Woooy... Jangan Mesum di Mercusuar Bangkalan
DILARANG BERBUAT MESUM. Begitu tulisan bercat merah berhuruf kapital yang tertulis di tiang mercusuar Bangkalan, sisi Barat Madura. Tulisan bernada larangan keras itu pun menempel lebih dari satu. Benarkah tinggalan sejarah buatan Belanda berusia ratusan tahun ini sudah disalahgunakan pengunjungnya sebagai tempat mesum sampai ada larangan tertulis seperti itu?
Bukan cuma tulisan merah itu yang membuatku bertanya-tanya dalam hati. Masih banyak lagi coretan tangan tak bertanggugjawab yang tertera di dinding-dinding baja bagian dalam mecusuar bercat putih itu, yang terkadang menggelitik hatiku usai membacanya.
“...Kau tak pernah mau mengerti akan cintaku. Kau selalu mikirin perasaanmu sendiri. Kau tak pernah mengasihiku...”. Begitu bunyi tulisan hitam beraroma kepedihan karena tersakiti oleh cinta. Entahlah, mungkin penulisnya sedang sakit hati lalu mencurahkan luka perasaannya di dinding mercusuar itu.
Yang menjadi pertanyaan kenapa harus di mercusuar? Mengapa tidak di buku hariannya saja. Apa dia tidak tahu kalau tulisan itu justru merusak keindahan dan kemulusan mercusuar? Begitulah pertanyaan yang muncul tanda geram usai melihat aksi vandalisme di mercusuar itu.
Ketika naik ke lantai berikutnya. Di tiang utama yang sama, ada tulisan DILARANG BERBUAT MESUM lagi. Sementara di dinding-dindingnya pun kembali berhias bermacam coretan aneka warna. Salah satunya tulisan berwarna biru bernada makian terhadap sang pacar: “... Goblok! Cinta itu harus saling memiliki...”.
Dari sekian corat-coret gambar dan tulisan yang memberi kesan kotor itu, jelas tulisan DILARANG BERBUAT MESUM itulah yang mengundang keingintahuanku tentang apa yang sebenarnya telah terjadi di mercusuar peninggalan Belanda karya Z.M. Willem III tahun 1879 itu. Apa benar permesuman kerap terjadi di sana?
Soalnya ketika berkunjung ke menara yang berdiri gagah namun anggun itu, tak ada sedikitpun tanda-tanda yang mengarah ke sana. Jangankan memergoki pasangan yang sedang berbesum, pengunjungnya satu orang pun tak nampak.
Cuma ada beberapa warga yang tengah duduk-duduk di sebuah bale-bale, tepat di bawah sebuah pohon asam yang masih berdaun dan berbuah rindang. Menurut salah satu orang itu, kalau bulan puasa pengunjungnya tak ada, apalagi ini hari biasa.
Setelah diselidik lebih jauh tentang tulisan larangan berbuat mesum di dalam mercusuar, dia membenarkan bahwa Mercusuar Bangkalan kerap dijadikan sebagai tempat mangkal pasangan muda yang tengah dimabuk asmara. “Pas akhir pekan pasti banyak orang yang berpacaran di dalam mercusuar. Bahkan pernah ada yang kepergok sedang berbuat mesum oleh petugas,” jelas warga yang enggan disebut namanya itu.
Menurut lelaki paruh baya itu, yang datang berpacaran ke mercusuar itu bukan cuma orang dewasa tapi juga anak-anak sekolah. “Kalau mau melihat ramai pengunjungnya, datang saja pas liburan sekolah dan liburan hari-hari besar Islam, seperti tellasan topak atau lebaran ketupat sebagai puncak perayaan Idul Fitri nanti,” terangnya.
Bisa jadi banyaknya pasangan yang nekat berbuat mesum di mercusuar ini terkait minimnya petugas jaganya. Apalagi tempatnya memang memungkinkan untuk itu. Ada 16 lantai yang cukup luas yang masing-masing lantainya tak ada petugasnya. Kalaupun ada paling cuma petugas di loket dan di lantai dasar, pas pintu masuk ke dalam mercusuar.
Lanjut orang itu, mereka yang datang dengan pasangannya, biasannya berpura-pura melihat-lihat atau mengabadikan pemandangan lewat jendela yang beberapa di antaranya sudah tak berkaca lagi. “Kalau tidak ada orang, mereka pun mengambil peluang itu untuk bermesum,” jelasnya.
Tiket masuk mercusuar yang cuma Rp 2.000 per orang bisa jadi faktor pendukung. Buat anak sekolah pun, tiket itu sangatlah murah. Andai tiketnya lebih dari itu, pasti masih banyak pengunjung yang rela membayarnya, mengingat tempat itu sepi penjaga dan juga bernuansa romantis sehingga dinilai sangat cocok untuk lokasi memadu kasih.
Sudah saatnya petugas mercusuar bukan cuma membuat tulisan larangan itu saja di tiang dalam mercusuar. Tapi juga memperketat penjagaan agar mercusuar yang menjadi tinggalan sejarah itu tidak bercitra negatif lagi di kemudian hari.
Masih Menyala
Mercusuar Bangkalan terletak di Desa Sembilangan, Kecamatan Socah, 6 Km dari pusat ibu kota Bangkalan, Madura. Oleh karenanya disebut juga Mercusuar Sembilangan. Mercusuar setinggi 78 m ini memiliki lampu yang masih menyala saat malam dan juga pada hari-hari bercuaca gelap. Oleh karenanya, penduduk sekitar menyebutnya Lampu.
Untuk mencapainya, dari jalan utama memasuki Desa Sembilangan, melintasi jalan tak mulus lagi karena beberapa bagiannya tergerus oleh air pasang laut. Tak lama berselang, bangunan menjulang berwarna putih kelabu itu pun terlihat. Sebelum tiba, hamparan tambak dan persawahan yang belum ditanami padi mewarnai perjalanan di kiri jalan saat kemarau. Sementara di kanannya adalah tepi laut.
Setibanya di luar tembok mercusuar itu, ada deretan pohon asam yang menghadirkan pemandangan indah. Sementara pepohonan lainnya, tinggal ranting-rantingnya saja karena dedaunannya sudah berguguran tersengat matahari pantai. Kondisi seperti itu justru menghadirkan atmosir yang berbeda.
Untuk mencapai puncak mercusuar, pengunjung harus menapaki undakan tangga besi berwarna hitam sebanyak 16 tangga. Kalau Anda punya penyakit ketinggian ataupun sakit jantung sebaiknya tak perlu naik sampai puncaknya. Kalau berani dan sanggup, ya boleh-boleh saja.
Dari puncaknya Anda akan dapati pemandangan laut beserta hilir mudik kapal kecil dan besar. Juga hamparan petak-petak sawah dan tambak serta beberapa rumah penduduk. Bahkan kalau cuaca sedang bagus, Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura pun bisa terlihat. Penasaran? Datang dan nikmati saja. Tapi JANGAN BERBUAT MESUM!
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Bukan cuma tulisan merah itu yang membuatku bertanya-tanya dalam hati. Masih banyak lagi coretan tangan tak bertanggugjawab yang tertera di dinding-dinding baja bagian dalam mecusuar bercat putih itu, yang terkadang menggelitik hatiku usai membacanya.
“...Kau tak pernah mau mengerti akan cintaku. Kau selalu mikirin perasaanmu sendiri. Kau tak pernah mengasihiku...”. Begitu bunyi tulisan hitam beraroma kepedihan karena tersakiti oleh cinta. Entahlah, mungkin penulisnya sedang sakit hati lalu mencurahkan luka perasaannya di dinding mercusuar itu.
Yang menjadi pertanyaan kenapa harus di mercusuar? Mengapa tidak di buku hariannya saja. Apa dia tidak tahu kalau tulisan itu justru merusak keindahan dan kemulusan mercusuar? Begitulah pertanyaan yang muncul tanda geram usai melihat aksi vandalisme di mercusuar itu.
Ketika naik ke lantai berikutnya. Di tiang utama yang sama, ada tulisan DILARANG BERBUAT MESUM lagi. Sementara di dinding-dindingnya pun kembali berhias bermacam coretan aneka warna. Salah satunya tulisan berwarna biru bernada makian terhadap sang pacar: “... Goblok! Cinta itu harus saling memiliki...”.
Dari sekian corat-coret gambar dan tulisan yang memberi kesan kotor itu, jelas tulisan DILARANG BERBUAT MESUM itulah yang mengundang keingintahuanku tentang apa yang sebenarnya telah terjadi di mercusuar peninggalan Belanda karya Z.M. Willem III tahun 1879 itu. Apa benar permesuman kerap terjadi di sana?
Soalnya ketika berkunjung ke menara yang berdiri gagah namun anggun itu, tak ada sedikitpun tanda-tanda yang mengarah ke sana. Jangankan memergoki pasangan yang sedang berbesum, pengunjungnya satu orang pun tak nampak.
Cuma ada beberapa warga yang tengah duduk-duduk di sebuah bale-bale, tepat di bawah sebuah pohon asam yang masih berdaun dan berbuah rindang. Menurut salah satu orang itu, kalau bulan puasa pengunjungnya tak ada, apalagi ini hari biasa.
Setelah diselidik lebih jauh tentang tulisan larangan berbuat mesum di dalam mercusuar, dia membenarkan bahwa Mercusuar Bangkalan kerap dijadikan sebagai tempat mangkal pasangan muda yang tengah dimabuk asmara. “Pas akhir pekan pasti banyak orang yang berpacaran di dalam mercusuar. Bahkan pernah ada yang kepergok sedang berbuat mesum oleh petugas,” jelas warga yang enggan disebut namanya itu.
Menurut lelaki paruh baya itu, yang datang berpacaran ke mercusuar itu bukan cuma orang dewasa tapi juga anak-anak sekolah. “Kalau mau melihat ramai pengunjungnya, datang saja pas liburan sekolah dan liburan hari-hari besar Islam, seperti tellasan topak atau lebaran ketupat sebagai puncak perayaan Idul Fitri nanti,” terangnya.
Bisa jadi banyaknya pasangan yang nekat berbuat mesum di mercusuar ini terkait minimnya petugas jaganya. Apalagi tempatnya memang memungkinkan untuk itu. Ada 16 lantai yang cukup luas yang masing-masing lantainya tak ada petugasnya. Kalaupun ada paling cuma petugas di loket dan di lantai dasar, pas pintu masuk ke dalam mercusuar.
Lanjut orang itu, mereka yang datang dengan pasangannya, biasannya berpura-pura melihat-lihat atau mengabadikan pemandangan lewat jendela yang beberapa di antaranya sudah tak berkaca lagi. “Kalau tidak ada orang, mereka pun mengambil peluang itu untuk bermesum,” jelasnya.
Tiket masuk mercusuar yang cuma Rp 2.000 per orang bisa jadi faktor pendukung. Buat anak sekolah pun, tiket itu sangatlah murah. Andai tiketnya lebih dari itu, pasti masih banyak pengunjung yang rela membayarnya, mengingat tempat itu sepi penjaga dan juga bernuansa romantis sehingga dinilai sangat cocok untuk lokasi memadu kasih.
Sudah saatnya petugas mercusuar bukan cuma membuat tulisan larangan itu saja di tiang dalam mercusuar. Tapi juga memperketat penjagaan agar mercusuar yang menjadi tinggalan sejarah itu tidak bercitra negatif lagi di kemudian hari.
Masih Menyala
Mercusuar Bangkalan terletak di Desa Sembilangan, Kecamatan Socah, 6 Km dari pusat ibu kota Bangkalan, Madura. Oleh karenanya disebut juga Mercusuar Sembilangan. Mercusuar setinggi 78 m ini memiliki lampu yang masih menyala saat malam dan juga pada hari-hari bercuaca gelap. Oleh karenanya, penduduk sekitar menyebutnya Lampu.
Untuk mencapainya, dari jalan utama memasuki Desa Sembilangan, melintasi jalan tak mulus lagi karena beberapa bagiannya tergerus oleh air pasang laut. Tak lama berselang, bangunan menjulang berwarna putih kelabu itu pun terlihat. Sebelum tiba, hamparan tambak dan persawahan yang belum ditanami padi mewarnai perjalanan di kiri jalan saat kemarau. Sementara di kanannya adalah tepi laut.
Setibanya di luar tembok mercusuar itu, ada deretan pohon asam yang menghadirkan pemandangan indah. Sementara pepohonan lainnya, tinggal ranting-rantingnya saja karena dedaunannya sudah berguguran tersengat matahari pantai. Kondisi seperti itu justru menghadirkan atmosir yang berbeda.
Untuk mencapai puncak mercusuar, pengunjung harus menapaki undakan tangga besi berwarna hitam sebanyak 16 tangga. Kalau Anda punya penyakit ketinggian ataupun sakit jantung sebaiknya tak perlu naik sampai puncaknya. Kalau berani dan sanggup, ya boleh-boleh saja.
Dari puncaknya Anda akan dapati pemandangan laut beserta hilir mudik kapal kecil dan besar. Juga hamparan petak-petak sawah dan tambak serta beberapa rumah penduduk. Bahkan kalau cuaca sedang bagus, Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura pun bisa terlihat. Penasaran? Datang dan nikmati saja. Tapi JANGAN BERBUAT MESUM!
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar