. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 04 Oktober 2010

Pesona Julia, Bali & Sphagetti dalam EPL


Poster Eat Pray Love (EPL) memang tidak memperlihatkan gambar pemandangan Bali dengan jelas. Tapi isi film ini justru mengekspos keindahan alam, budaya, dan keramahan orang Bali. Dan tentu saja pesona luar biasa Julia Roberts, pemeran utamanya. Daya pikat aktris kaliber oscar ini begitu kuat, mengalahkan daya tarik masing-masing ketiga lokasi syuting utama film ini yakni Bali, India, dan Italia.

Setelah sempat menjadi perbincangan hangat lantaran Bali terpilih menjadi lokasi film Eat Pray Love (EPL), akhirnya film yang mengikutsertakan aktris nasional Christine Hakim ini premiere (tayang perdana) di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/10/2010).

Film EPL yang ceritanya diambil berdasarkan novel terlaris karya Elizabeth Gilbert ini dibuka dengan gambar ombak laut, hutan, dan persawahan khas Bali yang direkam dari atas (bird-angle). Kemudian tampil sosok Liz Gilbert (Julia Roberts) mengayuh sepeda berkeranjang di jalan desa dengan kiri-kanan pematang sawah Bali.

Perempuan berambut pirang sebahu ini mendatangi Ketut, seorang paranormal (dukun) terkenal di Bali yang pandai melucu dan Bahasa Inggris-nya pas-pasan. Ketika itu Liz datang dengan wajah murung. Ada setumpuk masalah yang tengah dia hadapi dan dipendam. Kondisinya itu diketahui Ketut setelah diterawang dengan membaca garis telapak tangannya.

Siapakah Liz? Dan apa masalahnya? Belum terbaca di awal cerita. Enam bulan kemudian dia balik ke negara asalnya, AS. Mulai terkuak siapa dia. Liz adalah perempuan modern yang bersuami, memiliki rumah, dan karier yang sukses.

Namun seperti orang kebanyakan, dia merasa jenuh dengan rutinitasnya. Dia merasa tersesat, bingung, dan ingin menemukan kebahagiaan yang hakiki dan mencai tuhan dalam hidupnya.

Sebelum bercerai resmi dia sempat jatuh hati dengan pemuda tampan, aktor teater. Dia sempat menemukan kebahagiaan sejenak. Setelah bercerai dengan suaminya, hubungannya dengan sang kekasih justru tak berjalan mulus. Dia berada di persimpangan jalan. Akhirnya dia memutuskan melangkah keluar dari zona aman, mengambil risiko apapun untuk mendapatkan tuhan dan kebahagiaan yang diinginkan. Dia memilih 3 tempat wisata dunia untuk mencari penemuan diri. Pertama dia terbang ke Italia, kemudian beralih ke India, dan akhirnya kembali lagi ke Bali.

Di Italia, kendati sempat menemukan kesulitan berbahasa setempat, namun dia mendapatkan kenikmatan sejati bermacam makanan khas bangsa penggila sepak bola ini. Bermacan kuliner khas negeri yang meemiliki bangunan tua dan bersejarah ini terekpos detil seperti sphagetti, pizza dan lainnya. Bahkan di bagian ini tergambar cukup lama bagaimana cara Liz menyantap sphagetti-nya yang bikin ngiler. Di bagian ini juga diperlihatkan beberapa kali gambar sepasang muda-mudi yang tengah dimabuk asmara di tempat umum, menyiratkan bahwa hal seperti itu sudah menjadi pemandangan biasa di negeri pizza.

Saat berada di India, Liz mendapatkan kekuatan doa dengan bermeditasi khas India. Di bagian ini, selain meditasi justru kondisi kemiskinan India yang terekspos cukup detil. Keindahan alam India, termasuk bangunan bersejarahnya seperti Taj Mahal dan Sungai Gangga-nya, samasekali tidak diperlihatkan. Di negeri yang warganya dekat dengan gajah ini, kondisi batin Liz semakin fokus dengan kekuatan doa. Dia mulai menemukan tuhan.

Cinta Sejati
Di akhir cerita, Bali menjadi lokasi terakhir pencarian dirinya. Liz kembali menemui Ketut yang sempat tidak mengenalinya lagi. Setelah dia tunjukkan sketsa gambar yang dulu pernah diberikan Ketut, akhirnya lelaki tua itu mengingatnya kembali.

Ketika sedang menikmati alam desa Bali dengan bersepeda keranjang. Liz terserempet mobil hingga tersungkur ke parit oleh lelaki yang kemudian diketahui seorang duda asal Brazil yang jatuh hati padanya. Kaki Liz terluka. Oleh Ketut, dia disarankan menemui Wayan (Christine Hakim), seorang ahlli pengobatan tradisional Bali.

Christine Hakim yang film ini bertubuh agak gendut, tampil memukau. Mampu mengimbangi kekuatan pesona Julia Roberts. Kehadirannya di film ini cukup lama dan punya kekuatan tersendiri meski hadir jelang ending cerita. Lewat Wayan, luka Liz bukan cuma sembuh tapi dia juga mendapat pelajaran hidup berharga. Dia simpatik dengan Wayan yang dinilainya sebagai seorang sosok perempuan dan juga seorang ibu beranak satu yang kuat. Sebagai tanda terimakasihnya, dia memberikan hadiah rumah berlantai ubin biru sesuai impian Tuti, putri kandung Wayan.

Di Bali, sesuai saran Ketut, Liz memadukan kekuatan doa India dengan bermeditasi di alam yang tenang dan indah bak surga khas Pulau Dewata. Tanpa diduga, di Bali dia bukan hanya menemukan kedamaian batin tapi juga keseimbangan cinta sejati.

Dari sisi cerita, EPL termasuk sederhana. Kelebihannya terletak pada pengemasan alur ceritanya yang memadupadankan unsur flashback. Kekuatan utamanya justru terletak pada pesona Julia Roberts. Melihat senyum si-pretty woman ini di EPL, menghadirkan aura positif tersendiri. Kecantikan terutama senyumnya, menyedot perhatian, melebihi keindahan dan daya pikat Bali, India, dan Italia.

Pemilihan Julia Roberts sebagai pemeran utama EPL sangatlah tepat. Dia bukan semata sebagai jualan utama film ini. Tapi juga menjadi daya tarik kuat EPL. Andai bukan Julia Roberts yang memainkannya, mungkin EPL takkan semenarik ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@ayahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP