Menikmati Danau Sentani dalam Kemasan Festival
Danau Sentani merupakan salah satu ikon wisata milik Kabupaten Jayapura, Papua. Dalam waktu dekat di tempat ini bakal diselenggarakan Festival Danau Sentani 2014, tepatnya pada 19-23 Juni ini. Event tahunan yang memasuki kali ke tujuh ini akan menghadirkan beragam acara menarik berupa pameran budaya dan kuliner dari 19 distrik di Papua.
Festival yang akan menghadirkan pesta rakyat dan pagelaran seni budaya dengan tema “Budayaku Hidupku” ini akan berpusat di Kawasan Wisata Khalkote, Sentani Timur.
Dari Bandara Sentani, Jayapura hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit dengan taksi, rental mobil, ataupun ojeg sepeda motor. Tidak ada tiket masuk ke lokasi acara, hanya ongkos parkir sebesar Rp 10.000 bila masuk ke area dengan mobil.
Festival kali ini juga akan berupaya memecahkan rekor MURI yaitu melukis di atas kayu. Sebelumnya ada Pawai Budaya dari Kelompok Etnik Budaya dan Nusantara di Jayapura.
Ada juga Pertunjukan Isilo, yaitu tarian tradisional di atas perahu, musik rakyat, dan cerita rakyat. Tak ketinggalan gelaran tifa bertema “Tifa Gema Kemakmuran” yang dimainkan 500 orang berpakaian adat.
Festival ini juga akan dimeriahkan dengan beragam lomba selama empat hari festival berlangsung, di antaranya lomba dayung perahu untuk laki-laki dan perempuan, lomba suling tambur, dan lomba folk song dengan lagu khusus dari Tanah Tabi.
Tahun ini festival juga akan mengagendakan tur wisata ke Pulau Asei dan Pulau Ajun yang menampilkan tarian dan ritual budaya setempat.
Selama acara festival akan diikuti promosi daya tarik wisata Papua dalam bentuk slide di area festival setiap harinya, bersama promosi PON 2020 dimana Papua akan menjadi tuan rumahnya.
Danau Sentani merupakan salah satu danau terbesar di Papua. Danau sepanjang 30 Km ini berada di ketinggian 75 mdpl. Di perairan danau ini ada 22 pulau kecil yang tersebar di seluruh danau yang terbagi jadi tiga wilayah yakni Timur, Tengah, dan Barat. Ada 24 Kampung adat yang masuk ke tiga wilayah ini yang dibedakan berdasarkan dialek bahasa Papua.
Lokasi danau ini dekat dengan Jayapura, ibu kota Papua. Danau ini menjadi tempat tinggal sekurangnya 33 jenis ikan yang hampir separuhnya adalah penghuni asli danau ini, salah satunya Hiu Sentani atau Pritis microdon yang memiliki keunikan berupa moncong berbentuk gergaji sehingga dijuluki juga Hiu Gergaji.
Beragam aktivitas menarik yang biasanya dilakukan wisatawan di danau ini antara lain melihat dan mengabadikan panarorama danau dengan bukit-bukitnya, bersampan, dan atau kalau berani bisa berenang di danau.
Tak kalah menarik melihat kegiatan warga lokal yang ramah sambil mencoba proses pembuatan sagu, makan papeda disantap dengan lauk kuah kuning ikan gabus yang ditangkap di Danau Sentani, atau mencicipi buah matoa yang biasa dijajakan di pinggir jalan atau di pasar tradisional. Harganya mulai dari Rp 30.000 per buah.
Lalu membeli lukisan kulit kayu di Desa Asei yang masyarakatnya ahli membuat lukisan di atas kulit kayu dengan beragam motif lokal yang khas. Harganya ini mulai dari Rp 10.000.
Selanjutnya mampir ke Desa Yobeh untuk melihat tifa keramat. Desa Yobeh merupakan salah satu kampung dari 24 kampung adat yang ada di Danau Sentani. Gendang khas Papua di desa ini konon sudah berumur lebih dari 200 tahun. Keunikan tifa yang satu ini terbuat dari kulit manusia dan bisa berbunyi sendiri. Masyarakat setempat mempercayai, kalau tifa ini berbunyi menandakan ada warga yang akan meninggal.
Wisatawan pun ada yang suka mengayam atau mengepang rambutnya dengan gaya kepangan ala Papua. Biasanya mereka meminta bantuan perempuan Suku Sentani untuk mengayam rambutnya.
Mumpung disana, wisatawan juga kerap mencoba sensasi menginang atau makan pinang khas orang Papua. Tradisi menginang di Papua hingga kini masih semarak. Yang melakukannya juga dari berbagai kalangan usia, mulai remaja orang dewasa sampai orangtua. Yang menarik lagi, penjual pinang dan sirih juga bertebaran di mana-mana, bukan hanya di pasar tradisional. Sirih dan pinang di Papua sudah seperti rokok kalau di pulau-pulau besar lain. Nah, Anda patut mencobanya.
Selama di sana, wisatawan biasanya bermalam di salah satu hotel berbintang yakni Travellers Hotel dengan tarif kamar mulai Rp 900.000 per malam. Pilihan lain yang lebih murah namun tidak mengecewakan ada Sentani Indah Hotel dan Ratna Indah Hotel. Harganya mulai dari Rp 300.000 per malam. Hotel-hotel ini berada di dekat dengan Pantai Khalkote, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan darat dengan mobil. Kalau mau hotel yang lebih mentereng ada di Jayapura seperti Swiisbell dan Aston Jayapura namun jaraknya sekitara satu jam ke Danau Sentani.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Pesona Danau Sentani dengan perbukitan dan pulau-pulau kecilnya.
Festival yang akan menghadirkan pesta rakyat dan pagelaran seni budaya dengan tema “Budayaku Hidupku” ini akan berpusat di Kawasan Wisata Khalkote, Sentani Timur.
Dari Bandara Sentani, Jayapura hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit dengan taksi, rental mobil, ataupun ojeg sepeda motor. Tidak ada tiket masuk ke lokasi acara, hanya ongkos parkir sebesar Rp 10.000 bila masuk ke area dengan mobil.
Festival kali ini juga akan berupaya memecahkan rekor MURI yaitu melukis di atas kayu. Sebelumnya ada Pawai Budaya dari Kelompok Etnik Budaya dan Nusantara di Jayapura.
Ada juga Pertunjukan Isilo, yaitu tarian tradisional di atas perahu, musik rakyat, dan cerita rakyat. Tak ketinggalan gelaran tifa bertema “Tifa Gema Kemakmuran” yang dimainkan 500 orang berpakaian adat.
Festival ini juga akan dimeriahkan dengan beragam lomba selama empat hari festival berlangsung, di antaranya lomba dayung perahu untuk laki-laki dan perempuan, lomba suling tambur, dan lomba folk song dengan lagu khusus dari Tanah Tabi.
Tahun ini festival juga akan mengagendakan tur wisata ke Pulau Asei dan Pulau Ajun yang menampilkan tarian dan ritual budaya setempat.
Selama acara festival akan diikuti promosi daya tarik wisata Papua dalam bentuk slide di area festival setiap harinya, bersama promosi PON 2020 dimana Papua akan menjadi tuan rumahnya.
Danau Sentani merupakan salah satu danau terbesar di Papua. Danau sepanjang 30 Km ini berada di ketinggian 75 mdpl. Di perairan danau ini ada 22 pulau kecil yang tersebar di seluruh danau yang terbagi jadi tiga wilayah yakni Timur, Tengah, dan Barat. Ada 24 Kampung adat yang masuk ke tiga wilayah ini yang dibedakan berdasarkan dialek bahasa Papua.
Lokasi danau ini dekat dengan Jayapura, ibu kota Papua. Danau ini menjadi tempat tinggal sekurangnya 33 jenis ikan yang hampir separuhnya adalah penghuni asli danau ini, salah satunya Hiu Sentani atau Pritis microdon yang memiliki keunikan berupa moncong berbentuk gergaji sehingga dijuluki juga Hiu Gergaji.
Beragam aktivitas menarik yang biasanya dilakukan wisatawan di danau ini antara lain melihat dan mengabadikan panarorama danau dengan bukit-bukitnya, bersampan, dan atau kalau berani bisa berenang di danau.
Tak kalah menarik melihat kegiatan warga lokal yang ramah sambil mencoba proses pembuatan sagu, makan papeda disantap dengan lauk kuah kuning ikan gabus yang ditangkap di Danau Sentani, atau mencicipi buah matoa yang biasa dijajakan di pinggir jalan atau di pasar tradisional. Harganya mulai dari Rp 30.000 per buah.
Lalu membeli lukisan kulit kayu di Desa Asei yang masyarakatnya ahli membuat lukisan di atas kulit kayu dengan beragam motif lokal yang khas. Harganya ini mulai dari Rp 10.000.
Selanjutnya mampir ke Desa Yobeh untuk melihat tifa keramat. Desa Yobeh merupakan salah satu kampung dari 24 kampung adat yang ada di Danau Sentani. Gendang khas Papua di desa ini konon sudah berumur lebih dari 200 tahun. Keunikan tifa yang satu ini terbuat dari kulit manusia dan bisa berbunyi sendiri. Masyarakat setempat mempercayai, kalau tifa ini berbunyi menandakan ada warga yang akan meninggal.
Wisatawan pun ada yang suka mengayam atau mengepang rambutnya dengan gaya kepangan ala Papua. Biasanya mereka meminta bantuan perempuan Suku Sentani untuk mengayam rambutnya.
Mumpung disana, wisatawan juga kerap mencoba sensasi menginang atau makan pinang khas orang Papua. Tradisi menginang di Papua hingga kini masih semarak. Yang melakukannya juga dari berbagai kalangan usia, mulai remaja orang dewasa sampai orangtua. Yang menarik lagi, penjual pinang dan sirih juga bertebaran di mana-mana, bukan hanya di pasar tradisional. Sirih dan pinang di Papua sudah seperti rokok kalau di pulau-pulau besar lain. Nah, Anda patut mencobanya.
Selama di sana, wisatawan biasanya bermalam di salah satu hotel berbintang yakni Travellers Hotel dengan tarif kamar mulai Rp 900.000 per malam. Pilihan lain yang lebih murah namun tidak mengecewakan ada Sentani Indah Hotel dan Ratna Indah Hotel. Harganya mulai dari Rp 300.000 per malam. Hotel-hotel ini berada di dekat dengan Pantai Khalkote, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan darat dengan mobil. Kalau mau hotel yang lebih mentereng ada di Jayapura seperti Swiisbell dan Aston Jayapura namun jaraknya sekitara satu jam ke Danau Sentani.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Pesona Danau Sentani dengan perbukitan dan pulau-pulau kecilnya.
0 komentar:
Posting Komentar