Tanah Air Beta, Pamer Pesona Alam Khas NTT
Awam seperti apa alam Kabupa-ten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT)? Tonton saja film Tanah Air Beta (TAB) yang tengah tayang di sejumlah bioskop di kota-kota besar. Anda bukan sekadar disuguhkan pesona alam khasnya, pun beragam pesan moral yang dikemas dalam kelucuan alami dan menyentuh.
Pesona perbukitan tandus dengan jalan raya kosong berliku jadi suguhan gambar yang apik dalam film TAB. Apalagi di dalamnya ada unsur drama perjuangan seorang gadis lokal bernama Merry (Griffit Patricia) sedang berjalan kaki menuju perbatasan, Motaain untuk mencari kabar kakaknya Mauro (Marcel Raymond) yang terpisah dan memilih tinggal di Timor Leste.
Masih banyak lagi gambar yang mempertontonkan keindahan alam NTT yang penuh makna, baik yang tersirat maupun tersurat dalam film produksi Alenia Pictures milik pasangan artis Ari Sihasale dan Nia Dicky Zulkarnaen ini.
Misalnya visual Carlo (Yehuda Rumbindi) teman sekelas Merry yang jahil mengejar Merry, memotong kompas menuruni bukit hingga ke jalan beraspal lalu menyetop kendaraan yang membawa gerobak berisi rumput.
Terlebih gambar Merry dan Carlo saat berada di atas truk melintasi jalan raya yang lengang dengan latar belakang perbukitan coklat beratap langit biru. Dan ketika kedua bocah itu menikmati senja dalam perjalanan ke perbatasan. Wow fantastik, seperti berada dalam petualangan di kawasan gersang Afrika.
Begitu juga saat Merry bersusah payah mengambil buah kuning di sebuah pohon kering dengan sebatang kayu. Sungguh artistik, dan mampu menyiratkan nilai pantang menyerah dalam keadaan sulit.
Bukan cuma indah, artistiktik, dan menyentuh, film berkisah tentang keluarga yang tercerai-berai akibat terpisahnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini menawarkan kelucuan alami, terutama dari ucapan spontan dan tingkah Carlo.
“Kalau tahu, kenapa aku tanya,” begitu tandas Carlo dengan mimik kesal. Namun sanggup membuatku dan sejumah penonton di Planet Hollywood, Jakarta tertawa habis. Atau saat dia sok jagoan memanjat pohon untuk mengambilkan buah kuning untuk Merry namun justru badannya digigit semut. “Ini pohon tinggal semutnya saja,” gerutunya yang justru berhasil membuatku dan penonton tertawa lagi. Begitu juga ketika melihat mimiknya yang memelas berharap Merry memberinya buah kuning dan juga air. Begitu polos dan menggelikan.
Film yang mengambil lokasi di Kabupaten Belu, NTT, termasuk Jembatan Air Mata di Motaain, jembatan bersejarah tempat bertemunya sejumah keluarga yang terpisah, sebagian masuk ke Timor Leste, sebagian tinggal di Atambua ini pun menyelipkan unsur edukasi mencuci tangan sebelum makan. Sebuah pesan sponsor produk sabun ini dikemas secara cerdas, menarik, dan tak menggurui.
Film yang dibintangi Alexandra Gottardo sebagai Tatiana-ibunya Merry, Arul Dahlan (Abu Bakar) yang terpisah dengan istrinya namun terpesona dengan Tatiana, Lukman Sardi sebagai petugas relawan perbatasan, Robby Tumewu (Koh Ipin), dan Thessa Kaunang (Ci Irene) pedagang keturunan Tionghoa ini juga menyentuh rasa cinta terhadap ibu saat lantuan biola mengalunkan tembang Kasih Ibu; ...Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia...
Dan di ujung film, lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki berhasil menutup film ini dengan menawan sekaligus menggetarkan dan membangkitkan nasionalisme. ...Indonesia Tanah Air beta, pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala tetap dipuja-puja bangsa. Di sana tempat lahir beta. Dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata...
Usai menonton TAB, rasanya ingin segera mengeksplor kekhasan alam NTT, termasuk mengunjungi daerah perbatasan dan sejumlah tempat yang menjadi lokasi film mendidik dan nasionalis ini.
Mampukah film ini mengangkat pariwisata Belu khususnya atau bahkan membuat kabupaten di perbatasan dan beribukota Atambua ini mendapat predikat baru sebagai kabupaten Tanah Air Beta, sebagaimana pariwisata Belitung yang terangkat lalu menyandang julukan Bumi Laskar Pelangi setelah terekspos dalam film Laskar Pelangi? Tunggu saja hasilnya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Alenia Pictures
0 komentar:
Posting Komentar