Bekraf Luncurkan Buku “Opus 2019" dan Gelar Outlook Conference
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan buku “Opus 2019” yang memuat kinerja dan pencapaian Bekraf selama ini serta proyeksi ekonomi kreatif (ekraf) di tahun 2019.
Bekraf berharap buku setebal 142 halaman yang diluncurkan di Jakarta, Rabu (17/10) tersebut dapat memberikan prediksi relevan bagi pelaku usaha ekraf di tahun-tahun mendatang.
Dalam press release, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menjelaskan bahwa pesatnya perkembangan teknologi digital tak dapat dipungkiri telah memberikan pengaruh signifikan pada sektor ekonomi kreatif.
Menurutnya pemanfaatan teknologi digital sudah mulai dapat dirasakan dampaknya di berbagai subsektor, seperti desain, musik, seni rupa, dan lainnya.
“Pada tahun lalu, PDB ekraf diperkirakan sudah mencapai lebih dari seribu triliun rupiah. Angka ini akan terus meningkat hingga di atas 1,2 ribu triliun pada 2019. Subsektor Fesyen, Kriya, dan Kuliner masih akan menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian di industri kreatif, terutama dikarenakan subsektor ini relatif lebih resisten terhadap guncangan ekonomi dunia. Tetapi selain itu ada 4 subsektor yang berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru yakni film, musik, art, dan game (animasi),” ujar Triawan.
Setiap program dan kegiatan Bekraf, sambung Triawan memiliki visi untuk meningkatkan PDB, nilai ekspor, dan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif.
Guna mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang solid dan produktif melalui berbagai program, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan World Conference on Creative Economy.
“Kita pun harus turut berbangga karena pada 6-8 November 2018 Indonesia akan menyelenggarakan World Conference on Creative Economy. Konferensi ini merupakan yang pertama di dunia untuk ekonomi kreatif dan dengan ini fokus seluruh dunia akan kembali tertuju ke Indonesia,” terang Triawan.
Abdur Rohim Boy Berawi selaku Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan (Deputi I Bekraf) mengatakan Buku “Opus 2019” juga mengulas pencapaian Bekraf melalui berbagai program yang dilaksanakan setiap Deputi Bekraf.
“Sejak tahun 2015, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan telah membangun Pusat Unggulan Ekonomi Kreatif dan menjalankan beberapa program yang tertuang di dalamnya, termasuk di antaranya Coding Mum, IKKON, CREATE, dan ORBIT. Tujuan program-program tersebut adalah untuk memperkuat pondasi sektor ekraf Indonesia berdasarkan riset dan tolak ukur yang akurat,” ujarnya.
Sementara Deputi Akses Permodalan (Deputi II Bekraf) melalui program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) telah meningkatkan jumlah orang/usaha penerima BIP hingga hampir dua kali lipat, dengan sektor yang semakin bervariasi, yaitu Aplikasi & Game Developer, Kuliner, Fesyen, dan Kriya dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp 6 milyar di tahun 2018.
Deputi Infrastruktur (Deputi III Bekraf) melalui Bantuan Pemerintah (Banper) Sarana Ruang Kreatif 2017 berhasil menyalurkan Rp 19 milyar ke 38 lokasi dengan 7.000 barang/alat.
Banper Revitalisasi Ruang Kreatif 2017 mencapai lebih dari Rp 26 milyar di 24 lokasi dan 7.000 barang/alat.
Sementara itu, Banper Sarana TIK 2017 mencapai lebih dari Rp 2,5 milyar untuk 6 lokasi, dan 166 barang/alat, dan 1 situs.
Total Banper yang diberikan sebesar Rp 45,5 milyar sepanjang tahun 2017.
Deputi Pemasaran (Deputi IV Bekraf) memiliki program KREATIFOOD yang telah menjelma dari kegiatan festival kuliner tahunan menjadi salah satu ajang kuliner terbesar dan terpopuler di Indonesia, dengan tema Soto dan Kopi.
Program tersebut turut memeriahkan gelaran Asian Games 2018 dan akan hadir juga di The World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 di Bali bulan depan.
Selain itu, program unggulan lainnya adalah Kreatorial 2017, ICINC MetroTV, Salone Del Mobile, Venice Art Biennale, SXSW 2017, dan New York Now yang berhasil mendapatkan total penjualan sebesar US$ 71,117 atau setara dengan Rp 974,842,800.
Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi (Deputi V Bekraf) memiliki beberapa program antara lain Sosialisasi Satuan Tugas Penanganan Pengaduan Anti Pembajakan Produk Ekonomi Kreatif, Sosialisasi HKI: Digital Kreatif x Line, Sosialisasi Konsultasi dan Fasilitasi Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, Sosialisasi Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) & Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN), Fasilitasi Pembentukan Regulasi Ekonomi Kreatif, Fasilitasi Pembentukan Badan Hukum Untuk Usaha Ekonomi Kreatif.
Sepanjang tahun 2017, sebanyak 1,507 HKI telah terdaftar melalui program deputi ini.
Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah (Deputi VI Bekraf) telah menjalankan beragam program antara lain KOPIKKON, dan Program Satu Pintu yang semakin mempermudah akses masyarakat ke Bekraf di mana tahun 2016 telah menerima 22 proposal yang kemudian melonjak menjadi 75 proposal di tahun 2017, Buku Pedoman Komisi Film Daerah, World Conference on Creative Economy 2018, serta Pendukungan Travel Grant untuk Para Pelaku Ekonomi Kreatif.
Tak ketinggalan, dukungan Bekraf terhadap program 1.000 Layar Untuk Indonesia sebagai salah satu upaya untuk memajukan industri ekonomi kreatif melalui subsektor yang semakin beragam.
Pada kesempatan yang sama, Arekha Bentangan, Co-Founder & Chief Technology Officer Mycotech, yang bergerak dalam subsektor desain produk, mengungkapkan Bekraf merupakan salah satu pihak yang berperan penting dalam perjalanan Mycotech.
"Keterlibatan kami sebagai bagian dari delegasi Indonesia saat mengikuti ajang SXSW 2018 telah membuka kesempatan bagi kami untuk menunjukkan produk dan teknologi yang kami miliki serta juga mendapatkan potensi kemitraan serta investor dari luar negeri,” ungkapnya.
Sementara itu Wahyu Agung Pramudito selaku Managing Director Lentera Nusantara, pelaku ekraf subsektor aplikasi & game developer, turut berbagi pandangannya terkait pengembangan produk ekraf Indonesia.
“Kami sebagai pelaku kreatif bukan hanya perlu meningkatkan kualitas produk tetapi juga harus pintar dalam membaca potensi pasar baik dalam maupun luar negeri. Maka dari itu kami menyusun berbagai strategi untuk Lentara Nusantara agar nantinya mampu berkontribusi lebih banyak lagi bagi perekonomian Indonesia,” ungkap Wahyu.
Sejalan dengan hal tersebut Rahadian Agung, Investment Associate Ideosource, pelaku ekraf subsektor film, animasi dan video menyatakan perubahan regulasi dan peningkatan infrastruktur khususnya di subsektor film, membuat potensi film Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.
"Ideosource berkomitmen untuk secara konsisten mendukung perfilman Indonesia melalui bentuk investasi. Ke depannya, Ideosource berencana untuk mendukung bukan hanya sebagai investor, tapi juga berperan aktif melakukan co-producing terutama di sisi film marketing dan distribusi untuk makin memajukan perfilman Indonesia,” jelasnya.
Selepas jumpa pers peluncuran Buku "Opus 2019", Bekraf lanjutkan dengan menggelar "Bekraf Outlook Conference 2019".
Sejumlah pembicara berkompeten ditampilkan di konferensi tersebut antara lain Triawan Munaf, Hellen Katherina, F.E. Devi Attamimi, Sharly Rungkat, Teguh Hari, Dedy Koswara, dsn Aprina Murwanti.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Bekraf berharap buku setebal 142 halaman yang diluncurkan di Jakarta, Rabu (17/10) tersebut dapat memberikan prediksi relevan bagi pelaku usaha ekraf di tahun-tahun mendatang.
Dalam press release, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menjelaskan bahwa pesatnya perkembangan teknologi digital tak dapat dipungkiri telah memberikan pengaruh signifikan pada sektor ekonomi kreatif.
Menurutnya pemanfaatan teknologi digital sudah mulai dapat dirasakan dampaknya di berbagai subsektor, seperti desain, musik, seni rupa, dan lainnya.
“Pada tahun lalu, PDB ekraf diperkirakan sudah mencapai lebih dari seribu triliun rupiah. Angka ini akan terus meningkat hingga di atas 1,2 ribu triliun pada 2019. Subsektor Fesyen, Kriya, dan Kuliner masih akan menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian di industri kreatif, terutama dikarenakan subsektor ini relatif lebih resisten terhadap guncangan ekonomi dunia. Tetapi selain itu ada 4 subsektor yang berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru yakni film, musik, art, dan game (animasi),” ujar Triawan.
Setiap program dan kegiatan Bekraf, sambung Triawan memiliki visi untuk meningkatkan PDB, nilai ekspor, dan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif.
Guna mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang solid dan produktif melalui berbagai program, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan World Conference on Creative Economy.
“Kita pun harus turut berbangga karena pada 6-8 November 2018 Indonesia akan menyelenggarakan World Conference on Creative Economy. Konferensi ini merupakan yang pertama di dunia untuk ekonomi kreatif dan dengan ini fokus seluruh dunia akan kembali tertuju ke Indonesia,” terang Triawan.
Abdur Rohim Boy Berawi selaku Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan (Deputi I Bekraf) mengatakan Buku “Opus 2019” juga mengulas pencapaian Bekraf melalui berbagai program yang dilaksanakan setiap Deputi Bekraf.
“Sejak tahun 2015, Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan telah membangun Pusat Unggulan Ekonomi Kreatif dan menjalankan beberapa program yang tertuang di dalamnya, termasuk di antaranya Coding Mum, IKKON, CREATE, dan ORBIT. Tujuan program-program tersebut adalah untuk memperkuat pondasi sektor ekraf Indonesia berdasarkan riset dan tolak ukur yang akurat,” ujarnya.
Sementara Deputi Akses Permodalan (Deputi II Bekraf) melalui program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) telah meningkatkan jumlah orang/usaha penerima BIP hingga hampir dua kali lipat, dengan sektor yang semakin bervariasi, yaitu Aplikasi & Game Developer, Kuliner, Fesyen, dan Kriya dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp 6 milyar di tahun 2018.
Deputi Infrastruktur (Deputi III Bekraf) melalui Bantuan Pemerintah (Banper) Sarana Ruang Kreatif 2017 berhasil menyalurkan Rp 19 milyar ke 38 lokasi dengan 7.000 barang/alat.
Banper Revitalisasi Ruang Kreatif 2017 mencapai lebih dari Rp 26 milyar di 24 lokasi dan 7.000 barang/alat.
Sementara itu, Banper Sarana TIK 2017 mencapai lebih dari Rp 2,5 milyar untuk 6 lokasi, dan 166 barang/alat, dan 1 situs.
Total Banper yang diberikan sebesar Rp 45,5 milyar sepanjang tahun 2017.
Deputi Pemasaran (Deputi IV Bekraf) memiliki program KREATIFOOD yang telah menjelma dari kegiatan festival kuliner tahunan menjadi salah satu ajang kuliner terbesar dan terpopuler di Indonesia, dengan tema Soto dan Kopi.
Program tersebut turut memeriahkan gelaran Asian Games 2018 dan akan hadir juga di The World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 di Bali bulan depan.
Selain itu, program unggulan lainnya adalah Kreatorial 2017, ICINC MetroTV, Salone Del Mobile, Venice Art Biennale, SXSW 2017, dan New York Now yang berhasil mendapatkan total penjualan sebesar US$ 71,117 atau setara dengan Rp 974,842,800.
Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi (Deputi V Bekraf) memiliki beberapa program antara lain Sosialisasi Satuan Tugas Penanganan Pengaduan Anti Pembajakan Produk Ekonomi Kreatif, Sosialisasi HKI: Digital Kreatif x Line, Sosialisasi Konsultasi dan Fasilitasi Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, Sosialisasi Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) & Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN), Fasilitasi Pembentukan Regulasi Ekonomi Kreatif, Fasilitasi Pembentukan Badan Hukum Untuk Usaha Ekonomi Kreatif.
Sepanjang tahun 2017, sebanyak 1,507 HKI telah terdaftar melalui program deputi ini.
Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah (Deputi VI Bekraf) telah menjalankan beragam program antara lain KOPIKKON, dan Program Satu Pintu yang semakin mempermudah akses masyarakat ke Bekraf di mana tahun 2016 telah menerima 22 proposal yang kemudian melonjak menjadi 75 proposal di tahun 2017, Buku Pedoman Komisi Film Daerah, World Conference on Creative Economy 2018, serta Pendukungan Travel Grant untuk Para Pelaku Ekonomi Kreatif.
Tak ketinggalan, dukungan Bekraf terhadap program 1.000 Layar Untuk Indonesia sebagai salah satu upaya untuk memajukan industri ekonomi kreatif melalui subsektor yang semakin beragam.
Pada kesempatan yang sama, Arekha Bentangan, Co-Founder & Chief Technology Officer Mycotech, yang bergerak dalam subsektor desain produk, mengungkapkan Bekraf merupakan salah satu pihak yang berperan penting dalam perjalanan Mycotech.
"Keterlibatan kami sebagai bagian dari delegasi Indonesia saat mengikuti ajang SXSW 2018 telah membuka kesempatan bagi kami untuk menunjukkan produk dan teknologi yang kami miliki serta juga mendapatkan potensi kemitraan serta investor dari luar negeri,” ungkapnya.
Sementara itu Wahyu Agung Pramudito selaku Managing Director Lentera Nusantara, pelaku ekraf subsektor aplikasi & game developer, turut berbagi pandangannya terkait pengembangan produk ekraf Indonesia.
“Kami sebagai pelaku kreatif bukan hanya perlu meningkatkan kualitas produk tetapi juga harus pintar dalam membaca potensi pasar baik dalam maupun luar negeri. Maka dari itu kami menyusun berbagai strategi untuk Lentara Nusantara agar nantinya mampu berkontribusi lebih banyak lagi bagi perekonomian Indonesia,” ungkap Wahyu.
Sejalan dengan hal tersebut Rahadian Agung, Investment Associate Ideosource, pelaku ekraf subsektor film, animasi dan video menyatakan perubahan regulasi dan peningkatan infrastruktur khususnya di subsektor film, membuat potensi film Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya.
"Ideosource berkomitmen untuk secara konsisten mendukung perfilman Indonesia melalui bentuk investasi. Ke depannya, Ideosource berencana untuk mendukung bukan hanya sebagai investor, tapi juga berperan aktif melakukan co-producing terutama di sisi film marketing dan distribusi untuk makin memajukan perfilman Indonesia,” jelasnya.
Selepas jumpa pers peluncuran Buku "Opus 2019", Bekraf lanjutkan dengan menggelar "Bekraf Outlook Conference 2019".
Sejumlah pembicara berkompeten ditampilkan di konferensi tersebut antara lain Triawan Munaf, Hellen Katherina, F.E. Devi Attamimi, Sharly Rungkat, Teguh Hari, Dedy Koswara, dsn Aprina Murwanti.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar