Desa Wisata Srumbung Gunung Fokus Perbaikan dan Penataan Selama PPKM Darurat
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa membuat sejumlah objek wisata melakukan penutupan sementara, tak terkecuali desa wisata, salah satunya Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) Srumbung Gunung.
Kendati tutup untuk kunjungan wisata, pengelola DWKP Srumbung Gunung tetap melakukan kegiatan.
"Selama pandemi ini, termasuk PPKM Darurat, kami fokus untuk perbaikan dan penataan dulu. Intinya terus berbenah diberbagai segi," ungkap Stevanus Sriyanto, Ketua Karang Taruna Muda Tama (KTMT) sekaligus salah seorang pengelola/pengurua DWKP Srumbung Gunung kepada TravelPlus Indonesia, Kamis (8/7/2021).
Selain perbaikan dan penataan fasilitas yang ada, juga menambah jaringan dengan komunitas lintas agama dan kepercayaan, pelaku seni dan budaya, pengadaan pelatihan-pelatihan kuliner, jamu, homestay, digital marketing, dan peace camp tentang 12 nilai perdamaian.
"Misalkan ada event, kita juga tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes), contohnya saat kegiatan Kuliner Nusantara dengan performer para seniman/musisi sekitar, yang kita buka selama bulan Ramadhan kemarin. Namun saat PPKM Darurat ini, kita tutup sementara mengikuti anjuran pemerintah," terangnya.
Kehadiran pandemi, lanjut Sriyanto membuat pengelola DWKP Srumbung Gunung putar otak untuk melakukan adaptasi sesuai era new normal atau kebiasaan baru.
"Karena harus menjaga jarak dan mengurangi mobilitas, maka kita mulai beradaptasi dengan yang namanya pemasaran secara online atau digital marketing, selain memperbaiki kekurangan-kekurangan yang selama sebelum pandemi tidak ter-cover," jelasnya.
Kesempatan ini juga digunakan untuk belajar dari kesuksesan desa wisata lain yang sudah lebih lama berdiri, berkembang, dan tetap eksis sebagai tolok ukur.
"Bagi kami, desa-desa wisata lainnya adalah rekan, tempat menimba atau saling belajar pengelolaan, pemasaran, dan mengembangkan sumber daya atau potensi yang ada di daerah masing-masing," tambahnya.
Hal senada juga diutarakan Eko Widodo selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau Creative and Peace Srumbung Society (CPSS) sekaligus salah seorang pegurus DWKP Srumbung Gunung,
Menurut Eko selama penutupan sementara, pihak pengelola/pengurus mensiasatinya dengan memperindah/memperbagus sarana dan prasarana (sarpras) yang ada.
"Kami akan adakan lomba taman antar-RT, juga rencana pembuatan toilet dengan dana desa, dan pembuatan ikon DWKP kerjasama dengan Universitas Kristen Satya Wacana dan Kemenristekdikti," tambah Eko.
Berdasarkan informasi dari Sriyanto dan Eko, TravelPlus Indonesia @adjitropis mengumpulkan sederet fakta terkait DWKP Srumbung Gunung, di antaranya desa wisata satu ini mulai soft opening bersamaan dengan acara Kuliner Nusantara pada tanggal 21 April 2021.
Namun sebenarnya kegiatan pariwisata sudah dilakukan komunitas Srumbung Gunung sejak 2009 dengan pengadaan Festival Jajanan Tradisional dan Festival Jaran Kepang setiap 2 tahunan.
Festival yang dihadiri hingga kurang lebih 3.000 orang (sebelum pandemi) tersebut, sudah dilaksanakan sampai 5 kali, terakhir 2018 yang lalu.
Selama ini tamu wisatawan domestik atau nusantara (wisnus) yang datang ke DWKP Srumbung Gunung kebanyakan masih dari Kabupaten Semarang dan Kota Semarang serta Salatiga. Namun juga ada yang dari Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Papua.
Sebelum menjadi desa wisata, sejak 2008 sudah ada wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Dusun Srumbung Gunung. Ada yang tinggal selama beberapa hari bahkan satu tahun untuk belajar kehidupan budaya masyarakat setempat.
Turis asing yang pernah datang ke Dusun Srumbung Gunung antara lain Passionate dari Zimbabwe, Dengfang (Korea Selatan), dan Jeff dari Kanada. Selain mereka juga ada dari Jerman, Amerika Serikat, dan China.
Para wisman tersebut tinggal di rumah penduduk sebagai homestay (live in) dengan bermacam keperluan, ada yang karena pertukaran pemuda, ada yang memang berkunjung sehari saja atau menginap beberapa hari.
Sementara ini, dari kalangan publik figure (artis/pejabat/selebgram dll) yang juga pernah berkunjung, antara lain Bupati dan Wakil Bupati Semarang serta Camat Bawen yang datang sewaktu pengadaan festival-festival. Sedangkan seniman yang pernah datang, ada Wibowo yang tak lain Master Gamelan Jogja sekaligus anggota Kuaetnika pimpinan Ki Jadug Jogja serta Dosen ISI Jogja Darmawan Dadijono.
Saat ini DWKP Srumbung Gunung ditutup untuk kunjungan wisata sampai tanggal 20 Juli 2021.
"Kami masih nunggu perkembangan pandemi. Kalau PPKM Darurat tidak diberlakukan, Insya Allah kami buka kembali," pungkas Eko diamini Sriyanto.
Teks: Adji TravelPlus @adjitropis
Foto: dok. DWKP Srumbung Gunung & website srumbunggunung.org.
Captions:
1. Dusun Srumbung Gunung sudah soft opening sebagai Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP pada tanggal 21 April 2021, sempat tutup saat pandemi Covid-19 awal, lalu dibuka kembali untuk kunjungan wisata dengan prokes, dan kini ditutup kembali selama PPKM Darurat.
2. Wisatawan yang pernah berkunjung ke Dusun Srumbung Gunung sebelum pandemi bukan hanya wisatwan nusantara (wisnus) pun mancanegara (wisman) untuk pertukaran pemuda/pelajar, menginap sehari saja ataupun beberapa hari.
0 komentar:
Posting Komentar