Usai Raih Gelar Kota Paling Dicintai, Bogor Kian Bersemangat Jadi Smart, Green & Heritage City
Saluuuut... Kota Bogor, Jawa Barat, berhasil menyabet predikat bertaraf internasional sebagai Kota Paling Dicintai (The Most Loveable City) 2016. Predikat itu terbilang prestisius, pasalnya kota yang dikalahkan bukan cuma Balikpapan dan Jakarta, melainkan Kota Paris, Perancis dan 43 kota dari 27 negara peserta kampanye global "We Love Cities". Hebring euy…
“Juni lalu predikat itu berhasil disandang Kota Bogor. Bangga pastinya, soalnya mengalahkan Paris sebagai kota yang dicintai di dunia,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Kota Bogor H. Syahlan Rasyidi kepada TravelPlusIndonesia di gedung Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (16/9/2016) malam.
“Juni lalu predikat itu berhasil disandang Kota Bogor. Bangga pastinya, soalnya mengalahkan Paris sebagai kota yang dicintai di dunia,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Kota Bogor H. Syahlan Rasyidi kepada TravelPlusIndonesia di gedung Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (16/9/2016) malam.
Tahun lalu, lanjut Shahlan, Kota Bogor berada di peringkat ketiga untuk predikat yang sama. “Ketika itu peringkat pertama diraih Kota Paris, kedua Balikpapan. Tahun ini Kota Bogor berada urutan pertama, Paris nomor 2, dan Balikpapan ketiga. Alhamdulillah,” terangnya.
Menurut Shahlan predikat ini sangat berarti bagi Kota Bogor yang tengah menerapkan tiga pilar sebagai Smart City, Green City, dan Heritage City.
“Seperti kata Walikota Bogor Bima Arya, predikat ini menjadi penyemangat untuk mencapai impian-impian itu sebagai kota pintar, kota hijau, dan kota warisan atau pusaka,” ucapnya.
Lebih lanjut Shahlan menjelaskan apa yang dimaksud pilar tiga kota impian itu.
Kota Pintar atau Smart City itu artinya Kota Bogor harus menerapkan pelayanan segala lini kepada mayarakat dengang berbasis internet.
“Alhamdulilah lagi, belum lama ini Kota Bogor mendapat penghargaan sebagai salah satu kota yang sukses menerapkan pelayanan dengan internet tingkat provinsi di Kota Bandung,” jeasnya.
“Alhamdulilah lagi, belum lama ini Kota Bogor mendapat penghargaan sebagai salah satu kota yang sukses menerapkan pelayanan dengan internet tingkat provinsi di Kota Bandung,” jeasnya.
Sementara yang dimaksud Kota Warisan atau Heritage City, Kota Bogor memiliki sejumlah bangunan tua dan bersejarah antara lain Instana Presiden, dan sejumkah bangunan lainnya dan termasuk pendiri sekaligus angota dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang dibentuk di Kota Solo atas inisiatif Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjadi Walikota Surakarta tahun 2008 lalu.
“Mengapa semangat untuk menjadi Heritage City digalakkan. Karena banyak bangunan heritage di Kota Bogor yang dibongkar kemudian menjadi hotel dan mall. Sejumlah lainnya kurang terawat,” beber Shahlan.
Kemudian yang dimaksud Kota Hijau atau Green City, Kota Bogor ingin menjadi kota yang ramah lingkungan, bersih, rapih dan hijau.
Semakin bertambahnya penduduk dan kendaraan, tak bisa dipungkiri membuat lahan hijau menyusut dan pohon-pohon tak serimbun dan sehijau dulu akibat polusi.
Semakin bertambahnya penduduk dan kendaraan, tak bisa dipungkiri membuat lahan hijau menyusut dan pohon-pohon tak serimbun dan sehijau dulu akibat polusi.
“Untuk mengembalikan Bogor seperti dulu, semangat untuk menjadi Kota Hijau harus terus digerakkan,” terang Shahlan.
Beberapa langkah sudah dilakukan Pemkot Bogor seperti program sejutab taman. “Walikota Bima Arya tengah menata taman terutama untuk mengembalikan bogor sebagai Kota Sejuta Taman,” ungkap Shahlan.
Langkah lainnya baru-baru ini menerpakan Sistim Satu Arah (SSA) di sekitar Instana dan Kebun Raya Bogor, sekaligus pembenahan pedestrian.
“Kebetulan Pemkot Bogor mendapat bantuan Rp 40 miliar dari Pemerintah Pusat untuk penataan sekitar Kebun Raya, termasuk memperluas pedestrian bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda,” jelasnya.
Langkah hijau lainnya, sambung Shahlan dengan melakukan pengurangan jumlah angkot secara bertahap.
“Insya Allah tahun 2017 kalau tidak ada halangan Kota Bogor bebas angkot. Saat ini jumlah angkot akan terus dikurangi dan akan dialihkan ke batas kota,” terangnya.
“Insya Allah tahun 2017 kalau tidak ada halangan Kota Bogor bebas angkot. Saat ini jumlah angkot akan terus dikurangi dan akan dialihkan ke batas kota,” terangnya.
Menurut Shahlan keberhasilan Kota Bogor menyabet predikat The Most Loveable Sustainable City 2016 yang pengumanannya dipublikasikan lewat akun Facebook resmi We Love Cities, Kamis, 30 Juni lalu itu menambah semangat Pemkot dan warga Bogor untuk terus melakukan gerakan-gerakan ramah lingkungan demi mewujudkan impian sebagai Green City.
Alhasil Kota Bogor menjadi salah satu dari tiga kota di Indonesia yang terpilih bersama 47 kota dari 27 negara ikut dalam kampanye global bertajuk We Love Cities 2016.
We Love Cities adalah kampanye global di media sosial yang bertujuan untuk mencari bermacam jalan keluar dalam mewujudkan kota berkelanjutan dan memobilisasi dukungan publik untuk inisiatif-inisiatif tersebut.
Kampanye ini diinisiasi oleh WWF sejak 2014, sejalan dengan ajang penghargaan Earth Hour City Challenge (EHCC) yang telah diselenggarakan sejak 2010 lalu.
Ketika disinggung kenapa memilih studi banding ke Gedung Lawang Sewu, Semarang usai sebelumnya melakukan Travel Dialogue dengan Disbudpar, Asita, dan PHRI Surakarta di Solo, Shahlan menjelaskan kehadiran rombongan Disbudparekraf Kota Bogor beserta sejumlah perwakilan hotel dan travel agent di Gedung Lawang Sewu ini untuk melihat bagaimana Pemkot Semarang memanfaatkan salah satu bangunan heritage-nya menjadi objek wisata malam hari.
“Jadi ini bagian dari bagaimana Kota Bogor menata diri menjadi Heritage City. Kota Bogor punya banyak heritage, rasanya bisa saja dimanfaatkan menjadi objek wisata malam hari seperti di gedung Lawang Sewu ini yang sukses menjaring wisatawan lokal, nusantara bahkan mancanegara. Padahal kabarnya gedung ini angker tapi kini malah diminati wisatawan,” kata Shahlan.
Penilaian Lawang Sewu itu angker memang bukan isapan jempol. Buktinya saat rombongan berkeliling dipandu 2 orang pemandu wisata setempat, beberapa rekan berhasil mengabadikan penampakan 2 ‘penghuni’ gedung tua dan bersejarah tersohor di Kota Lumpia ini.
Keduanya seperti sosok perempuan, satu pribumi bergaun putih, satu lagi noni-noni Belanda berpakian pengantin.
Keduanya seperti sosok perempuan, satu pribumi bergaun putih, satu lagi noni-noni Belanda berpakian pengantin.
Untungnya ‘mereka’ tidal usil. Mungkin ‘mereka’ cuma heran, melihat ada rombongan dari Kota Hujan, jauh-jauh bertamu ke ‘rumahnya’ saat hujun turun jelang tengah malam.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar