Tiga Cara Menjadi Pendaki Pro Konservasi, Turut Bebaskan Gunung dari Sampah
Seratusan relawan turunkan 1,5 ton sampah dari Gunung Gede-Pangrango. Begitu judul berita yang tayang di laman m.antaranews.com hari ini, Rabu (2/2/2022).
Dalam berita itu disebutkan kalau sebagian besar sampah hasil operasi sampah di tiga pintu masuk Gunung Gede Pangrango (Gepang) yaitu Gunung Putri-Cianjur, Cibodas-Cianjur, Salabintana-Sukabumi adalah plastik bekas mi instan dan botol air mineral yang disisakan pendaki di Gepang.
Membaca judulnya saja berikut satu foto deretan karung plastik berisi sampah hasil operasi tersebut, jujur bikin miris sekaligus terkejut.
Hati kecil ini kembali bertanya, kenapa ya sampai hari ini Gepang di Cianjur, Jawa Barat, masih juga belum terbebas dari sampah pendaki?
Jawabnya simple, ya ternyata masih banyak pendaki yang ‘buta’, tak peduli konservasi. Enggan membawa turun sampah logistiknya sendiri. Seenaknya menjadikan gunung sebagai tempat sampah.
Lalu bagaimana caranya agar mulai detik ini berniat menjadi pendaki pro konservasi atau pendaki yang ramah lingkungan untuk turut berpartisipasi membebaskan gunung dari sampah?
Minimal ada tiga cara yang bisa dilakukan. Pertama, sebisa mungkin mengurangi membawa logistik berbungkus plastik, kaleng, dan lainnya saat mendaki gunung.
Contoh pada hari pertama pendakian bila berangkat pagi setelah sarapan, bawalah bekal untuk makan siang dan malam dengan nasi timbel atau lontong berbungkus daun pisang ditambah menu sesuai selera yang tidak cepat basi. Cara ini bukan cuma ramah lingkungan, pun lebih efisien karena tinggal memasak air untuk membuat minuman penghangat.
Bila membawa mie instan dalam jumlah besar, sebaiknya bungkusnya tidak perlu dibawa mendaki, kecuali bungkus bumbunya. Isinya disatukan dalam satu kantong plastik berikut bumbunya.
Lebih baik membawa minuman kotak dibanding kaleng, karena sampah minuman kotak lebih mudah lebur dan ringan dibanding kaleng. Tapi tetap saja kotak dan sedotannya harus dibawa turun. Kurangi membawa minuman air mineral dan lainnya dalam kemasan botol plastik dengan cara membawa wadah air yang praktis dan dapat dipakai/disi berulang-ulang.
Cara kedua, biasakan dalam setiap pendakian menyediakan wadah khusus untuk menurunkan sampah sendiri dari yang kecil seperti bungkus permen, bekas pembalut (bagi perempuan) sampai yang paling besar seperti ponco yang robek dan lainnya. Kalah untuk wadah khusus sampah buat kelompok, harus berbahan yang kuat agar ketika dibawa turun, sampahnya tidak tumpah atau tercecer.
Cara ketiga, bila keberatan menurunkan sampah sendiri ataupun kelompok, sebaiknya menggunakan tenaga bantuan khusus untuk menurunkannya. Misalkan porter khusus mengangkat logistik dan menurunkan semua sampahnya. Tentu butuh biaya tambahan untuk itu.
Ayo mulai detik ini teguhkan niat menjadi pendaki pro konservasi, minimal menurunkan sampah logistik sendiri sekalipun itu cuma bungkus permen setiap kali melakukan pendakian di gunung-gunung populer maupun tidak tersohor di Tanah Air tercinta ini, agar jalur pendakiannya tetap bersih, asri, dan sedap dipandang mata.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & tim @travelplusindonesia
0 komentar:
Posting Komentar