. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 09 Oktober 2014

Bisnis Investasi Kelautan pada Pemerintahan Mendatang Berpeluang Besar

Pemerintah mendatang berjanji serius mengelola maritim atau kelautan yang selama ini belum tergarap maksimal. Fokus lebih ke sektor ini jelas akan berdampak baik bagi sektor pariwisata khususnya wisata bahari. Bisnis investasi terkait wisata dan rekreasi di perairan laut Indonesia bakal marak dan terbuka lebih luas, mengingat segmen pasar internasionalnya sangat besar.

"Industri wisata bahari kita sangat prospektif dan peluangnya sangat besar pada era pemerintahan mendatang," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Sapta Nirwandar dalam diskusi bertajuk "Wisata Bahari, Bisnis, dan Investasi Masa Kini" di Jakarta, baru-baru ini. 

Indonesia menurut Sapta memiliki modal bahari yang melimpah. Ada 17.508 pulau dengan pantai-pantai menawan dari Sabang hingga Merauke namun baru beberapa objek wisata saja yang baru digarap secara maksimal, di antaranya Pulau Weh, Bali, Lombok, Raja Ampat, Kepulauan Mentawai, Wakatobi, dan Pulau Komodo sehingga menjadi daya tarik wisatawan dunia.

Bila pulau-pulau lainnya dikelola dengan baik akan mendatangkan pundi-pundi dolar. “Setiap pulau bisa menghasilkan ribuan dolar AS per tahun maka dapat menghasilkan hingga jutaan dolar per tahun,” ungkapnya.

Modal lainnya, aktivitas wisata bahari yang dimiliki Indonesia sangat beragam antara lain bermacam watersport seperti diving, surving, dan lainnya. “Indonesia juga dianugerahi ribuan spot diving yang tersebar di berbagai daerah dari Aceh hingga Papua,” ungkapnya.

Namun Sapta menilai kegiatan olah raga menyelam ini sampai sekarang masih banyak diminati oleh warga asing dibandingkan masyarakat Indonesia. “Belakangan ini orang Indonesia sudah mulai banyak yang menyukai diving,”terangnya.

Dengan modal tersebut rasanya tepat kalau pemerintahan mendatang lebih mengutamakan sektor kelautan untuk meningkatkan pendapatan bagi negara dan perekonomian masyarakat. "Jadi kalau presiden mendatang berpihak ke laut, itu adalah keharusan," ujarnya.

Untuk memanfaatkan peluang itu, lanjut Sapta, bangsa Indonesia dan pihak terkait termasuk para pelaku usaha wisata bahari harus menyiapkan diri dan melakukan sesuatu termasuk menebalkan mental kelautan yang selama ini dinilai masih tipis. "Bangsa kita masih banyak yang bermental darat. Mulai sekaranglah kita harus lebih banyak melihat ke laut,” imbaunya.

Nara sumber lainnya Ismail Ning menjelaskan selama ini investasi bahari sangat mahal dan untuk tingkat pengembalian modalnya lama. “Bisa bertahun-tahun kembali modalnya. Sekarang bisnis ini belum menguntungkan, kita masih nombok. Tapi ke depan bisnis ini amat menjanjikan dan berpeluang besar menguntungkan,” jelas salah satu pemilik kapal pesiar Salila ini.

Menurut anggota Dewan Kelautan Indonesia ini selain publikasi yang tepat sasaran untuk memperkenalkan produknya sekaligus meraup konsumen dan pelanggan, para pelaku usaha wisata kapal pesiar juga harus melakukan service yang baik sesuai yang dijanjikan saat promosi.

Kendala bisnis ini selama ini menurut Ismail terletak pada permasalahan koordinasi dan integrasi antarsektor terkait pengembangan wisata bahari.

Sebagai pelaku usaha, Ismail berharap pemerintahan mendatang dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah menyangkut peraturan-peraturan dan retribusi yang jelas. Sebenarnya retribusi khusus yang terjadi di Raja Ampat misalnya itu tidak menjadi masalah. “Tapi yang menjadi masalah ketika kita mengunjungi satu tempat suku atau desa tertentu, seringkali dimintain restibusi lagi. Seharusnya sudah include,” ungkapnya.

