25 Tahun Merawat Persahabatan dari Kampus Tercinta sampai Puncak Gunung
Riuh canda, hidupkan hari-hari kita dulu
Getar rasa, cerahkan hari-hari kita dulu
Getar rasa, cerahkan hari-hari kita dulu
Betapa indahnya, masa muda kita
Alangkah berwarna, sampai tak rela tua
Kita pernah gaya, sekarang juga
Kita pernah muda, sekarang juga
Jiwanya yang muda, raganya tidak
Sudah kodratnya, biarlah tak apa
Kamu pernah manis, sekarang masih
Aku pernah baik, sekarang masih
Pernah singgah rasa tapi tak satu
Kau adalah silamku
Menetap di hati.., sampai kini
Begitu lirik lagu bertajuk "Pernah Muda, Satu Rasa", yang langsung keluar dibenak, ketika melihat kiriman foto-foto Reuni 25 Tahun (Silveran) Sendal'91 yang dikirim Lusi dan juga Zul Armain sesuai permintaan saya lewat WA, Senin (30/11).
Foto-foto yag dikirim Lusi dan Butom panggilan akrab Zul Armain yang setia dengan profesinya sebagai fotografer, mengambarkan begitu bahagianya bertemu sahabat-sahabat lama dalam sebuah acara bertajuk Perayaan Persahabatan Sendal'91 Silver Reunion 25 Tahun di Kampus Tercinta, IISIP-Jakarta, Sabtu (26/11).
Wajah-wajah sumringah penuh kebahagiaan terpampang nyata di foto-foto itu.
Ya bahagia bertemu dengan sabahat-sahabat lama, sesama anggota Sendal atau Senda Gurau Almamater '91 yang beranggotakan sejumlah alumni Institut Ilmu Sosial & Ilmu Politik (IISIP) Lenteng Agung Jakarta angkatan tahun 1991, untuk semua jurusan yakni jurnalistik, humas, dan lainnya.
Semula IISIP yang tersohor dengan sebutan Kampus Tercinta ini bernama Sekolah Tinggi Publisitik (STP). Sejak dulu sampai sekarang, kampus yang berada di Lenteng Agung, Jakarta Selatan ini terkenal sebagai pencetak jurnalis atau wartawan yang tersebar di sejumlah media baik cetak, elektronik maupun online.
Mengapa mereka di foto-foto itu bahagia? Ya karena masih bisa bertatap muka, masih bisa bercanda, bersenda gurau dengan sahabat lama, dan merasakan kembali sepenggal memori masa muda dulu.
Masa yang pernah mereka rasakan selagi masih sama-sama berstatus mahasiswa/i di IISIP itu adalah milik masa muda mereka saat itu. Masa penuh geliat asa dan cinta, masa penuh warna yang sulit dilupakan walaupun mungkin pernah ada yang ingin melupakannya.
Masa itu tak mungkin terulang kembali, masa yang hanya datang sekali dalam seumur hidup, dan masa yang tak mungkin sama walaupun dipaksakan, disatukan, dan dipertemukan kembali.
Kerinduan bertemu dengan sahabat lama, jelas terpancar di foto-foto itu. Ini membuktikan bahwa mereka butuh sahabat dan apa yang namanya persahabatan.
Kenapa? Karena persahabatan itu penting bagi manusia, seperti kata-kata mutiara William Blake sebagai berikut: “Burung punya sangkar, laba laba punya jaring, manusia punya persahabatan”. Jadi manusia sebagai mahluk sosial selama hidup pasti butuh persahabatan atau pertemanan.
Lalu apa itu mahluk bernama sahabat atau teman? Aristotle mengatakan: “What is a friend? A single soul dwelling in two bodies”. (Apa itu seorang teman? Sesosok jiwa tunggal yang tinggal di dalam dua tubuh). Artinya sahabat itu ada dimanapun raga berada, sekalipun tidak selalu bersama setiap waktu.
Lain lagi dengan Anonympus. Si pemilik kata-kata mutiara tentang persahabatan ini mengatakan: “Indeed, the great friends are hard to find, hard to leave and dificullt to forget” (Memang, teman terbaik sulit untuk ditemukan, sulit untuk ditinggalkan, dan sulit untuk dilupakan).
“Goods friends only know about best stories in your life. But best friends have lived them with you”. (Teman baik hanya mengetahui cerita terbaik dari hidupmu. Namun teman terbaik hidup bersama cerita-cerita tersebut).
“A good friend is like star. You cannot always see it. But you realize it will always be there”. (Teman terbaik itu seperti bintang. Kamu tidak selalu dapat melihatnya. Namun kamu menyadari itu akan selalu ada di sana).
Kemudian dia mengatakan lagi: “True friend not only accept who you are. But also help you become who you should be. (Teman sejati tidak hanya menerima siapa kamu. Tetapi juga membantumu untuk menjadi dirimu yang seharusnya).
Makna itu dipertegas oleh Ellen Hubbard yang mengatakan: “Seorang sahabat adalah seseorang yang mengetahui tentang dirimu dan tetap mencintaimu”. Henry Ford membenarkan hal itu dengan mengatakan: “Sahabatku adalah seseorang yang menjadikan aku yang terbaik”.
Lalu apa manfaatnya memiliki sahabat? Hellen Keller mengatakan: “Berjalan dengan seorang sahabat di kegelapan lebih baik daripada berjalan sendirian dalam terang”.
Jane Austin pun menilai penting sebuah persabahatan sebagai obat penyembuh luka hati karena cinta seperti ini katanya: “Persahabatan pada dasarnya merupakan obat penyembuh paling mujarab dari pedihnya dikecewakan cinta”.
Lalu bagaimana menemukan sahabat, menciptakan persahabatan dan menjaga persahabatan itu? Ralp Waldo Emerson tahu bagaimana cara mempunyai sahabat. Dia mengatakan: “Satu-satunya jalan untuk mempunyai sahabat adalah menjadi seorang sahabat”.
Dalai Lama mengartikan seorang sahabat seperti ini: “Sahabat lama pergi, sahabat baru berdatangan. Sama seperti hari-hari biasanya. Hari yang lama pergi, hari yang baru datang. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana membuatnya berarti: seorang sahabat yang berarti – atau sebuah hari yang berarti”.
Khalil Gibran pun memberi saran agar persahabatan langgeng: “Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, tapi merupakan tanggung jawab yang manis”. Bahkan seorang Muhammad Ali mengatakan: ”Persahabatan.., bukanlah sesuatu yang kamu pelajari di sekolah. Tapi, jika kamu tidak belajar mengenai arti persahabatan, kamu tidak akan mempelajari apapun”.
Lalu dengan apa menjadikan musuh menjadi sahabat? Jawabannya adalah dengan cinta seperti kata Martin Luther King. Jr: “Cinta adalah satu-satunya kekuatan yang mampu merubah seorang musuh menjadi seorang sahabat”.
Namun yang harus diingat persahabatan terjadi karena ada ketertarikan, kalau tidak tertarik tentu dia atau kamu tak mau bersahabat seperti kata mutiara yang diungkapkan Chanakya:
“Ada semacam ketertarikan satu sama lain di setiap persahabatan. Tidak ada persahabatan tanpa ketertarikan. Itu adalah kebenaran yang pahit”.
Mutiara Chanakya menegaskan persahabatan itu terjadi karena ada ketertarikan yang sama.
Buktinya Sendal’91 hadir karena ada ketertarikan yang dilatarbelakangi sesama eks almamater IISIP angkatan 91 untuk saling berbagi, menjaga silatuhrahim, dan sekaligus mengenang kembali masa muda saat acara-acara tertentu seperti reunian.
Jika ada wadah-wadah lain, seperti yang saya buat komunitas jurnalism adventure berlabel Phinisi-OAC dan komunitas kreativitas bernama Forever Young masih beranggotakan beberapa almamater IISIP’91, serta komunitas pecinta alam bertajuk Sahabat Prosfer (diluar angkatan IISIP’91), dan mungkin wadah/grup lain, itu semua karena ada ketertarikan yang sama pula.
Tentu masing-masing juga punya cara dalam menjaga dan merawat persahabatannya. Sendal’91 misalnya punya cara merawat persahabatan yang sudah berlangsung 25 tahun ini di kampus dengan menggelar acara reunion yang diisi dengan rangkaian acara peduli seperti donor darah, tanam pohon, tatap muka, memberi sumbangan ke panti asuhan sehari sebelum hari “H”, dan tentunya makan serta diakhiri foto narsis bersama.
Memang tidak semua bisa ikut terlibat membuat acara tersebut, bahkan tidak semua bisa hadir, termasuk saya. Bisa jadi karena terbentur waktunya atau jarak yang terlalu jauh atau kesibukan yang teramat, atau bahkan karena memang sudah tak punya keinginan untuk bertemu. Namun apapun alasannya, bukan berarti persahabatan itu musnah.
Saya sendiri punya cara sendiri mengungkapkan rasa persahabatan itu lewat lirik dan lagu yang saya buat.
Ada sekitar 12 lagu atau satu album khusus yang saya buat tentang sahabat dan persahabatan, antara lain lagu berjudul Kisah 25 Tahun, Sahabat Sejati, Bersama Kita, dan Kelabu Jadi Biru yang pernah saya share ke grup WA Sendal’91, Forever Young dan lainnya.
Bukan cuma itu, jauh-jauh hari saya pun sebenarnya sudah mengucapkan selamat Reunian ke-25 tahun Sendal’91 di secarik kertas putih di Merpati, puncak tertinggi Gunung Marapi, gunung api tersohor di Sumatera Barat, awal November 2016.
Tujuan lain memberi ucapan itu, sekaligus ingin mempromosikan pariwisata petualangan daerah setempat karena saya bergelut lama di sektor ini.
Saya melakukan itu, karena sadar tidak bisa mengikuti pelaksanaan acara Silveran Reunian Sendal'91 di Kampus Tercinta karena waktunya terbentur dengan liputan Festival Pahawang 2016 di Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Bisa jadi sahabat-sahabat IISIP lain yang tak bergabung dalam Sendal’91 dan lainnya pun punya cara dan motif sendiri dalam mengungkapkan rasa itu. Entah dengan memberi salam kepada sahabat dekatnya atau pun lewat doa.
Seperti kata Henry David Thoreau: “Bahasa persahabatan tidak tercermin dalam kata-kata, melainkan dengan arti”.
Jadi biarkan kita sama-sama saling memahami sebagaimana mutiara kata Lucius Annaeus Seneca:
“One of the most beautiful qualities of true friendship is to understand and to be understood”. (Salah satu sifat terindah sahabat sejati adalah mau mengerti dan dimengerti).
I luv u friends...
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. zul armain, adji, neng lusi & neng tyas
3 komentar:
Oks ulasannya...
Sebagai sahabat kita harus saling memberi manfaat bagi sesama...
Cakeeeep, ralat yak bukam Zularman tapi Zul Armain
Ralat yah bukan cakeeeep tapi cakep atau cantik
Posting Komentar