Paradigma Baru Pengelolaan Situs Trowulan
Meng-ingat besarnya potensi Situs Trowulan serta berkembangnya penggunaan lahan yang terus-menerus terjadi, maka pendekatan dan paradigma baru bagi pengelolaan Situs Trowulan harus segera diterapkan.
Demikian sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang dibacakan Dirjen Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Hari Untoro Dradjat, saat pembukaan Dialog Nasional tentang Situs Ibukota Kerajaan Mojopahit dan Pengambangannya sebagai “Kawasan Cagar Budaya Nasional” di Hotel Sativa, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur (10/11).
Paradigma yang maksud adalah melibatkan partisipasi masyarakat setempat dan meningkatkan potensi yang dimiliki masyarakat untuk kesejahteraannya serta pemberdayaan sumberdaya budaya yang berbasis masyarakat. “Contohnya pengrajin yang menggunakan bahan batu, tanah liat, dan logam, diupayakan untuk menjual hasil usahanya di lingkungan setempat,” kata Jero Wacik yang berharap dialog ini dapat melahirkan rekomendasi penting bagi pengembangan situs dengan masyarakatnya seperti disampaikan Hari Untoro.
Hari Untoro sendiri menyambut baik dialog nasional ini yang melibatkan berbagai unsur untuk pelestarian situs-situs di Trowulan. “Diskusi ini bisa menjadi pijakan pengembangan ibukota Majapahit sekaligus langkah awal penetapan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional,” kata Hari Untoro.
Hasil dialog nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto, bekerjasama dengan perkumpulan peduli Majapahit Gotrah Wiliwatikta, dan didukung Pemerintah Pusat ini adalah tercapainya kesepakatan nasional tentang ‘batas-batas’ dan ‘tata ruang’ ibukota Majapahit. Selain itu adanya rekomendasi kepada pemerintah untuk menetapkan Situs Kota Majapahit sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional dan juga terjadinya kemitraan dari pemerintah, kelompok peduli, masyarakat dan swasta secara harmonis.
Agenda kegiatan dialog nasional yang berlangsung hingga 12 November cukup padat. Pada hari pertama, usai pembukaan oleh Hari Untoro dilanjutkan dengan pemutaran dokumentasi visual tentang Kondisi Eksisting Trowulan milik Amerta Institute. Lalu diteruskan dengan penjelasan tentang Pemasalahan Pelestarian dan Pengembangan Situs Ibukota Kerajaan Majapahit oleh Direktur Peninggalan Purbakala Dirjen Sepur Depbudpar Drs. Junus Satrio Atmodjo. “Ide awal menetapkan Situs Ibukota Majapahit ini sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional tercetus pada 2008, mudah-mudahnya bisa benar-benar terwujud pada 2012,” kata Junus.
Pada hari kedua (11/11) menghadirkan beberapa narasumber antara lain Guru Besar UI sekaligus peneliti Prof. Dr. Mundardjito dengan makalah tentang Perlunya Penelitian di Situs Trowulan secara Integratif. Dan hari ketiga (12/11) diisi dengan rapat pleno untuk membahas kesepakatan dan rekomendasi hasil dialog nasional ini dan dilanjutkan dengan penutupan.
Selain para arkeolog dan antropolog, dialog nasional kedua kali ini juga diikuti oleh sejarawan, budayawan, tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan pusat serta beberapa raja-raja Nusantara. Selama dialog nasional ini juga dipamerkan sejumlah lukisan tentang peristiwa-peristiwa Kerajaan Majapahit, karya pelukis Sumantri Jaliteng.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar