLHK, Ambar Bambang Hendroyono.

Mereka tentunya didampingi KaBalai TN Kepulauan Seribu saat ini, Kusminardi sepanjang aksi konservasi berlangsung.

Saat melakukan keempat aksi, mereka juga dipandu oleh seorang pemandu yang bertugas menjelaskan apa itu tukik, mangrove, lamun, dan terumbu karang, berikut manfaat keberadaanya serta cara melakukan aksi-aksi tersebut dengan baik dan benar.


Pelepasliaran tukik mengawali aksi konservasi bahari 2 Dekade TN Kepulauan Seribu. Ada sebanyak 100 tukik yang dilepasliarkan di pantai yang berjarak sekitar 20 meter dari lokasi acara, atau Tepatnya di seberang Pusat Suaka (Sanctuary) Penyu.

Sebagai informasi Pusat Sanctuary Penyu Pulau Pramuka diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 14 April 2016 lalu. Di tempat itu terdapat beberapa kolam yang berisi sejumlah tukik sesuai usianya, sebelum dilepasliarkan ke habitatnya, perairan Kepulauan Seribu.

Menurut pemandu aksi dari Pusat Sanctuary Penyu, dari 100 tukik yang dilepasliarkan bertepatan dengan 2 Dekade TN Kepulauan Seribu, sisanya akan dilepasliarkan di Pantai Sunrise, yang berada masih di Pulau Pramuka.

KaBalai TN Kepulauan Seribu Kusminardi menambahkan kalau kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan habitat bagi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) yang dilindungi.

Dalam upaya pelestariannya, selain dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur, dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran, dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka, Kelapa Dua, Harapan, dan Pulau Sepa.

"Kegiatan di Pulau Pramuka ini misalnya dilakukan dengan cara mengambil telur dari pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami. Anak penyu (tukik) hasil penetasan tersebut kemudian sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya dipelihara sementara untuk dilepaskan secara bertahap," terangnya.

Selepas lepas tukik, aktivasi konservasi bahari berikutnya adalah menanam bibit mangrove. Setditjen KSDAE Suharyono menjadi orang pertama yang melakukan penanaman. 


Dari atas trek papan kayu yang berada di area treking mangrove, Suharyono menjadi orang pertama yang memberikan bibit mangrove kepada petugas di bawah trek atau di pantai untuk ditanam di lokasi yang sudah ditentukan sesuai dengan plang namanya. Kemudian diikuti peserta lainnya.

Saat mereka melakukan aksi tanam mangrove, pemandunya menjelaskan kalau mangrove di Kepulauan Seribu termasuk bertipe fringe forest yaitu hutan mangrove tepi laut yang tumbuh melingkari daerah sepanjang pantai ke arah laut di teluk dan laguna. 

"Manfaat mangrove sangat banyak, di antaranya melindungi dan menstabilkan pantai, mengurangi erosi, menangkap sedimen, dan menahan pukulan ombak  serta angin kencang," jelas pemandunya.

Aksi konservasi bahari selanjutnya atau yang ketiga adalah menanam lamun. Suharyono ikut mengikat bibit lamun dengan kertas tisu ke wadah yang terbuat dari kawat besi. 

Pemandunya menjelaskan sekurangnya ada 7 jenis lamun yang hidup di kawasan TN Kepulauan Seribu, antara lain bisa ditemui di Pulau Pramuka ini, juga di Pulau Panggang, Kelapa, dan Pulau Harapan.

"Lamun ini seperti rerumputan yang tumbuh di tepi laut. Mereka satu-satunya tumbuhan berbunga yang mampu beradaptasi dan tumbuh di perairan pantai," terangnya.

Seperti mangrove, peran lamun antara lain menstabilkan pantai. "Daun-daun lamun akan menangkap sedimen lalu mengendapkannya ke dasar sehingga perairan menjadi jernih," kata pemandunya.


Aksi berikutnya atau yang terakhir adalah menanam baby coral ke beberapa media konblok yang sudah disiapkan oleh komunitas Smilling Coral Indonesia (SCI).

Ketua SCI sekaligus pemandu, Hermansyah,  menjelaskan kalau pihaknya memiliki banyak jenis baby coral berupa karang hias yang cantik.

Adopsi Baby Coral
Selain menanam baby coral secara langsung di perairan Pulau Pramuka, pihaknya juga menawarkan paket adopsi baby coral dan tanam coral secara online atau virtual buat wisatawan peminat ekowisata dimanapun berada, yang belum berkesempatan datang langsung ke Pulau Pramuka, TN Kepulauan Seribu.

"Satu paket adopsi sudah dapat E-sertifikat, foto perkembangan coral yang diadopsi tiap bulan, foto penanaman, taging nama, dan perawatan," terangnya.

Selepas menanam baby coral, seluruh undangan melakukan sesi foto bersama berlatar tulisan Taman Nasional Kepulauan Seribu bercat warna kuning dan merah.


Sebelum ishoma (istirahat, sholat zuhur, dan makan siang) di kantor SPTN Wilayah III Pulau Pramuka, Suharyono menilai 4 aksi konservasi bahari seperti inilah yang harus diutamakan oleh Balai TN Kepulauan Seribu untuk menjaga kelestarian ekosistem lautnya.

"Wisata alam berbasis pelestarian seperti inilah yang sesuai dengan tugas utama TN Kepulauan Seribu yaitu pelestarian. Namun harus tetap dilakukan secara terbatas sesuai daya dukung atau daya tampung lokasinya masing-masing. Bukan wisata massal atau mass tourism, supaya kehadiran wisatawan tidak sampai merusak terumbu karang, mangrove, lamun dan lainnya," pesan Suharyono.

TravelPlus Indonesia yang hadir meliput langsung pelaksanaan 4 aksi konservasi bahari pada puncak acara peringatan 2 Dekade TN Kepulauan Seribu, sangat sependapat dengan apa yang diutarakan Suharyono, bahwa kawasan konservasi di darat maupun laut, bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata yang berbasis pada pelestarian alam secara terbatas dengan tujuan agar keberadaan ekosistemnya tetap terjaga, dan tak lupa melibatkan peran aktif masyarakat lokal supaya memberikan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Salam Pro Konservasi: Semakin Dijaga, Semakin Sejahtera.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP