. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 24 Februari 2014

Masyarakat Ngada Se-Jabodetabek Rayakan Reba di Jakarta

Komunitas Masyarakat Ngada yang tinggal di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) merayakan pesta adat dan ritus agama asli yang disebut Reba. Acara berlangsung di anjungan Nusa Tenggara Timur (NTT), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (22/2). 

Pesta adat Reba merupakan upacara syukur masyarakat di Kabupten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur atas penyelenggaraan Dewa zeta Nitu zale, yaitu kepada Wujud Tertinggi yang dipercayai masyarakat Ngada pada ribuan tahun silam.

Ketua panitia acara Marcell Muja mengatakan Reba merupakan perayaan ucap syukur yang biasanya dirayakan pada akhir Desember – Februari, bertepatan dengan musim hujan dan angin. Tanggal pelaksanaan ritus Reba ditentukan berdasarkan kalender adat yang disebut paki sobhi (tahun sisir) atas petunjuk seorang Mori kepo vesu (pemegang adat istiadat) sebagai pihak yang berwenang. “Ritual ini sudah ada sebelum masuk Katolik di Ngada,” jelasnya Sabtu (22/2).

Menurut Marcell, ritual Reba di TMII ini diikuti sekitar 2.000 orang Ngada se-Dejaborabek bahkan dari Bandung dan Surabaya juga hadir. “Acara ini digelar berkat keraja sama Pemprov NTT dan TMII dan beberapa sponsor. Biayanya sekitar Rp300 juta”, jelasnya.

Kendati berbeda-beda dari satu suku atau kelompok masyarakat di Ngada, perayaan Reba umumnya memiliki tiga tahap utama, yakni Kobe Dheke, Kobe Dhai, dan Kobe Su’i. Setiap tahap memiliki tiga elemen tetap yaitu kena Ine Ema… (doa), dhi fedhi nee puju pia (kurban), dan ka maki reba/toka wena ebu (perjamuan/makan bersama).

Simbol utama perayaan Reba adalah makan uwi atau ubi bersama. Ubi diyakini sebagai roti kehidupan manusia. Ubi yang diserukan namanya dan dipuji-puji pada perayaan Reba lewat tarian tanda O Uwi merupakan personifikasi seorang tokoh mitologis perempuan, seorang utusan dari Wujud Tertinggi bagi manusia dan secara khusus menyimbolkan seorang pribadi yang mengurbankan hidupnya agar sesamanya dapat hidup sejahtera.

Selain dimeriahkan dengan tarian Ja’i, yaitu tarian adat masyarakat Ngada yang kini populer di kalangan masyarakat NTT, perayaan Reba juga dipenuhi dengan berbagai macam pata dela (petuah nan bijak Sang Leluhur) atau lese dhe peda pawe (penyampaian pesan kebijaksanaan hidup).

Melalui penyampaian petuah dan kebijaksanaan hidup itu, masyarakat Ngada yang terlibat dalam perayaan Reba melakukan otokritik, penyadaran diri, dan menarasikan nilai-nilai kehidupan yang patut dipertahankan dari konteks riil kehidupan yang terjadi sepanjang tahun yang telah lewat dan harapan akan tahun yang akan datang.

Perwakilan Komunitas Masyarakat Ngada di Jakarta, Pastor Edu Dopo mengatakan perayaan Reba sebenarnya merupakan perayaan simbolis dari rancang bangun religiusitas Orang Ngada. “Rancang bangun dari relasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Perayaan ini merupakan perayaan kehidupan Orang Ngada,” ujarnya. 

Selain masyarakat Ngada yang ada di Jakarta, perayaan Reba ini dihadiri pula oleh Gubernur NTT Frans Leburaya, Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Bidang Budaya Hari Untoro. Turut hadir dalam perayaan Reba ini, perwakilan masyarakat Ngada di Bandung dan perwakilan masyarakat Ngada di Surabaya. 

Perayaan Reba di Jakarta kali ini diawali dengan misa inkulturatif yang dipimpin oleh Mgr Vinsensius Sensi Potokota, Pr dan dilanjutkan dengan Ritual Reba. Pada Jumat (21/2/2014) malam, masyarakat Ngada di se-Dejabotabek memulai ritual Reba tersebut dengan ritual Kobe dheke, yaitu ritual meminta restu dan petunjuk terkait perayaan Reba dari Wujud Tertinggi dan nenek moyang orang Ngada. 

Dalam konteks nasional, perayaan Reba yang sengaja dilaksanakan di Jakarta bertujuan memperkenalkan sejarah, budaya, dan nilai hidupan orang Ngada. Budaya dan nilai hidup tersebut sangat mendukung nilai-nilai kebangsaan dan kenegaraan yang tercermin dalam semangat persaudaraan, musyawarah, dan gotong royong. 

Perayaan Reba juga merupakan salah satu titik persinggungan dari upaya mempromosikan keanekaragaman budaya dan tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, termasuk upaya mempromosikan potensi pariwisata Kabupaten Ngada untuk wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Tarian dalam pesta adat Reba yang digelar di Jakarta. 
2. Reba paduan ritual budaya dan agama khas masyarkat Ngada, Flores, NTT.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP