Proses Pembuatan Tabuik 2016 di Rumah Subarang dan Pasa Tak Kalah Seru
Acara puncak Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2016 akan berlangsung di Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (16/10). Selama ini acara tersebut paling ditunggu-tunggu dan ditonton sampai ratusan ribu orang. Padahal prosesi pembuatan Tabuik-nya pun tak kalah seru dan menariknya.
Pembuatan Tabuik berlangsung di dua lokasi, yakni di Rumah Subarang dan Rumah Pasa. Sesuai tempatnya, Tabuik yang dibuat di Rumah Subarang disebut Tabuik Subarang. Sedangkan yang dibuat di Rumah Pasa dinamakan Tabuik Pasa.
Tahun ini, TravelPlusIndonesia berkesempatan melihat prossi pembuatan Tabuik di dua rumah tersebut.
Jumat (14/10) malam itu, di Rumah Tabuik Subarang yang berada tak jauh dari Balaikota Pariaman di depan Jalan Raya Imam Bonjol, terlihat sejumlah anak muda dan anak-anak tengah mengerjakan Tabuik Subarang.
Ada yang membuat sayap Tabuik dari kain batik, potongan motif hiasan khas Minang dari kertas emas, dan lainnya. Intinya mereka membuat dua bagian, yakni bagian atas menyimbolkan beranda berbentuk menara yang dihias sedemikian rupa termasuk bunga salapan dan bagian bawah yang berbentuk buraq.
Pekerjaan mereka diawasi Alfred Mosaddeq sang perancang (desainer) dan Anton selaku koordinator pembuatan Tabuik Subarang.
Sejumlah warga mulai dari anak-anak hingga orang tua pun berdatangan, ingin menyaksikan prosesi pembuatan Tabuik di rumah tersebut.
Beberapa pedagang makanan dan minuman kecil pun memanfaatkan peluang untuk berjualan di depan rumah yang merangkap Museum Tabuik Subarang tersebut. Suasananya sepintas seperti pasar malam.
“Kalau tidak hujan, yang datang jauh lebih banyak lagi. Umumnya mereka ke sini sekadar untuk foto-foto Tabuik yang sedang dibuat ini,” ujar Anton.
Menurut Anton bahan utama membuat Tabuik ada tiga yakni bambu dan kayu sebagai pasak atau tiang, serta rotan untuk pengikat. “Bambunya bambu betung yang besar sedangkan kayunya Kayu Mitangu sejenis pohon bakau yang dibeli dari daerah Pasaman. Kenapa memakai kayu itu karena tidak mudah patah alias elastis saat ditaiki,” terang Anton.
Selain itu ada triplek, papan, dan beludru untuk membungkus bambu dan kayu, kertas minyak untuk hiasan, kertas HVS untuk membuat bungo salapan, lem serta beberapa paku untuk penguat.
“Tinggi Tabuik Subarang sekitar 14 meter dengan berat mencapai 500 Kg atau sekitar setengah ton,” terang Anton.
“Tinggi Tabuik Subarang sekitar 14 meter dengan berat mencapai 500 Kg atau sekitar setengah ton,” terang Anton.
Alfred menambahkan biaya pembuat per satu Tabuik Rp 30 juta, tidak beda jauh dengan tahun lalu.
“Biaya tersebut sudah termasuk biaya oeprasional per harinya. Paling mahal untuk membeli bahan utama seperti kayu, bambu, dan rotan. Jumlah pekerjanya 23 orang termasuk para pelajar yang ikut membantu membuat pernak-pernik dan lainnya,” aku Alfred.
Dia sengaja mengajak anak-anak sekolah untuk membantunya agar mereka tahu cara membuat Tabuik sejak dini. “Dulu saya juga belajar membuat Tabuik dari kelas 3 SD, waktu itu masihTtabuik ukuran kecil. Lama-lama dipercaya sebagai desainer Tabuik besar sampai sekarang,” terangnya.
Menurut pria yang sudah dipercaya sebagai perancang Tabuik sejak 2006 ini, motif dan warna Tabuik bisa berubah sesuai kreativitas desainer tapi bentuknya tetap, termasuk beranda (bagian atas) dan buraq-nya (bagian bawah).
Buraq itu perpaduan manusia, kuda, dan unggas. Banyak yang juga yang bilang buraq itu kuda terbang berkepala wanita cantik.
Biasanya warna buraq-nya hitam dan putih tapi sekarang ada yang berwarnah merah marun dan kuning seperti yang dibuatnya saat ini, hitam dan warna lainnya.
Biasanya warna buraq-nya hitam dan putih tapi sekarang ada yang berwarnah merah marun dan kuning seperti yang dibuatnya saat ini, hitam dan warna lainnya.
Di sudut lain ada beberapa orang lagi tengah sibuk membuat bungo salapan (bunga delapan) hiasan beranda berbentuk payung yang terbuat dari bambu betung untuk kerangkanya, lalu pelapisnya dengan kertas minyak warna merah dan hiasan bunganya berwarna putih dari kertas HVS.
Proses membuat Tabuik Subarang ini, lanjut Alfred sekitar butuh waktu selama 14 hari, “Satu hari sebelum acara puncak harus sudah jadi,” akunya.
Usai melihat pembuatan Tabuik Subarang, TravelPlusIndonesia menuju Rumah Pasa sekitar 2 Km dari Rumah Tabuik Subarang.
Di rumah yang juga menjadi Museum Tabuik Pasa itu, sejumlah orang dewasa tengah sibuk menyelesaikan pembuatan Tabuik Pasa. Namun suasananya tidak seramai di Rumah Tabuik Subarang karena lokasinya bukan di jalan raya utama Kota Pariaman.
Koordinator sekaligus desainer Tabuik Pasa, Azwar mengatakan pembuatan Tabuik Pasa sudah mencapai 90 persen. “Insya Allah besok malam sudah jadi,” terangnya.
Buroq yang ada di Tabuik Pasa buatan Azwar dan 7 orang dewasa pekerjanya berwarna hitam. “Biaya untuk membuat Tabuik ini Rp 30 juta dari APBD, lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman,” terang pria yang sudah sejak 2007 menjadi koordinator pembuataan Tabuik ini.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman, Jafreki menambahkan pada hari Minggu (16/10) pukul 5 pagi, baikk Tabuik Subarang maupun Pasa dibawa ke Simpang Tabuik, Pasar Pariaman dengan mobil.
“Di Simpang Tabuik masing-masing Tabuik bagian atasnya di pasang ke bagian bawah atau badannya atau istilahnya Tabuik Naiak Pangkek. Setelah itu digotong oleh sekitar 50 orang secara bergantian ke pusat acara di Pantai Gandoriah” terang Jafreki.
Selanjutnya acara hiburan seni tradisional Talempong Goyang dan Ulu Ambek di Lapangan Merdeka mulai pukul 9 pagi sampai pukul 2 siang.
Sedangkan di Pantai Gandoriah dilanjutkan dengan acara Parade Hoyak Tabuik Pasa dan Subarang, kemudian puncak seremonial Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2016, dan ditutup dengan pembuangan Tabuik ke laut hingga jelang malam.
Menurut Jafreki rangkaian Festival Tabuik yang kini bernama Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2016 setelah mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar), dilakukan setiap tahun mengikuti kalender Hijriah setiap bulan Muharram mulai tanggal 1 sampai puncaknya pada tanggal 10.
Prosesi pembuatan Tabuik sendiri diawali dengan Maambiak Tanah atau mengambil tanah yang sudah dilaksanakan (2/10), Manabang Batang Pisang atau menebang batang pisang (6/10), Maatam (prosesi meratap atau lementasi), Maarak Jari-jari atau mengarah jari-jari, dan Maradai atau prosesi meminta sumbangan (8/10), serta Maarak Saroban atau mengarak sorban
(9/10).
Seluruh proses pembuatannya berlangsung hingga 2 pekan, dengan puncak perayaan biasanya ditetapkan hari Minggu setelah 10 Muharram dengan acara Tabuik Naiak Pangke, Hoyak Tabuik, dan Tabuang Tabuik ka Lauik.
Dulunya Tabuik merupakan acara rakyat masyarakat Pariaman. Baru kemudian pada tahun 1970-an, Tabuik diangkat menjadi Festival Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman saat itu agar bisa mendatangkan wisatawan ke Kota Pariaman. Dan kini Tabuik menjadi ikon pariwisata Kota Pariaman yang diminati ratusan ribu wisatawan baik lokal, nusantara bahkan mancanegara.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: adji & dok. Disbudpar Kota Pariaman
0 komentar:
Posting Komentar