Word Music & Dance Jadi Andalan Toraja Festival Internasional 2014
Toraja International Festival (TIF) tahun ini kembali digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, dan Toraja Utara serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. TIF yang kedua ini juga kembali mengandalkan sajian utamanya yakni Word Music & Dance yang pada tahun lalu mendapat respon besar dari wisatawan.
Konser musik etnik ini mengingatkan atau menyerupai konsep event Jazz Gunung di Bromo, Jawa Timur yang menghadirkan sejumlah band jazz dengan pesona alam pegunungan setempat.
Ketua penyelenggara TIF 2014, Franki Raden menjelaskan TIF tahun ini diselenggarakan selama 3 hari pada 11-13 Agustus 2014 di Toraja, Sulawesi Selatan. Selain Word Music & Dance, ada beberapa acara menarik lainnya.
Sebagai sajian pembuka akan dihadirkan Toraja Opera, yakni pertunjukan kolosal yang melibatkan 100 orang penampil yang terdiri dari pemain musik, akrobat, penari, aktor, dan deklamator gabungan dari dalam maupun luar negeri. “Opera Toraja akan disuguhkan dalam pembukaan TIF 2014 yang berlangsung di Desa Ke’te Kesu yakni desa adat Toraja yang sudah berusia 900 tahun,” jelasnya dalam jumpa pers launching TIF 2014 di Jakarta, Jumat (18/7).
Sama seperti tahun lalu, TIF tahun ini juga akan ada Textile and Craft Exhibition serta Culture and Tourism Seminar dengan tema yang berbeda dibanding tahun lalu.
Namun ada yang baru dari TIF kali ini yakni Coffee Corner. Di acara ini pengunjung akan dimanjakan dengan kenikmatan kopi Toraja yang khas. Semuanya dapat dinikmati secara gratis dengan suasana khas Toraja.
"Coffee Corner ini adalah yang baru di festival Toraja dan masukan dari Wamenparekraf, Pak Sapta," ujar Frangki. Menurut Franki kalau minum kopi di dalam festival ini menghadirkan suasana yang beda dibanding di kedai kopi biasa. Sebabnya di festival ini, masyarakat Toraja juga ikut minum kopi dan bercerita tentang segala hal soal Toraja. "Jadi di festival ini, pengunjung bisa minum kopi sambil melihat bermacam kesenian Toraja. Pokoknya khas Toraja," ujarnya.
Pengunjung juga bisa berwisata agro ke perkebunan kopi dan terong belanda. “Disana bisa melihat proses penanaman, pembibitan, pemetikan, pengeringan, dan penggilingan sampai jadi kopi bubuk. Begitu juga dengan terong belanda sampai jadi jus yang nikmat,” akunya.
Pelaku industri wisata di Toraja, Nico mengatakan Toraja pernah mengalami masa kejayaan. “Pada tahun 1995, turis asing terutama Eropa yang datang mencapai 225 ribu orang. Tahun ini ditargetkan baru berkisar 40 ribu orang,” akunya. Untuk mengembalikan kejayaan Toraja, salah satunya dengan event TIF.
Namun untuk mensukseskan TIF 2014, pemerintah haru mempromosikannya secara luas dengan tidak memisah-misahkan antara Toraja Utara dengan Tana Toraja. “Dalam promosi pariwisata, harus satu Toraja,” jelas pria yang memiliki hotel dan tour operator ini.
Nico juga menyarankan seluruh tour operator asing yang selama ini menjual paket wisata Toraja harus diundang datang ke TIF 2014. “Di Jerman dulu ada 85 tour opeator yang menjual paket Toraja, tapi sekarang yang masih mencintai dengan menjual paket Toraja hanya 18 tour operator saja. Begitu juga di Belanda. Dulu ada 22 tour operator yeng menjual paket tur Toraja, sekarang tinggal 6 saja,” jelasnya.
Yang tak kalah penting, lanjut Nico harus menyiapkan akomodasi untuk menampung wisatawan yang nanti akan datang. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan pariwisata Tana Toraja, saat ini di Tana Toraja baru ada 29 hotel dengan 807 kamar.
Menurut Nico tarif hotel di Toraja untuk bintang 2 sekitar Rp 350ribu per malam untuk 2 orang. Sedangkan hotel bintang 4 sekitar Rp600ribu-Rp700ribu per malam. Sewa mobil rental Rp 600ribu per hari sedangkan tarif pemandu Rp 300ribu. “Kalau wisatawan nusantara mau ke Toraja selama 4 hari budget-nya sekita Rp 4 juta per orang sudah termasuk transportasi pesawat p/p, akomodasi, dan makan,” ungkapnya.
Kunjungan Wisatawan Meningkat
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar mengatakan penyelenggaraan TIF mampu meninatkan kunjungan wisatwan ke Toraja. Tahun ini diharapkan dapat menjaring 50 ribu wisatawan.
"TIF tahun lalu berhasil mendatangkan 35 ribu wisatawan. Tahun ini ditargetkan dapat menjaring 50 ribu wisatawan," jelasnya.
Sapta menambahkan kemasan TIF kedua ini dipastikan akan jauh lebih baik dari yang pertama, Desember tahun lalu. Terlebih pada TIF tahun lalu banyak wisatawan yang datang merekam acara ini lalu meng-upload video di sosial media hingga beritanya mendunia. “Banyak wisatawan yang upload video ke laman Youtube. Cara ini ikut mempromosikan festival ini hingga beritanya meluas dan diperkirakan wisatawan yang datang tahun pasti bakal melebihi target,” terangnya.
Sapta menilai Toraja adalah salah satu aset nasional yang penting dari heritage, culture, hingga alam yang elok. “Kita mau memajukan semua aset itu dengan festival ini. Melalui acara ini pengunjung dapat mengenal lebih dekat tentang Toraja. Tidak hanya pemakamannya yang sakral, tapi juga kuliner hingga pemandangan alamnya yang indah," ungkapnya.
Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Buntang mengakui ada kenaikan jumlah wisatawan yang signifikan ke wilayahnya sejak adanya penyeleggaran TIF. “Total wisatawan yang ke Toraja pada 2013 mencapai 109 ribu orang. Padahal pada tahun 2012 hanya 60.915 orang. Sampai Juni 2014 ini sudah ada 50.708 wisatawan yang datang. Diperkirakan akhir tahun ini mencapai 125 ribu wisatawan," jelasnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Perkampungan adat di Toraja.
2. Aset wisata Toraja baik heritage, culture maupun pesona alam pegunungan dikemas dalam balutan festival bertaraf internasional.
0 komentar:
Posting Komentar