. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 13 Juni 2019

Agar Festival Kuliner Tradisional Juga Sukses Mempopulerkan Destinasi Wisata, Ini 10 Kiatnya

Kuliner tradisional Indonesia teramat kaya. Keberadaannya menjadi aset pariwisata yang begitu berharga karena sangat potensial menjaring wisatawan, baik mancanegara, terlebih lokal dan nusantara (wisnus).

Buktinya pengeluaran setiap wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia khusus untuk kuliner mencapai 30 persen. 

Tahun lalu, Kementerian Pariwisata mencatat sebanyak Rp 20 triliun perolehan devisa dari wisman, sekitar Rp 6,3 triliun diperoleh ke sektor kuliner.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pernah mengatakan kuliner masih menjadi tujuan utama wisnus jika berkunjung ke sebuah kota/daerah wisata.

Kata dia, portofolio bisnis pariwisata kita, 60 persen orang datang karena faktor budaya. Dari 60 persen itu, 45 persen uangnya digunakan untuk kuliner dan belanja.

Sektor ini pun banyak menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja.

Melihat begitu dasyat efek ekonomi dari sektor ini, tak berlebihan kalau sejumlah kota dan daerah pun berlomba mengangkat kuliner tradisionalnya dalam sebuah festival untuk maksud melestariskan kuliner tersebut sekaligus meraup wisatawan.

Sayangnya, TravelPlus Indonesia melihat rata-rata kemasan festival kulinernya masih belum maksimal apalagi dibilang spektakuler.

Padahal kalau dikemas lebih menarik, unik, dan ditambah promosi yang gencar serta tepat sasaran, pasti bakal mendulang pengunjung/wisatawan dalam jumlah besar. Bukan cuma itu bisa sekaligus mempopulerkan destinasi wisatanya.

Berdasarkan pengalaman mengamati, meliput, dan menulis festival kuliner tradisional di sejumlah daerah, berikut 10 (sepuluh) kiat dari TravelPlus Indonesia jika ingin festival kuliner di daerah/kota Anda sukses menjaring wisatawan dan sekalian mengangkat nama destinasinya.

Pertama, jika daerah/kota Anda memiliki banyak jenis kuliner tradisional, pilihlah kuliner tradisional yang paling otentik untuk difestivalkan.

Otentik disini maksudnya kuliner tradisional yang dipilih itu benar-benar asli atau berasal dari daerah/kota Anda, jadi bukan milik masyarakat di tempat lain.

Kedua, pilih kuliner yang proses pembuatan/memasaknya unik dengan menggunakan alat khusus/wadah atau tempatnya yang unik pula atau berbeda dari cara memasak kuliner tradisional lainnya untuk ditonjolkan/angkat menjadi nama festival tersebut.

Contohnya Festival Empal Gentong Cirebon, soalnya bisa dikategorikan unik lantaran menggunakan Gentong sesuai namanya.

Begitupun Festival Kerak Telor Betawi/Jakarta yang  menggunakan wajan, penutup wajan, dan tungku berbahan bakar arang serta ditambah proses memasaknya yang khas.

Kalau tidak punya, atau dengan kata lain proses memasak dan alat masaknya biasa atau wajar-wajar saja, sebaiknya ambil nama festivalnya secara umum, misalnya Festival Kuliner Tradisional Lampung, Festival Kuliner Betawi, Festival Kuliner Dayak, dan lainnya.

Ketiga, karena berkonsep festival, maka peserta kuliner atau jumlah kulinernya harus banyak.

Bagus lagi kalau bisa membuat atau bahkan memecahkan Rekor MURI.

Selain itu acaranya juga harus banyak dan variatif; dikombinasikan dengan pentas seni-budaya lokal dan hiburan memikat berupa penyanyi solo atau band ibukota yang sudah terkenal atau tengah digandrungi; lomba memasak kuliner tersebut yang original; lomba memasak varian kuliner tersebut yang kekinian, lomba pedagangnya yang ternyentrik/terkeren baik pakaian/aksesoris yang dikenakan maupun tempat memasaknya, lomba fotografi; diskusi gastronomi terkait kuliner tersebut yang menghadirkan pakar dibidangnya termasuk pengamat kuliner dan pewarta/travel blogger yang biasa meliput festival kuliner tradisional; bazaar bahan baku kuliner tradisional tersebut, workshop/seminar bisnis kuliner tradisional tersebut, demo masak dengan celebrity chef yang tengah booming namanya atau berkarakter khas, dan lainnya.

Keempat, kalau mau festival kuliner itu lebih spesial lagi, buat Rekor MURI yang berbeda pula.

Kalau berniat membuat/memecahkan Rekor MURI jangan cuma untuk kategori jumlah peserta/pedagang atau jumlah kuliner terbanyak, itu sudah biasa.

Carilah rekor lain misalnya kalau Festival Kerak Telor, bikin Rekor Muri kerak telor terbesar di dunia; makan kerak telor massal terbanyak; lomba makan kerak telor terbanyak dan tercepat, dan lainnya.

Kelima, festival kuliner tersebut harus bisa mengangkat sebuah destinasi di daerah/kota tersebut, caranya lokasinya tentu  harus di destinasi wisata bukan di tempat umum/biasa.

Misalnya, kalau ingin sekaligus mengangkat destinasi budaya sebaiknya festival kuliner tradisional tersebut diadakan di kantong/kampung/desa budaya yang dipilih untuk dipromosikan. Contohnya Festival Kerak Telor di Kampung Budaya Betawi Setu Babakan Srengseng Sawah, dan lainnya.

Begitupun kalau ingin mempopulerkan destinasi pantainya, sebaiknya festival kuliner tradisional tersebut diadakan di pantai yang dipilih untuk dipromosikan, dan destinasinya bisa dipilih secara bergantian setiap tahun.

Tentu karena di ruang terbuka (outdoor), siapkan pula kursi dan meja yang cukup untuk pengunjung bersantap serta tenda-tenda yang nyaman untuk berteduh dengan dilengkapi kipas angin dan mesin pendingin, sejumlah tempat sampah, berikut tim kebersihan dan keamanan.

Jika venue-nya jauh dari masjid/mushalla, sebaiknya disediakan tempat shalat yang nyaman dan memadai (dilengkapi karpet, sajadah, sarung, mukena, dan sandal) serta tempat untuk berwudhu dan beberapa toilet umum yang bersih.

Bagusnya lagi, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk ke destinasi tersebut alias gratis.

Kalau ingin melambungkan lagi destinasi kota tua/kota lama atau kawasan bangunan tua dan bersejarah atau heritage di daerah/kota, tentu festival kuliner tersebut harus digelar di tempat yang dimaksud, misalnya kalau di Jakarta di kawasan Kota Tua Jakarta, di Semarang di Kota Lama, dan lainnya.

Keenam, bersinergi/bekerjasama dengan sejumlah pewarta/travel blogger yang spesial meliput kepariwisataan termasuk kuliner tradisional agar even festival dan destinasi tempat festival tersebut terekpos lebih luas.

Ketujuh, jika punya anggaran lebih, gunakan (meng-endorse) public figure seperti artis tersohor, berimej baik, punya prestasi bagus, dan memang suka berwisata kuliner untuk datang dan meramaikan festival kuliner tersebut.

Kenapa artis tersohor? Karena nilai beritanya tinggi dan pastinya akan dimuat sejumlah pewarta/travel blogger yang meliput sehingga fesival dan destinasinya ikut tersiar lebih luas.

Kiat lainnya, yakni kedelapan, waktu pelaksanaan festival kuliner tradisional tersebut harus tepat. Sebaiknya diadakan pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) atau pas hari libur, kecuali di destinasi yang selalu ramai baik weekday maupun weekend, jadi tidak begitu masalah diadakan di luar akhir pekan.

Kesembilan, menyediakan hadiah menarik bagi peserta lomba, peserta pameran, dan juga pengunjung.

Untuk peserta lomba sebaiknya selain hadiah berupa uang juga berupa barang seperti perlengkapan dapur atau masak.

Hadiah bagi peserta pameran, pilih stan yang paling menarik dari sisi penampilan, kreativitas maupun dari segi omset penjualan.

Buat pengunjung, berikan pula door prize berupa barang dan atau voucher makan di lokasi pameran.

Semua hadiah itu pun harus diinformasikan diberbagai wadah promosi seperti spanduk, baliho, banner, jumpa pers, talkshow di radio, dan lainnya agar masyarakat tahu dan tertarik datang.

Kesepuluh, pilih event organizer (EO) sebagai pelaksana festival kuliner tradisional yang benar-benar profesional, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu saat bidding (proses tender), perhatikan riwayat reputasi EO tersebut, skill, kualitas serta pengalamannya membuat festival kuliner.

Itulah 10 kiat dari TravelPlus Indonesia dalam mengemas festival kuliner tradisional yang bertujuan bukan cuma menjaring pengunjung/wisatawan sebanyak mungkin, pun mengaungkan destinasi wisatanya sekaligus. Selamat mencoba.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Festival kuliner tradisional mampu menjaring wisatawan dan mengangkat destinasi wisata.
2. Tempat festival kuliner tradisional harus lengkap, nyaman, dan bersih.
3. Kerak Telor, otentik dan unik pantas dijadikan nama sebuah festival kuliner tradisional.
4. Acara festival kuliner tradisional harus beragam dan menarik.
5. Perlu strategi promosi khusus untuk menjaring pengunjung/wisatawan ke sebuah festival kuliner tradisional.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP