Jazz Atas Awan, Lebih dari Suguhan Alunan Jazz, Balutan Kabut, dan Pesona Dieng
Ada tiga pagelaran jazz yang digelar di gunung tahun ini, salah satunya Jazz Atas Awan yang sudah rutin digelar di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Kendati sama-sama di gunung, Jazz Atas Awan menawarkan banyak keistimewaan, jadi terasa lebih spesial.
Jazz Atas Awan tidak berdiri sendiri sebagaimana dua perhelatan jazz gunung lainnya yakni Jazz Gunung Bromo di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur dan Ijen Summer Jazz di Gunung Ijen, Banyuwangi, juga Jawa Timur.
Jazz Atas Awan justru menjadi bagian dari Dieng Culture Festival (DCF) 2016 yang digelar rutin tiap tahun. Even DCF 2016 yang diselenggarakan Komunitas Dieng Pandawa untuk ketujuh kalinya ini akan berlangsung tiga hari, 5-7 Agustus mendatang.
Jazz Atas Awan sendiri menjadi acara pembuka DCF 2016 pada tanggal 5 Agustus mendatang, bersama dengan acara Harmoni Jiwa. Sedangkan tanggal 6 Agustus, selain Jazz Atas Awan juga ada Sunrises Funtrekking dan Gerlap Lampion. Hari terakhir tanggal 7 Agustus ada Rampak Budaya Nusantara dan Ruwat Rambut Gembel.
Penyelenggara menjual tiket khusus DCF 2016 hanya 3.500 tiket. Harga tiket khususnya Rp 250.000 per orang yang dapat dibeli secara online atau di tempat-tempat penjualan tiket yang bekerjasama dengan penyelenggara. Ketentuan tentang tata cara pembelian tiket dapat dilihat di www.dieng.id.
Tiket tersebut juga bisa dibeli on the spot di lokasi namun dalam jumah terbatas, namun harganya lebih tinggi menjadi Rp 350.000 per orang.
Bagi yang tidak kebagian tiket khusus DCF, dapat membeli tiket wisata reguler, namun ada pembatasan akses terhadap beberapa venue pertunjukan/acara.
Pengunjung dengan tiket wisata reguler tidak bisa masuk venue pertunjukan Jazz Atas Awan (hanya bisa menyaksikan dari luar pagar pembatas) dan tidak bisa masuk lokasi acara ritual cukur rambut anak gembel di kompleks Candi Arjuna.
Pihak penyelenggara sengaja membatasi jumlah tiket khusus karena lokasi acara ritual cukur rambut anak gembel di sekitar kompleks Candi Arjuna yang juga terbatas.
Venue yang tersedia hanya mampu menampung sekitar 5.000 orang.
Untuk menjaga keamanan dan kelestarian candi tersebut serta kesakralan upara ritual, panitiamembatasi jumlah peserta yang dapat mengikuti acara langka tersebut.
Sejak empat tahun belakangan ini, DCF telah menjadi magnet baru wisata di Jawa Tengah.
Buktinya jumlah pengunjungnya yang datang menyaksikan rangkaian acara DCF, termasuk Jazz Atas Awan-nya seperti tahun-tahun sebelumnya selama tiga hari, bisa mencapai lebih dari 100.000 ribu orang. Karena itulah pihak penyelenggara membatasi penjualan tiket khusus.
Keuntungan memiliki tiket khusus DCF antara lain free pas masuk lokasi wisata kawasan Candi Arjuna, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna selama festival berlangsung, dapat t-shirt khusus DCF (all size), 1 buah lampion, 1 buah kembang api, bisa masuk venue Jazz Atas Awan, bisa mendaftarkan diri menjadi peserta kirab budaya (terbatas hanya 100 orang), dan mendapatkan selendang khusus untuk dipergunakan saat upacara ritual cukur rambut gembel.
Gelaran Jazz Atas Awan 2016 akan berlangsung selama dua hari, yakni Jumat (5/8) dan Sabtu (6/8). Musisi jazz yang akan tampil pada hari pertama antara lain Tesla Manaf, Interstellar Space, Bulan Jingga, Five Percent, Glanze, MLD Jazz Project, dan GNFI. Sedangkan pada hari kedua antara lain Jess Kidding, Secret Project, AbsurdNation, Kailasa, dan Srintil. Dua hari tersebut akan diadakan di venue Panggung Arjuna Dieng Culture Festival, dengan konsep unik, cantik, dan pastinya sangat menarik.
Lalu apa pesona yang ditawarkan Dieng? Dieng merupakan dataran tinggi (plateu) yang berada di perbatasan antara Kota Wonosobo (Kecamatan Kejajar) dan Kota Banjarnegara (Kecamatan Batur), Jawa Tengah.
Daya Tarik Dieng cukup banyak, namun yang beberapa tahun ini yang tengah melabung kesohorannya adalah Gunung Sikunir dan Gunung Prau.
Kedua gunung ini bukan sekadar memperelok wajah Dieng sekaligus menawarkan pesona matahari terbit yang spektakuler, karenanya disebut the golden rise.
Sejak dulu, Dieng juga dipercantik dengan pesona Telaga Warna yang merupakan bekas letusan dari Gunung Purba Dieng ratusan tahun silam.
Sesuai namanya telaga ini memiliki keunikan, airnya dapat berubah- ubah warna, kadang hijau, kuning, kadang juga warna-warni bak pelangi. Di sekitar telaga ini terdapat beberapa gua yakni Gua Semar, Jaran, dan Gua Sumur.
Persis di sebelah telaga ini ada Telaga Pengilon yang dibatasi rerumputan berbentuk seperti rawa kecil. Uniknya kendati berdekatan dengan Telaga Warna, air Telaga Pengilon justru bening seperti tidak tercampur belerang.
Pesona lain Dieng adalah kawah-kawahnya, salah satunya yang tersohor Kawah Sikidang yang merupakan kawah vulkanik aktif. Dinamakan Sikidang (si-kijang) karena lubang keluarnya gasnya kerap berpindah-pindah atau melompat-lompat seperti kijang.
Di samping telaga, kawah dan gunung-gunung, wajah Dieng juga dipercantik dengan kompleks candi peninggalan Kerajaan Hindu, antara lain Candi Pandawa, dan Candi Arjuna.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, 100.000 ribu wisatawan datang ke DCF. Akibatnya seluruh homestay di Dieng kebanjiran pengunjung. Hampir semua penginapan murah di Dieng sudah ludes di-booking jauh-jauh hari.
Jika itu terjadi lagi tahun ini, tak usah cemas. Ada alternatif lain seperti mendirikan tenda di pucak Gunung Sikunir dan Prau sambil menunggu pesona sunrise-nya.
Pilihan lain menginap di hotel-hotel yang ada di dalam atau di dekat Kota Wonosobo seperti di Dieng Kledung Pass Hotel & Restaurant yang berada di Jalan Raya Wonosobo-Parakan, Km 17.
Pesan saja jika ingin bermalam di hotel yang menawarkan pemandangan dua Gunung Sindoro dan Sumbing ini lewat telepon di nomor (0286) 3322023, 081328119888 atau fax. (0286) 321433, (0286) 896540, atau juga email: diengkledungpas@yahoo.com.
Atau bisa juga menginap di Desa Wisata Sembungan di dekat Gunung Sikunir. Desa ini mendapat julukan Desa Atas Awan, karena Sembungan merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa yang berstatus desa wisata.
Kalau ingin menyaksikan kembali tayangan peristiwa meletusnya Kawah Sinila pada 20 Februari 1979 silam yang memakan banyak korban tewas baik manusia maupun ternak, pergi saja ke gedung pertunjukan berlabel Dieng Plateu Theater.
Bulan Agustus, merupakan puncak dinginnya Dieng, terutama pada malam dan dini hari, mengingat saat itu Dieng tengah musim kemarau panjang.
Keistimewaannya, saat itulah muncul fenomena alam bun upas. Paras Dieng akan diselimuti kabut yang menjelma bak lautan awan, bila dilihat dari atas seperti Negeri Atas Awan yang ada dalam sebuah legenda.
Pada bulan tersebut, suhu Dieng bisa mencapai di bawah 4 derajat Celsius. Untuk mengusir dingin yang menggigit, ada baiknya travellers ikuti tips asik nonton jazz di Dieng ala TravelplusIndonesia berikut ini.
Jangan lupa membawa dan mengenakan jaket tebal, kupluk/balaklava penutup kepala yang hangat, sarung tangan, dan kaos kaki tebal saat menonton Jazz Atas Awan.
Biar badan tetap hangat, sambil nonton sebaiknya menyeruput kopi, wedang ronde ataupun minuman jahe hangat.
Oiya, di sela-sela menyaksikan Jazz Atas Awan dan rangkaian acara DCF 2016 lainnya, jangan lupa cicipi kuliner khas Dieng antara lain Mie Ongklok, Carica atau manisan papaya gunung khas Dieng, Kripik Jamur, Sate Jamur, dan Kopi Purwaceng.
Kopi Purwaceng merupakan kopi yang dicampur dengan bubuk dari tanaman yang tumbuh di Dieng. Tanaman tersebut adalah Antanan Gunung bernama ilmiah Pimpinella pruatjan atau Purwoceng, orang setempat menyebutnya yang berkhasiat meningkatkan stamina pria dewasa.
Jadikan pula Manisan Carica, Kripik Jamur, dan Kopi Purwaceng, sebagai buah tangan dari Negeri Atas Awan, buat ‘someone’ ataupun keluarga tercinta di rumah.
Foto: adji, exploredieng, yukpiknik, diengfuntrip & dieng.id
0 komentar:
Posting Komentar