 Jadi pembenahan retribusi yang jelas itu, lanjut Ismail harus dilakukan pemerintahan mendatang. “Tentukan saja saja tarif di setiap desa wisata yang ada di Raja Ampat misalnya atau langsung secara keseluruhan per paket. Karena ada tamu kapal pesiar yang maunya hanya desa-desa tertentu saja, tidak semuanya,” terangnya.

Wisata Kapal Pesiar Berdampak Positif 
Menurut Ismail bisnis wisata bahari khususnya kapal pesiar selama ini berdampak positif bagi perekonomian masyarakat lokal. Masyarakat setempat merasakan langsung hasilnya. 

“Seperti di Pulau Komodo, banyak masyarakat yang kini berjualan kerajinan tangan kalung mutiara, replika komodo dari kayu dan lainnya. Semula mereka nelayan, sekarang menjadi perajin karena penghasilannya lebih besar dan pasti. Karena menangkap ikan di kawasan Taman Nasional Komodo dibatasi,” ungkapnya 

Bukan cuma itu, sejumlah nelayan yang memiliki kapal-kapal kecil ikut menyewakan ke turis untuk menginap di kapalnya atau sekadar keliling dengan harga yang lebih murah daripada cruise ship. 

Oleh karena itu bisnis ini ke depan bagi pemain baru sangat menguntungkan terlebih ada dukungan pemerintah mendatang yang mengutamakan maritim dengan “tol laut”-nya. “Buktinya ada orang asing yang sudah 20 tahun berdomisili di Indonesia membuat perusahaan pengoperasian kapal pesiar,” ungkapnya. 

Sampai sekarang, lanjut Ismail total pengusaha kapal pesiar di Indonesia ada 50 tapi yang pemiliknya orang Indonesia sekitar 5 perusahaan. 

Direktur Utama LKBN Antara Saiful Hadi yang juga menjadi narasumber diskusi ini mengatakan untuk mengembangan wisata bahari pemerintah dan pelaku usaha harus gencar berpromosi. Saiful menambahkan dalam pertemuan antara Joko Widodo dan sejumlah pemimpin redaksi belum lama ini, Presiden Terpilih itu berencana memilih menteri pariwisata yang punya jiwa marketing. “Menterinya harus siap pergi berbulan-bulan hanya untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia,” akunya. 

Menurut Saiful jumlah anggaran pemerintah untuk promosi pariwisata masih sangat minim. Beda dengan Malaysia yang menganggarkan dana besar demi membiayai iklan untuk menarik kunjungan wisatawan. “Anggaran Malaysia untuk biaya iklan mencapai delapan kali lipat dibandingkan Indonesia. Tak heran jumlah kunjungan wisman ke Malaysia lebih tinggi daripada Indonesia,” ungkapnya. 

Kata Saiful, pemerintah masih pelit untuk berpromosi. “Harusnya kalau mau mencapai target kunjungan wisman yang besar, beriklanlah di media-media," imbuhnya. Sapta membenarkan bahwa pemerintah mendatang menargetkan kunjungan wisman sebesar 20 juta kunjungan pada 2019. 

"Dengan kunjungan 20 juta, maka diprediksi sektor pariwisata bisa menyumbangkan tambahan devisa hingga Rp240 triliun. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia," akunya. 

Dia optimis dengan perbaikan kualitas tujuan pariwisata, akses infrastruktur, regulasi, dan dukungan pemerintah, target kunjungan pariwisata sebesar 20 juta pada 2019 tersebut akan tercapai. Terlebih pemerintahan mendatang memberikan perhatian lebih pada sektor pariwisata. "Kelihatannya Pak Jokowi concern dengan pariwisata, spesifiknya terhadap pariwisata bahari," katanya. 

Menurut Sapta, selain dukungan pemerintah yang penuh, harus ada kemauan untuk mengimplementasikan semuan kebijakan yang sudah ada dengan baik. “Kebijakan dan peraturannya sudah banyak, tinggal implementasinya saja,” pungkasnya. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Wisata bahari Indonesia diminatai wisman. 
2. Wisata kapal pesiar berdampak positif 

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP