. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 30 November 2011

Tak Cukup Senyum Kalau Pariwisata Indonesia Mau Maju


Persaingan di sektor pariwisata antar negara-negara di kawasan ASEAN kian sengit. Untuk memenangkan persaingan itu, pariwisata Indonesia tak cukup mengandalkan kemolekan alam dan keberagaman budayanya. Tak kalah penting memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata yang bukan hanya profesional tapi juga bersertifikasi kompentesi.

Demikian disampaikan ketua ASEAN Tourism Professional Monitoring Commitee (ATPMC) I Gusti Putu Laksaguna usai menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Sehari “Kerja Sama Pariwisata ASEAN dan Kawasan Pertumbuhan” di Hotel Sahid Jakarta, Rabu (30/11/2011).

Laksaguna menjelaskan pariwisata Indonesia bisa maju kalau dikelola oleh SDM pariwisata yang profesional baik di pemerintah maupun swasta dan masyarakat “Ramah saja tidak cukup, SDM pariwisata kita pun harus bersertifikat kompetensi dan diberangengi dengan infrastruktur yang memadai,” imbuhnya.

Untuk meningkatkan kualitas SDM pariwisata ASEAN, lanjutnya telah disepakati adanya Mutual Recognition Arrangement (MRA) di bidang profesi pariwisata sejak Januari 2009. “Tujuan MRA ini untuk meningkatkan kesetaraan kualitas dan profesionalitas SDM pariwisata di kawasan ASEAN dan memfasilitasi mobilitas dan perlindungan tenaga kerja pariwisata ASEAN dengan menggunakan ASEAN Competency Standars for Tourism dan lainnnya,” jelasnya.

Dampak positif MRA ini, tambah Laksaguna antara lain mempermudah mendapatkan tenaga kerja kompeten yang langka di pasar kerja dalam negeri dan mengurangi tekanan pengangguran. “Sedangkan dampak negatifnya, masuknya tenaga kerja asing mengancam kesempatan kerja bagi tenaga kerja domestik,” terangnya.

Meskipun grand launching implemasi MRA baru berlangsung pada 2015 namun Indonesia, lanjut Laksaguna harus menyiapkan dengan serius saat ini juga. “Jangan selalu bilang Belanda masih jauh. Sebab Malaysia, Singapura, dan Thailand sudah lebih dulu melangkah dan terus berbenah, sehingga mereka lebih maju,” jelasnya.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Sapta Nirwandar yang membuka seminar sehari yang diselenggarakan Kemenparekraf ini mengatakan pariwisata ASEAN mengalami pertumbuhan luar biasa. Kontribusi wisatawan mancanegara (wisman) dari ASEAN terhadap pariwisata Indonesia juga cenderung meningkat tiap tahun. Oleh sebab itu pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas dari 12 sektor prioritas (piority integrated sectors) dalam kerangka kerjasama ASEAN di bawah pilar ekonomi, terutama menjadi media dalam mewujudkan konektivitas antarmasyarakat negara anggota ASEAN.

Bukti pariwisata ASEAN mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terlihat dari total jumlah wisman yang datang ke kawasan ASEAN sebanyak 73 juta pada tahun 2010 atau meningkat 11 persen dibandingkan tahun 2009.

“Perjalanan intra-ASEAN menjadi sumber pasar utama dengan share mencapai 47 persen pada 2010,” jelasnya.

Jumlah tersebut masih lebih banyak jumlah wisman yang mengunjungi China sebesar 55,7 juta, sekaligus sebagai peringkat ketiga destinasi pariwisata dunia yang paling banyak dikunjungi wisatawan internasional setelah Perancis dan Amerika Serikat. “China menjadi ‘competitor’ atau mitra sekaligus pesaing bagi pengembangan pariwasata ASEAN,” terangnya.

Sementara jumlah wisman dari ASEAN yang ke Indonesia mencapai 2.431.154 orang pada 2004 menjadi 3.052.285 orang pada 2010. “Dari total 7.002.944 wisman yang datang ke Indonesia pada 2010, sebanyak 43,6% berasal dari ASEAN,” paparnya.

Eddy Krismedi, Senior Officer ASEAN Secretariat mengatakan dalam pengembangan standar pariwisata ASEAN dengan proses sertifikasi, Indonesia menjadi lead coordinator untuk ASEAN Tourism Security and Safety. Semantara Thailand lead coordinator untuk geen hotel standar, Malaysia untuk homestay, Thailand untuk Spa, dan Brunei Darussalam untuk public toilet.

“Pasar internasional terutama dari Eropa mulai sensitif terhadap hotel dan produk yang berlabel green. Tapi green lable untuk hotel ini bukan paksaan melainkan anjuran,” jelasnya.

Sedangkan dalam peningkatan kesempatan pengembangan pengetahuan dan keahlian di bidang pariwisata, Indonesia menjadi lead country untuk ASEAN Tourism Resource Management and Development Network (ATRM) Heritage. Sedangkan Singapura lead country untuk ATRM Cruise, Malaysia untuk ATRM Hospitality, dan Thailand untuk ATRM Eco-Tourism.

Terkait forum kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Raldi Hendro Koestoer, staff Ahli Bidang Inovasi, Teknologi dan Lingkungan Menko Perekonomian mengatakan agar tidak terjadi ketimpangan dengan wilayah Malaysia dan Thailand lainnya yang berdekatan sebagai satu kawasan petumbuhan, pemerintah Indonesia bukan hanya harus menjadikan seluruh Pulau Sumatera sebagai stakeholder, pun harus meningkatkan pembangunan di wilayah tersebut khususnya infrastruktur pariwisatanya.

Dalam forum kerjasama antara Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines (BIMP-EAGA) disepakati BMIP-EAGA Implementation Blueprint 2012-2016 yang terdiri atas 3 pilar utama yakni konektivitas, food basket, dan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Bagi Indonesia BIMP-SEAGA ini difokuskan pada kawasan Timur Indonesia yang saat ini telah dibentuk 3 koridor ekonomi yakni koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi dan koridor ekonomi Maluku-Papua.

“Kemenparekraf arus mendorong para pelaku usaha wisata di pusat dan daerah untuk turut bersinergi dalam pasar komunitas ASEAN,” saran Raldi.

Presiden ASEAN Tourism Association (ASEANTA) Yanti Sukamdani menjelaskan Indonesia sebagai anggota ASEANTA sudah tergabung dalam 4 keanggotan ASEAN yakni ASEAN Hotel & Restaurant Association (AHRA) yang diwakili PHRI, Federation ASEAN Travel Association (FATA) yanag diwakili ASITA, ASEAN Airlines Association (Airlines) yang diwakili Garuda Indonesia, dan National Tourism Organization (NTO) yang diwakili Kemenparekraf.

Penduduk ASEAN sekarang 600 juta orang atau 8.8 % dari total dunia. “Target keanggotaan ASEANTA menggaet 2 milyar penduduk dunia dari ASEAN ditambah Jepang yang berpenduduk 128 juta orang, China 1,34 milyar, dan Korea 48, 2 juta orang,” jelas Yanti.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, PKP Kemenparekraf

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP