Cegah Hoax Perusak Ekosistem Pariwisata, Kemenpar Gelar FGD Pentahelix
Maraknya informasi hoax (berita bohong) terkait kebencanaan yang berdampak negatif bagi pariwisata belakangan ini, membuat Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Biro Komunikasi Publiknya menggelar Focus Group Discuss (FGD) bertajuk "Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata" di Hotel Sari Pacifik, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Dalam siaran persnya, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyinggung soal informasi hoax terkait kebencanaan yang berdampak buruk bagi pariwisata.
"Informasi hoax, spekulatif dan menakutkan itu memiliki daya rusak yg kuat terhadap ekosistem pariwisata," ujarnya.
Arief Yahya juga mengajak media untuk menjadi guardian pariwisata Indonesia mengingat pariwisata akan menjadi core economy bangsa Indonesia ke depan.
Menurutnya iklim media saat ini sangat bebas, longgar, terkadang kebablasan, dan bebas nilai. Hampir sebagian besar media mengejar impresi, viewers, pembaca, pendengar, pemirsa, dan customers.
FGD tersebut diikuti pentahelix ABCGM (Academician, Business, Community, Goverment & Media).
Kelima unsur pentahelix itu, lanjut Arief Yahya harus kompak, saling support, membangun iklim pariwisata yang kondusif.
Benchmark-nya adalah pemerintah dan media Thailand yang berintegrasi secara baik untuk menjaga citra negaranya di kancah internasional.
“Pemerintah mereka juga committed banget. Saya kasih contoh media di sana juga menjaga sekali pemberitaan buruk negaranya. Kalau ada kudeta juga mereka cepat sekali kan mengatasinya. Mereka juga sudah paham pentingnya pemberitaan di negaranya itu," terang Arief Yahya.
Kepala Biro Komblik Kemenpar Guntur Sakti menambahkan lewat FGD ini lima unsur pentahelix diajak duduk bersama untuk menghimpun ide pedoman atau kode etik dalam menyajikan informasi terkait kebencanaan melalui gerakan jurnalisme ramah pariwisata.
“Juga menginisiasi penyusunan Kurikulum Pelatihan Jurnalisme Pariwisata. Kurikulum ini diharapkan akan menjadi referensi bagi asosiasi pelaku pariwisata dan kalangan pemerintah untuk melakukan pendidikan dan pelatihan jurnalistik yang favourable terhadap kepentingan pariwisata nasional,” ujar Guntur Sakti yang juga Ketua Tourism Crisis Center Kemenpar.
FGD Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata rencananya akan digelar sebanyak 4 kali. "Selain di Jakarta, juga akan digelar di Bali, Yogyakarta, dan Medan," ungkapnya
Goal-nya, sambung Guntur Sakti adalah membentuk media center yang dapat membantu proses distribusi informasi dengan baik, termonitor dan kondusif bagi penciptaan keadaan yang ramah pariwisata, khususnya ketika sedang menghadapi bencana alam, ancaman terorisme, atau kerusuhan.
Sejumlah narasumber terkait dihadirkan dalam FGD ini, antara lain Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo yang baru-baru ini mendapat gelar anugerah "Tokoh Teladan Anti Hoax Indonesia" dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dalam malam Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) 2018.
Sutopo mengaku sudah hafal dengan serangan hoax yang biasanya muncul pasca terjadinya bencana. Dan itu menurutnya memang bisa merugikan pariwisata.
Selama ini Kemenpar, lanjut Sutopo belum berkoordinasi dengan BNPB terkait dengan rencana mitigasi di destinasi-destinasi prioritas.
"Kami juga baru tahu kalau ada 10 Bali Baru," ujar Sutopo seraya mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan langkah-langkah prabencana di daerah yang dimaksud.
Perancangan mitigasi di destinasi h prioritas pariwisata, lanjut Sutopo harus menjadi perhatian serius. Sebab, bukan hanya menyangkut hajat hidup masyarakat lokal, tapi juga wisatawan domestik dan asing.
Sutopo pun meminta perencanaan mitigasi bencana di daerah terkait disusun di level pusat.
Menurutnya selama ini hanya disusun di BPBD.
"Kajian untuk 10 daerah wisata itu mudah-mudahan akan jadi lebih serius setelah terjadi komunikasi antara Kemenpar dan BNPB," harap Sutopo.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: rezzi-humas kemenpar
Captions:
1. Menpar Arief Yahya membuka FGD "Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata" di Jakarta.
2. FGD di pentahelix ABCGM (Academician, Business, Community, Goverment & Media).
3. Menpar Arief Yahya memberi kata sambutan di FGD tersebut.
4. Kapusdatinmas BNPB Sutopo Purwo salah satu pembicara di FGD tersebut.
Dalam siaran persnya, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyinggung soal informasi hoax terkait kebencanaan yang berdampak buruk bagi pariwisata.
"Informasi hoax, spekulatif dan menakutkan itu memiliki daya rusak yg kuat terhadap ekosistem pariwisata," ujarnya.
Menurutnya iklim media saat ini sangat bebas, longgar, terkadang kebablasan, dan bebas nilai. Hampir sebagian besar media mengejar impresi, viewers, pembaca, pendengar, pemirsa, dan customers.
Kelima unsur pentahelix itu, lanjut Arief Yahya harus kompak, saling support, membangun iklim pariwisata yang kondusif.
Benchmark-nya adalah pemerintah dan media Thailand yang berintegrasi secara baik untuk menjaga citra negaranya di kancah internasional.
“Pemerintah mereka juga committed banget. Saya kasih contoh media di sana juga menjaga sekali pemberitaan buruk negaranya. Kalau ada kudeta juga mereka cepat sekali kan mengatasinya. Mereka juga sudah paham pentingnya pemberitaan di negaranya itu," terang Arief Yahya.
Kepala Biro Komblik Kemenpar Guntur Sakti menambahkan lewat FGD ini lima unsur pentahelix diajak duduk bersama untuk menghimpun ide pedoman atau kode etik dalam menyajikan informasi terkait kebencanaan melalui gerakan jurnalisme ramah pariwisata.
“Juga menginisiasi penyusunan Kurikulum Pelatihan Jurnalisme Pariwisata. Kurikulum ini diharapkan akan menjadi referensi bagi asosiasi pelaku pariwisata dan kalangan pemerintah untuk melakukan pendidikan dan pelatihan jurnalistik yang favourable terhadap kepentingan pariwisata nasional,” ujar Guntur Sakti yang juga Ketua Tourism Crisis Center Kemenpar.
FGD Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata rencananya akan digelar sebanyak 4 kali. "Selain di Jakarta, juga akan digelar di Bali, Yogyakarta, dan Medan," ungkapnya
Goal-nya, sambung Guntur Sakti adalah membentuk media center yang dapat membantu proses distribusi informasi dengan baik, termonitor dan kondusif bagi penciptaan keadaan yang ramah pariwisata, khususnya ketika sedang menghadapi bencana alam, ancaman terorisme, atau kerusuhan.
Sejumlah narasumber terkait dihadirkan dalam FGD ini, antara lain Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo yang baru-baru ini mendapat gelar anugerah "Tokoh Teladan Anti Hoax Indonesia" dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dalam malam Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) 2018.
Sutopo mengaku sudah hafal dengan serangan hoax yang biasanya muncul pasca terjadinya bencana. Dan itu menurutnya memang bisa merugikan pariwisata.
Selama ini Kemenpar, lanjut Sutopo belum berkoordinasi dengan BNPB terkait dengan rencana mitigasi di destinasi-destinasi prioritas.
"Kami juga baru tahu kalau ada 10 Bali Baru," ujar Sutopo seraya mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan langkah-langkah prabencana di daerah yang dimaksud.
Perancangan mitigasi di destinasi h prioritas pariwisata, lanjut Sutopo harus menjadi perhatian serius. Sebab, bukan hanya menyangkut hajat hidup masyarakat lokal, tapi juga wisatawan domestik dan asing.
Sutopo pun meminta perencanaan mitigasi bencana di daerah terkait disusun di level pusat.
Menurutnya selama ini hanya disusun di BPBD.
"Kajian untuk 10 daerah wisata itu mudah-mudahan akan jadi lebih serius setelah terjadi komunikasi antara Kemenpar dan BNPB," harap Sutopo.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: rezzi-humas kemenpar
Captions:
1. Menpar Arief Yahya membuka FGD "Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata" di Jakarta.
2. FGD di pentahelix ABCGM (Academician, Business, Community, Goverment & Media).
3. Menpar Arief Yahya memberi kata sambutan di FGD tersebut.
4. Kapusdatinmas BNPB Sutopo Purwo salah satu pembicara di FGD tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar