Mandalika Bisa Belajar dari Australia dalam Mengemas Marine Tourism-nya
Australia punya Great Barrier Reef seluas 2.300 Kilometer yang merupakan sistem terumbu karang terbesar di dunia. Great Barrier Reef menjadi andalan marine tourism Australia itu benar-benar dijaga, dikembangkan, dan dikemas dengan konsep yang sangat ramah lingkungan.
Sadar memiliki objek wisata bahari yang menjadi tujuan wisatawan dari berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia untuk menyelam scuba, snorkelling, wisata kapal berlantai kaca, jet ski, semi-submersible, kapal layar, dan menikmati pemandangan dari udara dengan helikopter atau bahkan skydive, pemerintah negeri Kanguru itu pun menjaganya dan mengembangkannya dengan bermacam peraturan serta mengemasnya dengan mengutamakan konsep yang amat ramah lingkungan.
“Contohnya, pulau-pulau yang ada di kawasan Great Barrier Reef tidak boleh dibangun hotel. Hotel dibangun di pinggiran daratan utama atau mainland-nya. Jadi wisatawan inapnya tidak di pulau, melainkan di mainland. Alhasil pulau-pulau dan perairan tetap asri, bioat laut dan terumbu karangnya tetap terjaga,” terang PIC Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas untuk Mandalika Taufan Rahmadi saat menjadi pembicara dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari Mandalika yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melalui Asisten Deputi (Asdep) Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Lombok, di Hotel Golden Tulip, Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (20/5).
Taufan yang pernah mengunjungi salah satu pulau di Great Barrier Reef menceritakan bukan cuma hotel tapi juga kapal besar pun dilarang berlabuh di pulau-pulau di kawasan konservasi tersebut.
“Kapal besar yang mengangkut sejumah wisatawan hanya berlabuh di tempat yang sudah ditentukan, kemudian kapal boat kecil yang diperbolehkan ke pulau tersebut, dan itu pun dibatasi durasi singgahnya. Artinya ada schedulle kedatangan setiap kapal,” jelasnya.
Keamanannya pun sangat diperhatikan. Setiap kapal yang datang, lanjut Taufan diiringi kapal boat polusi air untuk mengawal kapal boat khusus wisatawan.
“Beragam aktivitas yang dilakukan wisatawan seperti snorkeling, diving, berenang, dan lainnya harus didampingi instruktur dan dijaga atau diawasi life guard. Ditambah peralatannya sangat memadai dan berstandar internasional sehingga bikin aman dan nyaman,” terangnya.
Ekosistem perairan dan pulau-pulaunya sangat dijaga. “Wisatawan tidak diperkenankan membawa makanan ke pulau. Makan dan sampahnya di kapal,” ungkapnya.
Kebersihan toiletnya pun sangat diperhatikan. “Toiletnya selain kering juga wangi,” tambahnya.
Kemasannya pun sangat kreatif dan memberi pengetahuan lebih bagi wisatawan. “Misalnya ada petugas yang menceritakan tentang aneka kerang secara detil dari prosesnya sampai menjadi kerrang dengan story telling yang menarik dan meyakinkan hingga menambah pengetahuan baru bagi wisatawan,” ungkapnya.
Menurut Taufan apa yang dilakukan Australia bisa dipelajari dan diterapkan di Indonesia oleh pemerintah daerah baik itu pemerintah provinsi (pemprov), kabupaten, maupun pemerintah kota (pemkot) yang memang konsen menjadikan marine tourism sebagai core business-nya termasuk Pemprov NTB, Pemkab Lombok Tengah, dan lainnya serta pengelola destinasi prioritas pariwisata Mandalika.
Kata kuncinya dalam mengemas wisata bahari, lanjut Taufan harus memiliki ide-ide brilian dan kreatif kemudian diterapkan secara profesional dengan tetap berpatokan pada keramahan lingkungan.
“Contoh di Australia ada sampan atau kayak modern dari kaca yang disebut Transparent Kayaking sehingga bisa sekalian melihat terumbu karang sambil bersampan. Ada juga sampan khusus malam hari atau Night Transparent Kayaking, dan lainnya,” terangnya.
Melihat cara Australia menjaga, mengembangkan, dan mengemas wisata baharinya itu, Taufan pun menjadikan negara benua itu sebagai benchmark atau tolak ukur untuk mengembangkan wisata bahari di Tanah Air, khususnya di Mandalika sebagaimana disebutkan dalam materi yang disampaikan di FGD Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari Mandalika, yang berjudul ‘Meneropong Peluang Usaha Pariwisata di sebuah Kawasan Wisata Bahari dalam Meraih Target Pasar Wisatawan (Studi kasus: Destinasi Prioritas Pariwisata Mandalika)’.
Ada kisah lucu sewaktu Taufan berkunjung ke salah satu pulau di Great Barrier Reef itu. Salah satu petugas setempat heran melihat Taufan berwisata ke pulau itu. “Orang Australia itu sempat bilang ke saya kenapa datang ke sini, padahal marine tourism negaramu jauh lebih indah, kata orang itu,” terang Taufan.
Dalam hati, Taufan tentu membenarkan apa yang diutarakan orang Australia itu sangat benar. Indonesia sebagai negara kepulauan punya banyak sekali objek wisata bahari yang luar biasa indah.
Namun mungkin pengelolaan dan pengemasannya saja yang belum benar-benar profesional, ramah lingkungan, menarik, kreatif, inovatif, aman, dan bikin nyaman wisatawan.
Ditambah kesadaran dan pengetahuan masyarakatnya dalam menjaga kebersihan dan keasrian lingkungannya masih minim.
Andaikan ada, itu hanya segelintir. Dan itu pun masih dilakukan dengan cara-cara tradisional sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat setempat dengan SDM dan peralatan yang juga masih terbatas.
Andaikan ada, itu hanya segelintir. Dan itu pun masih dilakukan dengan cara-cara tradisional sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat setempat dengan SDM dan peralatan yang juga masih terbatas.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & Julian
Captions:
1. PIC Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas untuk Mandalika Taufan Rahmadi.
2. Suasana FGD Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari Mandalika.
3. Sepasang bule tengah menikmati pesona Pantai Kuta Mandalika dari atas bukit karang.
Foto: adji & Julian
Captions:
1. PIC Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas untuk Mandalika Taufan Rahmadi.
2. Suasana FGD Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari Mandalika.
3. Sepasang bule tengah menikmati pesona Pantai Kuta Mandalika dari atas bukit karang.
0 komentar:
Posting Komentar