Mengemas Ludruk Agar Tak (lagi) Ambruk
Ludruk sempat berjaya kemudian memudar, tergeser beragam kesenian lain yang tampil lebih ciamik. Belakangan kesenian drama tradisional asal Jawa Timur ini kembali menggeliat berkat upaya yang dilakukan sejumlah pihak, salah satunya dengan memperbaiki kemasannya agar lebih menarik dan kekinian. Apa lagi?
Ludrukan Kartolo Mbalelo di Jakarta beberapa waktu lalu boleh dibilang menjadi tonggak kebangkitan kesenian ludruk yang sempat mati suri, meskipun sebelumnya sudah ada pementasan ludruk lainnya.
Kesuksesan Kartolo Mbalelo membetot perhatian masyarakat Jakarta, membuktikan kesenian ini masih punya daya tarik. Tentu kesuksesan itu tidak datang dengan sendirinya.
Berdasarkan pengamatan penulis, kesuksesan ludrukan Kartolo Mbalelo terletak dari kemasannya, antara lain mengikutsertakan sejumlah public figure tersohor dan atau kontroversial dari berbagai profesi antara lain Ketua MA Mahfud MD, Politikus PDIP Pramono Anum, Menpora Andi Malarangeng, dan penyanyi dangdut si Ratu Ngebor Inus Daratista.
Selain itu, promosi pra pementasannya lumayan gencar, ditambah penggabungan pameran kuliner khas Jawa Timur yang cukup punya andil mengundang minat orang untuk datang.
.
Upaya mengangkat kesenian ludruk ini kembali dilakukan dengan mementaskan ludruk berjudul "Si Pitung Robin Hood Betawi" di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (17/7/2011).
Selain pementasan yang digelar Paguyuban Peduli Ludruk (PPL) didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dan sejumlah Bank ini juga disuguhkan kuliner Jawa Timuran antara lain Cwi Mie atau mie rebus dengan tambahan daun Salada dan Angsle semacam wedang ronde khas Malang.
Ajak Artis
Menbudpar Jero Wacik selaku pelindung PPL dalam sambutannya sebelum pementasan Si Pitung Robin Hood Betawi dimulai memberikan tips cara mengemas ludruk agar menarik. Menurutnya pementasan ludruk harus mengikutserkan satu atau dua orang artis atau public figure lain untuk menjaring seqment penonton anak muda.
“Belum lama saya lihat pentas wayang orang, ada bintang film terkenal yang ikut main, dan berhasil menarik perhatian anak muda. Nah, di ludruk harus begitu juga,” jelasnya.
Di samping itu, tampilan panggungnya juga harus menarik. “Misalnya dengan menambah teknologi tata cahaya laser dan lainnya sehingga anak muda tidak bosan melihatnya,” imbuhnya.
Ludruk yang baik, lanjut Jero Wacik juga isi pesannya harus tetap bermisi untuk membangun karakter bangsa. “Boleh saja mengkritik pemerintah kalau ada kebijakan yang keliru agar pemerintah bisa memperbaiki. Tapi juga harus memuji kalau ada kebijakan yang baik,” pintanya.
Jangan menjadikan kesenian rakyat ini untuk menghasut bahwa semua kerja pemerintah itu salah. ”Lakukan kritikan yang terukur, dan turut mencerdaskan rakyat,” jelasnya,
Keseriusan Kemenbudpar mengangkat ludruk dan kesenian rakyat lainnya agar berkembang maju dibuktikan dengan adanya direktur tradisi di Ditjen NBSF yang ditugaskan antara lain memberikan mendukung setiap kali PPL menggelar pementasan Ludruk.
Bukti lainnya, Kemenbudpar menandatangai MoU dengan Kementerian BUMN di Istana Tapak Siring, Bali pada waktu lomba lukis dan puisi anak-anak se-Indonesia. Isi MoU tersebut semua BUMN yang mempunyai CSR wajib hukumnya sebagian CSR-nya dipakai untuk membantu pengembangan seni dan budaya, termasuk ludruk.
Karena MoU itu ditandatangai MenBUMN dan Menbudpar di depan Presiden SBY, mestinya semua dirut dan komisaris BUMN membaca MoU itu karena dibuat bukan untuk pajangan tetapi dikerjakan. “Kalau itu berjalan, paguyuban ludruk ini tak akan kekurangan dana untuk pementasan ludruk,” tegas Jero Wacik.
Dapur Ngebul
Seniman ludruk sekaligus pelawak Kadir mengaku senang kalau banyak pihak termasuk pemerintah serius ingin membantu mengangkat kembali kesenian ludruk. “Selain dapat melestarikan kesenian Jawa Timur ini, para pemainnya juga dapat rezeki, dapurnya bisa terus ngebul,” katanya.
Kesenian rakyat apapun, lanjut Kadir, senimannya harus kreatif dalam mengemas tampilannya. “Contoh Lenong Betawi yang kini hadir dengan kemasan "Lenong Politik" di TV One, itu sesuatu yang baru dan ternyata mendapat respon baik dari pemirsa,” terangnya.
Sekarang beragam tontonan dapat dilihat di rumah lewat TV. Agar orang mau keluar rumah menonton ludruk maka kemasan ludruk harus menarik. “Pemainnya harus profesional, cerita yang disampaikan diterima penonton, dan mengikuti selera penonton, misalnya penonton lebih suka humornya diperbanyak maka harus ada lawakan dari pelawak profesional sebagai bumbu penyegar,” jelasnya.
Tren melibatkan public figur seperti artis, tokoh politik, penyanyi, dan bintang film sebagaimana kesenian rakyat lainnya, contohnya lenong dan wayang orang, harus juga diadopsi ludruk. “Kalau cara ini mulai jenuh dan penonton sudah bosan, harus dipikirkan dan dicari terobosan lain,” kata Kadir yang berperan sebagai tentara opas dalam pementasan ludruk Si Pitung Robin Hood Betawi.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Ludrukan Kartolo Mbalelo di Jakarta beberapa waktu lalu boleh dibilang menjadi tonggak kebangkitan kesenian ludruk yang sempat mati suri, meskipun sebelumnya sudah ada pementasan ludruk lainnya.
Kesuksesan Kartolo Mbalelo membetot perhatian masyarakat Jakarta, membuktikan kesenian ini masih punya daya tarik. Tentu kesuksesan itu tidak datang dengan sendirinya.
Berdasarkan pengamatan penulis, kesuksesan ludrukan Kartolo Mbalelo terletak dari kemasannya, antara lain mengikutsertakan sejumlah public figure tersohor dan atau kontroversial dari berbagai profesi antara lain Ketua MA Mahfud MD, Politikus PDIP Pramono Anum, Menpora Andi Malarangeng, dan penyanyi dangdut si Ratu Ngebor Inus Daratista.
Selain itu, promosi pra pementasannya lumayan gencar, ditambah penggabungan pameran kuliner khas Jawa Timur yang cukup punya andil mengundang minat orang untuk datang.
.
Upaya mengangkat kesenian ludruk ini kembali dilakukan dengan mementaskan ludruk berjudul "Si Pitung Robin Hood Betawi" di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (17/7/2011).
Selain pementasan yang digelar Paguyuban Peduli Ludruk (PPL) didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dan sejumlah Bank ini juga disuguhkan kuliner Jawa Timuran antara lain Cwi Mie atau mie rebus dengan tambahan daun Salada dan Angsle semacam wedang ronde khas Malang.
Ajak Artis
Menbudpar Jero Wacik selaku pelindung PPL dalam sambutannya sebelum pementasan Si Pitung Robin Hood Betawi dimulai memberikan tips cara mengemas ludruk agar menarik. Menurutnya pementasan ludruk harus mengikutserkan satu atau dua orang artis atau public figure lain untuk menjaring seqment penonton anak muda.
“Belum lama saya lihat pentas wayang orang, ada bintang film terkenal yang ikut main, dan berhasil menarik perhatian anak muda. Nah, di ludruk harus begitu juga,” jelasnya.
Di samping itu, tampilan panggungnya juga harus menarik. “Misalnya dengan menambah teknologi tata cahaya laser dan lainnya sehingga anak muda tidak bosan melihatnya,” imbuhnya.
Ludruk yang baik, lanjut Jero Wacik juga isi pesannya harus tetap bermisi untuk membangun karakter bangsa. “Boleh saja mengkritik pemerintah kalau ada kebijakan yang keliru agar pemerintah bisa memperbaiki. Tapi juga harus memuji kalau ada kebijakan yang baik,” pintanya.
Jangan menjadikan kesenian rakyat ini untuk menghasut bahwa semua kerja pemerintah itu salah. ”Lakukan kritikan yang terukur, dan turut mencerdaskan rakyat,” jelasnya,
Keseriusan Kemenbudpar mengangkat ludruk dan kesenian rakyat lainnya agar berkembang maju dibuktikan dengan adanya direktur tradisi di Ditjen NBSF yang ditugaskan antara lain memberikan mendukung setiap kali PPL menggelar pementasan Ludruk.
Bukti lainnya, Kemenbudpar menandatangai MoU dengan Kementerian BUMN di Istana Tapak Siring, Bali pada waktu lomba lukis dan puisi anak-anak se-Indonesia. Isi MoU tersebut semua BUMN yang mempunyai CSR wajib hukumnya sebagian CSR-nya dipakai untuk membantu pengembangan seni dan budaya, termasuk ludruk.
Karena MoU itu ditandatangai MenBUMN dan Menbudpar di depan Presiden SBY, mestinya semua dirut dan komisaris BUMN membaca MoU itu karena dibuat bukan untuk pajangan tetapi dikerjakan. “Kalau itu berjalan, paguyuban ludruk ini tak akan kekurangan dana untuk pementasan ludruk,” tegas Jero Wacik.
Dapur Ngebul
Seniman ludruk sekaligus pelawak Kadir mengaku senang kalau banyak pihak termasuk pemerintah serius ingin membantu mengangkat kembali kesenian ludruk. “Selain dapat melestarikan kesenian Jawa Timur ini, para pemainnya juga dapat rezeki, dapurnya bisa terus ngebul,” katanya.
Kesenian rakyat apapun, lanjut Kadir, senimannya harus kreatif dalam mengemas tampilannya. “Contoh Lenong Betawi yang kini hadir dengan kemasan "Lenong Politik" di TV One, itu sesuatu yang baru dan ternyata mendapat respon baik dari pemirsa,” terangnya.
Sekarang beragam tontonan dapat dilihat di rumah lewat TV. Agar orang mau keluar rumah menonton ludruk maka kemasan ludruk harus menarik. “Pemainnya harus profesional, cerita yang disampaikan diterima penonton, dan mengikuti selera penonton, misalnya penonton lebih suka humornya diperbanyak maka harus ada lawakan dari pelawak profesional sebagai bumbu penyegar,” jelasnya.
Tren melibatkan public figur seperti artis, tokoh politik, penyanyi, dan bintang film sebagaimana kesenian rakyat lainnya, contohnya lenong dan wayang orang, harus juga diadopsi ludruk. “Kalau cara ini mulai jenuh dan penonton sudah bosan, harus dipikirkan dan dicari terobosan lain,” kata Kadir yang berperan sebagai tentara opas dalam pementasan ludruk Si Pitung Robin Hood Betawi.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar