Multiefek JFC Geliatkan Wisata Jember
Tak bisa dipungkiri perhelatan Jember Fashion Carnival (JFC) bukan hanya sukses menggaungkan nama Jember ke tingkat nasional dan internasonal pun memberi multiefek positif yang akhirnya menggairahkan pariwisata Jember.
Kepala Dinas Budpar Kabupaten Jember, Arif Cahyono Ari mengatakan pada 2008, ketika JFC pertama digelar sudah berhasil menjaring 250 ribu wisatawan. Kemudian pada 2013, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 850 ribu.
"Pada 2008, pendapatan daerah Kabupaten Jember itu baru Rp 2,5 miliar dan tahun 2013 menembus angka Rp 12 miliar," jelasnya di Jakarta, Kamis (7/8).
Berkat JFC pula akhirnya menjadi “trade mark” baru bagi Jember sebagai Carnival City. Identitas itu menambah dua predikat Jember sebelumnya yakni sebagai “kota tembakau” dan “kota santri”.
Bukan hanya itu. Sebelumnya JFC masuk dalam 7 karnaval besar dunia, yakni karnaval Mardi Gras di New Orleans, AS yang sudah 200 tahun lebih, karnaval Rio de Janeiro (Brazil) sudah 76 tahun, karnaval di Cologne (Jerman), baru kemudian JFC (Indonesia), lalu karnaval di Covenhagen (Denmark), karnaval de Quebec (Kanada), dan karnaval Trinidad dan Tobago, sebuah negara kepulauan di laut Karabia sebelah laut Utara Venezuela.
Kini JFC diklaim sudah masuk 4 besar sebagai karnaval unik di dunia. Menurut penggagas dan pendiri JFC, Dynand Fariz, JFC diakui sebagai salah satu dari karnaval besar di dunia karena tidak sama dengan karnaval-karnaval yang ada.
“Bahkan karnaval Rio ratusan peserta masih ada yang berkostum sama. Sedangkan di JFC, 100 sampai dengan 600 peserta tidak satupun kostumnya sama,” ungkapnya.
Namun Dynand pun menyadari bahwa popularitas JFC yang cepat meroket hingga menduniakan Jember, tak lain tak bukan karena peran besar media.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Salah satu kostum Jember Fashion Carnival yang nyentrik.
0 komentar:
Posting Komentar