Indonesia Sepakati Investasi Hijau
Pada tahun 2015, diperkirakan permintaan dunia atas minyak kelapa sawit meningkat dari 45 juta ton pada 2010 menjadi 62 juta sampai dengan 64 juta ton pada tahun 2015. Sebagian besar kebutuhan akan terus dipasok oleh industri minyak sawit Indonesia yang terus tumbuh. Di sisi lain kekhawatiran kerusakan lingkungan masih terus membayangi. Bagaimana solusinya?
Banyak perusahaan minyak sawit Indonesia berjuang meningkatkan praktek-praktek keberlanjutan mereka. Praktek-praktek yang baik oleh berbagai perusahaan tersebut telah membantu mempromosikan perubahan di sektor industri ini. Namun pada saat yang sama, kritik terhadap minyak sawit Indonesia dalam kaitan dengan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan masih tetap berlangsung.
Oleh karena itu Pemangku Kepentingan Kelapa Sawit Lestari di Indonesia Sepakati Investasi Hijau yang Menguntungkan Indonesia membuka jalan dalam mencari solusi investasi hijau yang menguntungkan. Mereka yakni Kementerian Pertanian, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, United Kingdom Department of International Development dan WWF-Indonesia melakukan pertemuan untuk merumuskan bentuk-bentuk insentif yang akan memberikan kontribusi utama terhadap perekonomian dan kelestarian lingkungan.
"Pertanian berkelanjutan merupakan prioritas bagi Indonesia. Peraturan Pemerintah No.12 tahun 2012 yang dikeluarkan pada 9 Januari 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menggarisbawahi komitmen yang kuat dari pemerintah untuk menjadikan sektor pertanian sebagai garda terdepan untuk mewujudkan komitmen pembangunan keberlanjutan di Indonesia. Juga merupakan prioritas bagi kami untuk mendukung model pertanian yang berkelanjutan dan investasi bagi petani-petani kecil di pedesaan,” kataWakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan di Jakarta, akhir Februari lalu.
Satuan tugas Agri-Bisnis Berkelanjutan telah dibentuk oleh Kementerian Pertanian untuk tujuan ini. "Hari ini saya berpartisipasi dalam perdebatan paling konstruktif antara industri, masyarakat sipil dan pemerintah dalam membahas masalah minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), debat yang telah saya saksikan selama tiga tahun di Indonesia," kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Julian Wilson.
"CPO adalah industri besar bagi Indonesia. Eropa juga menyukai produk kelapa sawit - kami adalah salah satu pasar terbesar Indonesia. Tapi kita semua mengakui ada dampak lingkungan dari industri ini. Jadi hari ini kita mempelajari contoh-contoh bagaimana industri dapat tumbuh pada saat yang sama juga mengatasi masalah-masalah lingkungan. Misalnya, kami mendengar hari ini dari perusahaan yang melakukan methane capture dari pengolahan kelapa sawit dan, sebagai hasilnya, menghemat uang tagihan listrik mereka sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca. Kami berharap industri CPO Indonesia memperbanyak contoh-contoh ini, dan menghijaukan industri mereka sambil menjaga profitabilitas mereka ," tambahnya.
Dukungan terhadap upaya bersama ini juga datang dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). “Komunitas bisnis Indonesia melihat kesempatan besar untuk melakukan investasi hijau. Kami menyambut dukungan pemerintah agar pelaku bisnis di Indonesia melakukan transisi tersebut," kata Perwakilan Kadin, Shinta Kamdhani.
Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat sipil, lanjut Shinta dapat menjembatani proses transisi besar yang dapat mengamankan posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia menyatakan WWF mendukung pemerintah untuk berinvestasi menyediakan kebijakan pemungkin sebagai insentif untuk mendorong mata rantai komoditas pertanian kunci bergerak ke arah pengelolaan yang keberlanjutan karena dapat membantu pemerintah mengurangi biaya sosial dan lingkungan yang tidak terduga.
“WWF-Indonesia terdorong untuk mengambil peran aktif dalam bekerja dengan pemerintah, pemimpin dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan kontribusi nilai ekonomi dari komoditi tersebut bagi negara melalui internalisasi praktek yang memberikan manfaat lingkungan dan sosial di tingkat lapangan,” ungkap Efransjah.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
1 komentar:
Dapet banget ni informasi nya, tapi pengen tau juga donk gimana prakteknya Viar gag ngambang gitu
Posting Komentar