. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 27 Juni 2022

23 Jalan di Jakarta Berganti Nama, Ini Kiatnya Jika Ingin Jadi Daya Tarik Wisata


23 nama jalan di ibukota yang sudah berganti nama tokoh Betawi dan nama tokoh asal Jakarta dengan tujuan menghormati Pahlawan Nasional, tokoh Betawi, maupun tokoh lain yang berjasa bagi Jakarta baru-baru ini, berpeluang besar menjadi daya tarik wisata.

Maksudnya, perubahan tersebut bukan sekadar hanya ganti nama yang ujung-ujungnya berdampak terhadap perubahan nama jalan di kolom alamat di KTP, KIA, Kartu Keluarga, dan dokumen penting lainnya, lalu selesai. Namun sebenarnya juga dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk menjadikan 23 jalan tersebut berdaya tarik wisata atau bermagnet lebih dibanding sebelumnya.

Bagaimana kiatnya? Berdasarkan amatan TravelPlus Indonesia langsung di beberapa jalan yang berganti nama tersebut, sekurangnya ada 5 kiat atau cara untuk menjadikannya sebagai daya tarik wisata.

Pertama, menata (mengatur, merapihkan, menyusun) jalan yang sudah berganti nama tersebut menjadi lebih tertata, teratur, rapih, indah, bersih, menarik, indah dan sedap dipandang mata, dan bahkan menjadi lebih fotogenik/instagramable baik di siang maupun malam hari.

Mulai dari plang nama jalan barunya, harus tampil lebih keren, bermuatan budaya lokal/Betawi, gagah, dan menarik. Bukan asal dibuat, apalagi asal ada. 

Begitupun dengan trotoarnya, saluran air (got), tanaman/pepohonannya, lampu hias penerang jalannya, tempat sampahnya, lalu lintasnya sampai bentuk sejumlah bangunan di tepian kiri kanannya (rumah, kantor, kedai, rumah makan, resto, kafe, warung tenda, toko, gudang, mini market, surau, masjid, dan lainnya).

Semua itu harus ditata ulang agar tampilan/parasnya menjadi lebih keren, kekinian, bermuatan budaya lokal atau unik serta berdaya tarik sehingga warga dan wisatawan senang mengunjungi, melihat, dan mengabadikannya.

Untuk mewujudkannya tentu perlu kolaborasi apik dari sejumlah pihak terkait yakni pemerintah kota mulai dari ketua RT, lurah, camat, dan walikota serta dari Pemprov DKI Jakarta serta masyarakat (tokoh masyarakat, orang-orang yang dituakan, komunitas, seniman, wirausahawan/pengusaha, dan tentunya warga yang berada di jalan tersebut).

Kiat kedua, pihak-pihak terkait tersebut harus kreatif, inovatif, dan produktif membuat berbagai event menarik baik dalam kemasan festival, bermacam lomba, pameran/bazaar produk UMKM (kuliner, kerajinan tangan, dan lainnya), sport tourism (lomba lari, jalan santai, pencak silat, dan lainnya), culture event (di antaranya lomba/pertunjukan bermacam kesenian tradisional Betawi seperti tari, lagu, dan tradisi/upacara adat Betawi, parade/pawai budaya, konser musik tradisional dan modern), dan lainnya.

Event-event tersebut harus dibuat secara profesional, menarik, unik, keren, wah, dan beda, bukan asal ada apalagi asal punya event. 

Misalnya event tersebut punya muatan peduli lingkungan, seperti tidak menggunakan wadah makanan/minuman yang berbahan plastik/styrofoam, dan bahan tidak ramah lingkungan lainnya. 

Penyelenggaraannya tertib, aman, bikin nyaman, rapih, dan mengindahkan kebersihan alias tidak membuat pengunjung sampai membuang sampah sembarangan karena sudah tersedia sejumlah tempat sampah organik dan non organik.

Event tersebut juga harus melibatkan/menyenangkan warga setempat dan menyenangkan pula wisatawan yang datang, misalnya gratis atau tidak dikenakan tiket masuk, tersedia lahan parkir gratis, tidak terjebak macet menuju lokasi acara, harga produk UKM yang dijual lebih murah dibanding diluar event, banyak diskon, variatif serta stand/booth-nya dibuat lebih menarik bukan cuma berupa deretan tenda berwarna putih, dan ada bintang tamunya antara lain penyanyi/band tersohor atau yang sedang naik daun.

Ketiga, melibatkan sejumlah jurnalis/blogger/konten kreator spesial pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif (ekraf) yang kreatif dan berpengalaman untuk mempromosikan pra, on, dan post/pasca event tersebut agar gaungnya bukan lokalan atau hanya publik DKI Jakarta dan sekitarnya, pun nasional bahkan internasional. 

Selain itu tentu pihak penyelenggara harus punya ragam media sosial (medsos) terkait event tersebut seperti IG, FB, Twitter, TikTok, YouTube, weblog/website, dan lainnya sebagai wadah promosi dan publikasi.

Keempat, event yang dibuat harus berkala alias rutin. Ada event sebulan sekali, setengah tahun sekali ataupun setahun sekali. Jangan sampai ogah-ogahan dan on-off alias bulan/tahun ini ada, eh bulan/tahun depannya kosong.

Kiat terakhir atau kelima, penyelenggaranya harus punya target pasar wisatawan yang semakin lama semakin besar. Misalnya mulai dari wisatawan lokal dari dalam kota, luar kota, luar Provinsi DKI Jakarta lalu sampai wisatawan mancanegara, misalnya dari Asia Tenggara, Asia, Eropa, dan Timur Tengah.

Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia



0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP