Legu Gam, Promosikan Kuliner Maluku Utara Bercitra Rasa Rempah-Rempah
Festival Legu Gam atau Pesta Rakyat Moloku Kie Raha 2017 resmi dibuka di Lapangan Sonyie Lamo, Depan Keraton Kesultanan Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut) pada Sabtu (1/4). Pesta rakyat tahunan yang selalu digelar pada April ini digelar dalam rangka perayaan hari lahir mendiang Sultan Ternate Mudaffar Sjah.
Pembukaan Festival Legu Gam 2017 yang bertema Expedisi Jalur Rempah di Negeri Para Raja ini dimeriahkan dengan Festival Kuliner Rempah Malut dengan mengangkat tema "Hidangan Negeri Rempah: jejak Eropa dalam kuliner Nusantara" pada tanggal 1-2 April 2017.
Sesuai tema, aneka kuliner tradisional Malut yang ditampilkan sarat dengan rempah-rempah seperti berbahan cengkeh, kayu manis, dan biji pala.
Selain festival kuliner, acara pembukaan juga dimeriahkan dengan penampilan penyanyi Budi Doremi di Ngara Lamo, Kedaton Sultan Ternate.
Sekitar 3,000 lebih masyarakat asyik ikut bernyanyi bersama sang artis yang menyanyikan lagu-lagu hits-nya antara lain Doremi, 123456, Asmara Nusantara, dan Selayang Pandang yang berkolaborasi dengan para penari latar berpakaian tradisional Malut.
Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya, Kemenpar Wawan Gunawan menjelaskan realisasi dukungan Kemenpar pada kegiatan Festival Legu Gam kali ini berupa penguatan pada materi acara agar kemasan acaranya semakin tertata dan lebih meriah.
“Selain promosi/publikasi acara dan hiburan, dukungan Kemenpar lainnya juga berupa festival kuliner dengan tujuan mempromosikan Ternate sebagai kota wisata kuliner melalui sajian makanan khas cita rasa Malut,” terangnya.
Menurut Wawan scara dukungan Kemenpar sangat terasa manfaatnya langsung baik bagi panitia penyelenggara, pemerintah maupun pengunjung khususnya masyarakat Kota Ternate dan sekitarnya.
“Kegiatan ini membawa dampak positif terutama dengan adanya even tersebut, suasana Kota Ternate menjadi lebih hidup,” tambah Wawan.
Festival tahunan yang dilaksanakan sejak tahun 2002 tersebut, dibuka langsung oleh Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba, yang ditandai dengan pemukulan tifa, dan dihadiri oleh empat Kesultanan Moloku Kie Raha, yakni Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba mengatakan sejarah empat Kesultanan Moloku Kie Raha sudah terkenal seantero dunia.
“Generasi muda Moloku Kie Raha harus menjaga ini dan terus melestarikannya sehingga tidak punah dimakan zaman, salah satunya lewat even Festival Legu Gam ini,” terang Abdul Gani.
Walikota Ternate Burhan Abdurahman menambahkan Festival Legu Gam akan memperkuat memori tentang peradaban besar jazirah al-mulk, negeri para wali.
"Kebiasaan-kebiasaan baik sangat berguna dalam menjaga kerukunan hidup bersama. Kota keramat yang indah ini, nyaris terlupakan oleh sejarah, budaya dan tradisi leluhur juga hampir punah ditelan zaman. Lewat Legu Gam ini untuk merespon kegalauan itu sekaligus menjadi ikon pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Ketua Umum Legu Gam 2017, Abdullah Tahir menjelaskan Kota Ternate sebagai kota yang memiliki berbagai potensi kepariwisataan serta kejayaan dimasa lalu, sangat memberikan peran penting bagi investasi dunia pariwisata dengan julukan Kota Rempah-Rempah.
"Sebagai negeri rempah-rempah, yang telah ada sejak abad ke-15, berupa cengkeh, pala, dan lada membuat bangsa lain seperti Arab, Tionghoa, Portugis hingga Belanda tergiur untuk melakukan expedisi jalur rempah di Bumi Moloku Kie Raha ini," ujarnya.
Menurutnya daerah kerajaan Moloku Kie Raha sangat dikenal dengan kearifan lokalnya yang terlahir dari empat Kesultanan dari dulu hingga sekarang dengan berbagai peninggalan sejarah. “Termasuk Adat Se Atorang yang masih tetap terpelihara sebagai bagian dari NKRI," tambahnya.
Festival Legu Gam Moloku Kie Raha digelar sejak tanggal 25 Maret hingga 15 April 2017, dengan menampilkan berbagai kegiatan ritual dan kebudayaan serta promosi pariwisata untuk seluruh masyarakat termasuk para tamu dari dalam maupun luar negeri.
Festival yang digelar selama tiga minggu penuh ini berisi pertunjukan kesenian dan sejumlah pergelaran budaya, di antaranya Pawai Obor Gam Ma Cahaya, Kolol Kie Mote Ngolo (mengelilingi perairan pulau dengan kapal laut), Fere Kie (mendaki Gunung Gamalama), panggung budaya semalam di Kie Raha, dan ziarah ke Makam Sultan Babullah yang telah dijadikan situs wisata religi.
Ritual Kolol Kie Mote Ngolo yang biasanya hanya diikuti masyarakat adat, kali ini bisa diikuti wisatawan. Pihak penyelenggara akan menyediakan sebuah feri untuk mengangkut sejumlah wisatawan.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. agung perdana
0 komentar:
Posting Komentar