. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 21 Mei 2019

Tampil di Kemenpar, Ini Pesan Spiritual KH. Dadang Muliawan Buat Pemudik

Usai menyampaikan tausyiah di acara peluncuran gerakan  #PesonaMudik2019 yang diluncurkan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Selasa (21/5/2019), KH. Dadang Muliawan tak lupa memberikan pesan spritual buat para pemudik.

"Pesan saya buat pemudik yang akan mudik ke kampung halaman buat ber-Lebaran tahun ini cuma tiga jaga yakni jaga kesehatan, jaga diri, dan jaga hati," ujar ustadz jebolan lomba da'i di TPI/MNC-TV ini kepada TravelPlus Indonesia.

Jika berwisata di liburan Lebaran, lanjutnya, jadilah pemudik yang sadar wisata. Maksudnya yang bisa menerapkan Sapta Pesona yang terdiri atas Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan.

"Nah kalau pesan spiritualnya, mudiklah ke kampung halaman masing-masing tapi jangan lupa kita harus mempersiapkan 'Mudik' yang hakiki, yaitu mudik untuk pulang ke hadirat Allah SWT. Kenapa? Karena itu adalah suatu keniscayaan. Jadi persiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Dan sebaik-baiknya bekal adalah taqwa," ungkap penceramah sekaligus pengajar asal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini.

Terkait acara peluncuran gerakan #PesonaMudik2019 sekaligus buka bersama Menpar Arief Yahya dengan sejumlah pihak, KH. Dadang Muliawan yang tak lain Ketua Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Sirnarasa di Ciomas, Panjalu, Ciamis ini menilai acara ini menjadi ajang silaturahmi Kemenpar dengan seluruh stakeholder dan pentahelix selaku mitra Kemenpar.

Tujuannya untuk  bersinergi mengokohkan 4 pilar pembangunan kepariwisataan yaitu Pengembangan Destinasi, Pemasaran, Industri dan Kelembagaan.

Mengenai Bulan Suci umat muslim ini, dia mengatakan sejatinya Ramadhan menjadi momentum untuk meningkatkan kesalehan ritual dan kesalehan sosial, menumbuhkan kesadaran vertikal dan kesadaran horizontal serta menjalin Hablumminallooh dan Hablumminannaas.

Secara rinci dia menjelaskan kesalehan ritual itu, terefleksi lewat kesabaran, jujur, amanah, tanggungjawab, disiplin, dan mampu menahan diri dari godaan hawa nafsu.

Contoh kongkritnya seseorang yang berpuasa sanggup menahan diri untuk tidak makan, minum, melakukan hubungan suami istri pada waktu siang, meski makanan, minuman, istri halal milik sendiri. Tapi dia bisa menjaga.

“Yang halal saja bisa dijaga, apalagi yang haram. Pasti dia hindari, jauhi atau tinggalkan,” tegasnya.

Intinya kesalehan ritual itu,  mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa Allah SWT Maha Melihat.

“Merasakan kehadiran Allah, merasa ditatap, diawasi oleh Allah atau Muroqobah. Itulah dampak puasa yang luar biasa,” tambah da'i yang berwajah awet muda ini.

Sementara kesalehan sosial, orang yang berpuasa merasakan lapar dan dahaga.

“Padahal itu hanya siangnya saja, pas waktu buka, segala makanan dan minuman tersedia. Tapi coba lihat orang-orang disekitar kita, yang kurang beruntung, yang berada dibawah garis kemiskinan. Mereka tiap hari akrab dengan kelaparan. Maka puasa menumbuhkan kepekaan dan kepedulian,” jelasnya lagi.

Jadi lewat puasa, diharapkan juga menumbuhkan semangat berbagi, mengulurkan tangan memberikan bantuan kepada kaum dhu'afa, bukan hanya saat Ramadhan melainkan pula di luar Ramadhan.

“Tumbuh kesadaran horizontal, tercipta kesalehan sosial. Maka tujuan saum akan tercapai yaitu la'allakum tattaquun/menjadi pribadi yang bertaqwa, yang mulia dalam pandangan Allah SWT,” ungkapnya.

Mengutip Firman Allah SWT dalam QS. Al Baqoroh ayat 183, lanjutnya, jika Ramadhan dianalogikan sebagai suatu sistem, maka ada 3 komponen yakni input, proses, dan output.

"Dimana input-nya adalah Iman, prosesnya adalah Puasa, dan output-nya itu Taqwa," tambah menantu dari pendiri sekaligus sesepuh Ponpes Sirnarasa, Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Al Maslul alias Abah Gaos ini.

Momentum Ramadhan, sambungnya, diharapkan mampu memotivasi dan menginspirasi insan beriman untuk berpartisipasi dan berkontribusi melakukan harmonisasi olah 4R yakni Olah Ruh, Olah Rasa, Olah Rasio, dan Olah Raga.

"Ini meminjam istilah Pak Menpar Arief Yahya, sehingga terjadi optimalisasi terbangunnya karakter dan kompetensi. Sinergi antara hati dan pikiran. Dzikir dan Fikir," pungkasnya.

Usai memberikan tausyiah singkat, KH. Dadang Muliawan kemudian berbuka puasa dan Shalat Maghrib berjamaah bersama Menpar Arief Yahya dan didampingi Wawan Gunawan yang tak lain Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Kemenpar.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.wawan gunawan

Captions:
1. KH. Dadang Muliawan, ustadz asal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat saat memberikan tausyiah di acara peluncuran gerakan #PesonaMudik2019 di Kemenpar, Jakarta.
2. Bersama Wawan Gunawan, Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Kemenpar.
3. Bersama Menpar Arief Yahya.
4. Usai bertausyiah lanjut buka puasa bersama dan Shalat Maghrib berjamaah, KH. Dadang Muliawan  kemudian kembali ke Ciamis.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP