Berwisata di Kota Pariaman, Jangan Lupa Makan Nasi Sek Biar Tak Penasaran
“Hari ini sarapan Nasi Sek yok,” ajak Jafreki, seorang teman asli orang Kota Pariaman, Sumatera barat (Sumbar). Ajakannya jelas menarik, apalagi mendengar dia menyebutkan Nasi Sek. Terus terang bikin penasaran.
Setelah tiba di Warung Ayang di tepian rel kereta api tepatnya di Jalan SM Abidin, Kelurahan Pasir, Kota Pariaman akhirnya penasaran itu terjawabkan.
Setelah tiba di Warung Ayang di tepian rel kereta api tepatnya di Jalan SM Abidin, Kelurahan Pasir, Kota Pariaman akhirnya penasaran itu terjawabkan.
Nasi Sek yang disebut Jafreki tidak seperti terlintas dalam benak. Sek (tidak pakai 's' di belakang huruf 'k' dan bukan pula ditulis sex) di sini singkatan Sebungkus Eggak Kenyang lantaran nasi yang dibungkus daun pisang berbentuk kerucut itu berukuran mini.
Sepintas bentuknya mirip Nasi Uduk Kebon Kacang, Jakarta Pusat yang juga dibungkus daun pisang berbentuk kerucut. Bedanya Nasi Sek itu nasi putih biasa.
Selain singkatan itu, kabarnya pada era tahun 70an-80an kepanjangan SEK itu Seratus Kenyang atau orang Minang megucapkannya 'Saratuih Kanyang', artinya harga nasi itu Rp 100 per porsi ditambah lauk-pauk sederhana ketika itu.
Kemudian istilah itu berubah menjadi Seribu Kenyang.
Semakin ke sini tentu saja harga seporsinya tidak lagi seribu.
Sebungkus Nasi Sek dipatok Rp 2.000, sedangkan lauknya harganya berbeda-beda sesuai jenisnya. Ada ikan goreng tepung, telor dadar, telor balado, gulai ayam, sayur singkong, terong balado, gulai jariang, jariang balado, dan lainnya.
Menurut Jafreki yang menjabat Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman, dulu hampir semua warung penjual Nasi Sek di Kota Pariaman memasang/menulis warungnya dengan tulisan Nasi Sek.
Tapi entah kenapa belakangan ini beberapa di antaranya menggantinya menjadi Nasi Sala, salah satu contohnya Warung Ayang ini.
Kabarnya pedagangnya sungkan menggunakan nama Nasi Sek karena konotasinya kerap dinilai miring. Nama Sala sendiri diambil dari nama gorengan khas Pariaman dari adonan tepung berbumbu yang digoreng berbentuk bulat berwarna kuning. Renyah dan gurih ketika disantap.
Di setiap warung yang menjual Nasi Sek ataupun Nasi Sala, pasti selalu menyediakan Sala, yang lebih mirip combro namun tidak ada isinya.
Ada juga yang ada isinya ikan-ikan kecil ataupun udang.
Di Sepanjang Jalan SM Abidin banyak terdapat penjual Nasi Sala, beberapa di antaranya masih ada yang menggunakan kata Nasi Sek, salah satunya Nasi Sek Warung Bang Jamil.
Kekhasan makan Nasi Sek di jalan ini, pengunjung bisa menikmati kereta api ekonomi dengan lima gerbong yang beroperasi 4 kali sehari dengan rute Pariaman ke Kota Padangpanjang.
Lokasi lain yang banyak terpdapat pedangan Nasi Sek ada di Pantai Gandoriah, terutama di sepanjang jalan menuju pantai yang menjadi lokasi acara puncak Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2016, anatra lain Warung Nasi Sek Bang Kamil, Putri, Rahman, dan Reni.
Hoyak Tabuik tahun ini yang diselenggarakan Pemkot Pariaman dengan mendapat dukungan dari beberapa sponsor dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pun berpuncak acara di Pantai Gandoriah.
Setiap ada Hoyak Tabuik, para pedagang Nasi Sek di pantai berpasir halus dan landai ini pun 'panen'. Maklum yang datang bisa mencapai ratusan ribu orang terutama warga lokal dan sekitarnya, para perantau serta wisatawan nusantara bahkan mancanegara.
Usai menikmati seporsi Nasi Sek dengan lauk Ikan Goreng Tepung, sepiring kecil Jariang (Jengkol) Balado, sayur daun singkong, fantasi liar yang sepat hinggap saat mendengar Nasi Sek musnah. Yang tersisa adalah cukup kenyang.
Nah, Kalau Anda sedang berwisata Hoyak Tabuik dan lainnya di Kota Pariaman, jangan hanya menikmati Nasi Padang, Nasi Kapau, Lontong/Katupe Sayur, Rendang, dan Soto Padang yang sudah banyak dimana-mana, tapi sempatkan bersantap Nasi Sek agar rasa penasaran Anda terjawabkan.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar