Taman Nasional Kayan Mentarang Tidak Pernah Tutup, Ragam Daya Tariknya Berbalut Petualangan
Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) yang berada di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) tidak pernah tutup.
Namun selama pandemi Covid-19, masyarakat adat/lokal/sekitar kawasan telah melakukan pembatasan masyarakat baik keluar ataupun masuk.
Hal itu diutarakan Kepala Sub Bagian Tata Usaha (KSBTU) TNKM Bambang Widiatmoko yang kini menjabat sebagai Plt. Kepala Balai TNKM kepada TravelPlus Indonesia lewat pesan WA, Jumat (4/2/2020).
"TNKM tidak melakukan penutupan kunjungan dengan pertimbangan rendahnya bahkan zero kunjungan wisatawan," kata Bambang yang sementara ini mengantikan Kepala Balai TNKM sebelumnya Johnny Lagawurin yang sudah purna-tugas per 1 Agustus 2020.
Alasan lain TNKM tidak melakukan penutupan kunjungan, lanjut Bambang, untuk menjaga salah persepsi oleh masyarakat adat yang kesehariannya hidup dari hutan TNKM, bila dilakukan penutupan kawasan TNKM.
Bambang menjelaskan TNKM berada di ujung Utara pulau Kalimantan, persis di batas negara.
"TNKM yang populer dengan sebutan 'Tanakame' ini merupakan etalase yang menyimpan keindahan alam dengan keanekaragaman hayatinya yang melimpah," terangnya.
Travelers minat khusus yang berjiwa petualang, pasti akan senang bila berkunjung ke TN ini.
"Sungai-sungainya berarus liar mampu memacu adrenalin para petualang alam," tambah Bambang.
Travelers juga bisa menikmati gemuruh air terjun dari ketinggian lebih dari 30 meter. "Gemuruhnya serasa berpadu indah dengan nyanyian rimba dalam memecah kesunyian di tengah belantara," terang Bambang.
Di bentang kawasan Tanakame, lanjutnya, travelers juga bisa melihat atraksi satwa liar Lutung Bangat. "Primata endemik Borneo ini telah menjadi ikon TNKM," ungkapnya.
Daya tarik lainnya, travelers juga akan disuguhkan hamparan padang savana Long Tua nan luas, tempat dimana kawanan Banteng (Bos javanicus lowii) leluasa merumput. "Mamalia besar ini merupakan satwa prioritas dilindungi di kawasan ini," ungkapnya.
Bentang alam yang belum banyak terjamah dari dataran rendah hingga dataran tinggi menjadikan Tanakame memiliki keberagaman flora sebagai laboratorium alam. "Suguhan hutan dipterocarpa memberikan kepuasan tersendiri buat travelers yang mengunjungi kawasan ini," jelasnya lagi.
Berbagai jenis tanaman ornamental khas seperti Nepenthes chaniana, Rafllesia pricei dan beragam anggrek turut menghiasi anugerah dari Sang Pencipta di bumi Kalimantan ini.
Kata Bambang, terdapat lebih dari 7 Suku Dayak terdapat di kawasan Tanakame.
"Kuburan batu yang merupakan jejak megalitikum Suku Dayak menegaskan keberadaan suku ini sudah ada sejak 400 tahun yang lalu," ungkap Bambang.
Travelers akan merasakan bagaimana kearifan lokal dan budaya Suku Dayak setempat amat menjunjung tinggi alam sehingga menjadi harmoni yang tak terpisahkan.
Di sekitar kawasan Tanakame travelers juga dapat membeli produk masyarakat binaan TNKM.
"Ada madu hutan, lada putih, beras organik, kayu manis, dan pasak bumi," ungkapnya.
Menurut Bambang akses menuju TNKN menantang. "Dari Kota Malinau bisa naik pesawat Susy Air dan long boat," pungkasnya.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @kayanmentarang_nationalpark.id
0 komentar:
Posting Komentar