. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 27 Januari 2011

Kelenteng-Kelenteng Tua Berpotensi Menjaring Wisman




Kelenteng-kelenteng tua yang bertebaran di sejumlah daerah di Indonesia berpotensi menjadi obyek wisata religi yang diminati turis nusantara maupun mancanegara. Dengan catatan pengembangan dan pengemasannya harus baik dan menarik. Salah satu promosinya bisa lewat buku.

Demikian disampaikan Dirjen Pemasaran Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Sapta Nirwandar dalam peluncuruan buku bertajuk “Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia” di Balairung Soesilo Sudarman, Jakarta, Kamis (27/01/2011).

“Dengan dibukukan lalu dipromosikan, masyarakat akan tahu dan tertarik ingin melihat kelenteng aslinya. Untuk itu peran travel agent di sini dibutuhkan untuk mengorganisir keinginan wisatawan mengunjungi kelenteng-kelenteng tersebut dengan membuat paket turnya,” jelas Sapta.

Buku ini memberikan sumbangsih bukan saja dari aspek budaya tapi juga pengetahuan serta pariwisata. Apalagi buku ini ditulis dalam tiga bahasa, Indonesia, China dan Inggris. Ini berarti penyebarannya global bukan hanya di sini atau ke China tapi juga ke negara-negera lain. “Diharapkan paling tidak dengan buku ini, minimal mereka (pembacanya) menghetahui. Tapi tidak menutup kemungkinan mereka pun tertarik untuk datang langsung melihat kelenteng-kelenteng tersebut,” jelasnya.

Sapta menyebutkan bahwa sudah banyak kelenteng tua di Indonesia yang berhasil menjadi daya tarik wisata yang diminati wisatawan, seperti Kelenteng Sam Po Kong di Semarang yang menjadi bagian dari paket tur utama di kota tersebut dan juga Kelenteng Petak Sembilan di kawasan Kota Tua Jakarta. “Wisata spritual atau religi sudah lama berkembang di dunia seperti Turki, China, termasuk Indonesia. Dan peminatnya banyak, ini merupakan peluang,” kata Sapta lagi.

Ketua Umum Perhimpunan Indonesia- Tionghoa Indonesia (INTI) Rahman Hakim mengatakan buku ini bukan semata menjadi arsip dokumen peninggalan nenek moyang khususnya suku Tionghoa yang sudah menetap beratus-ratus tahun di Indonesia tapi sekaligus menjadi sarana promosi kekayaan budaya Indonesia sebagai daya tarik wisata untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan mancanegara, khususnya yang memiliki keterikatan dengan budaya Tionghoa. “Tapi buku ini tidak akan berarti secara optimal tanpa dikomunikasikan kepada masyarakat luas,” jelasnya.

Lewat buku ini, lanjut Rahman Hakim budaya Tionghoa bisa menjadi pelengkap kebudayaan suku-suku lainnya di Indonesia. “Diharapkan timbul lebih rasa pengertian dan saling hargai serta mempererat tali persaudaraan sesama suku bangsa di Indonesia yang akhirnya bermuara pada pencitraan Indonesia yang baik sebagai bangsa yang toleran dengan wonderfull cultur dan wonderfull people,” harapnya.

Lancang
Penulis buku Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia Asti Kleinsteuber mengatakan proses pembuatan buku ini terbilang singkat. Namun kendalanya cukup besar, antara lain bahan referensi mengenai kelenteng-kelentang sangat sedikit, belum lagi hambatan di lapangan. “Kadang kami harus mengikuti tradisi sebelum mengambil gambar seperti sembahyang, dan bahkan sempat mengambil foto diam-diam atau mencuri gambar karena dilarang memotret. Pada kesempatan ini kami minta maaf kepada pengurus kelenteng-kelenteng karena sudah lancang tidak meminta izin datang dan mengambil gambar diam-diam,” terangnya.

Butuh trik tersendiri untuk mendapatkan gambar-gambar menarik seperti tersaji dalam buku ini. “Harus berpakaian yang santun, tidak membawa peralatan yang banyak agar tidak menarik perhatian pengunjung yang tengah beribadah dan ikut lebur dalam peribadatan tersebut,” begitu tipsnya.

Buku setebal 420 halaman ini memuat lebih dari 500 foto eksklusif antara lain karya fotografer Safri Munardi Maharadjo. Seluruhnya berwarna (full color) dengan kertas art papper 120 gram. “Edisi perdananya dicetak sebanyak 2.000 ekslempar,” jelas Asti yang tengah membuat buku Masjid-Masjid Tua di Indonesia bersama timnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Adji K & Tri Akbar Handoko, Pusformas, Kemenbudpar

Read more...

Rabu, 26 Januari 2011

Wisata Cruise Berprosfek Cerah, Tersendat Koordinasi



Pengembangan wisata kapal pesiar (cruise) di Indonesia tersendat koordinasi antarkementerian terkait, disamping sejumlah kendala lain. Kondisi ini membuat Indonesia hanya menjadi persinggahan bukan tujuan utama cruise liners padahal memiliki potensi luarbiasa sebagai destinasi cruise dunia.

Hal ini terkuak dalam rapat koordinasi (rakor) pengembangan wisata kapal pesiar Indonesia yang diikuti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), sejumlah kepala dinas kebudayaan dan pariwisata (kadisbudpar), walikota, bupati, stakeholder cruise dan konsultan cruise di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (26/01/2011).

Dirjen Pengembangan Pariwisata, Kemenbudpar Sapta Nirwandar maupun Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala), Ditjen Perhubungan Laut (Hubla), Kemenhub Leon Muhamad sama-sama mengakui koordinasi kedua kementrian tersebut masih belum optimal meskipun sudah duduk bersama membahas hal ini.

Menurut Leon masing-masing kementerian memiliki kebijakan sendiri-sendiri yang harus dipatuhi hingga belum menemukan titiktemu penyelesaian. “Misalnya Kemenhub dalam pengembangan kapal cruise ini berpatokan pada UU No 17 tahun 2008 tentang pelayaran. Dalam UU tersbut antara lain diatur tetang azas cabotage tentang jenis dan bentuk perizinan kapal wisata asing,” jelasnya.

Kendala pengembangan wisata pesiar yang terungkap dalam rakor ini antara lain infrastruktur cruise yang belum memadai. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki pelabuhan yang dapat disandari oleh kepal pesiar berukuran besar. Umumnya kapal pesiar besar membuang jangkar (sauh) di tengah laut lalu penumpang cruise diangkut dengan kapal penghubung (tender boat) ke daratan. Ini jelas kurang prakatis dan menghambat.

Sapta Nirwandar berharap koordinasi antarkementerian dan pihak terkait kedepan akan berjalan lebih baik dan infrastruktur cruise dapat dibangun secara bersama. Sapta optimis bila kedua hal itu dapat diatasi, pengembangan wisata kapal cruise di Indonesia ke depan akan berprosfek cerah. Ini terbukti kunjungan cruise di Indonesia periode 2009-2010 mencapai 90 kali padahal pada 2002 hanya 20 kunjunagn cruise. Destinasi yang dikunjungi cruise pun bertambah luas dari 3 destinasi menjadi 66 destinasi.

Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar Noviendi Makalam mengatakan rencana pengembangan wisata cruise di Indonesia ke depan dengan melakukan peningkatkan citra dan daya saing Indonesia sebagai destinasi kapal pesiar dunia dan menjadikan Bali sebagai turn around port. “Persiapan yang harus dilakukan antra lain menyiapkan pelabuhan yang dapat disandari kapal-kapal pesiar besar, bandara internasional, dan kepastian regulasi,” jelasnya

Kegiatan pengembangan wisata kapal pesiar yang akan dilakukan ke depan, lanjut Noviendi antara lain mengkuti seminar nasional penguatan citra destinasi kapal pesiar, berpartisipasi pada event travel mart internasional seperti cruise shipping Miami, seatrade hamburg dan seatrade asia pada tahun 2011, pengembangan jejaring wisata kapal pesiar luar negeri, sales mission ke Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Australia, mengadakan familiarization trip serta peningkataan pendayaguaan website cruiseindo.

Noviendi optimis bila semua rencana pengembangan dan kegiatan itu dilakukan dengan koordinasi yang baik, ke depan Indonesia bisa menjadai tujuan cruise dunia, bukan lagi sebatas rute singgah kapal-kapal pesiar dari Singapura menuju Australia, Australia menuju Australia, maupun world cruise.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ist. & Rozi, Pusformas, Kemenbudpar

Read more...

Selasa, 11 Januari 2011

Obyek Wisata Jawa Barat Dibenahi


Sejumlah pemerintah provinsi (pemprov) mulai sadar bahwa sektor pariwisata bisa menjadi tumpuan pendapatan masa kini dan masa depan. Oleh karenanya sejumlah pemprov bergiat membenahi pariwisatanya tahun ini, salah satunya Pemprov Jawa Barat.

Pembenahan yang dilakukan Pemprov Jawa Barat (Jabar) tahun ini difokuskan kepada infrastruktur pariwisata. Pembenahan dilakukan karena masih banyak fasilitas obyek wisatanya yang rusak bahkan tidak layak.

“Ada sejumlah obyek wisata yang tidak berfasilitas publik, seperti tempat parkir yang memadai. Untuk itu kita akan membangunnya agar wisatawan mendapatkan kenyamanan,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Jabar Herdiwan ling Suranta.

Pembenahan fasilitas umum di sektor pariwisata ini, lanjut Herdiwan sudah dilakukan Disbudparprov Jabar sudah sejak tahun lalu. Ada sembilan kabupaten/kota yang fasialitas umum di obyek wisatanya yang diperbaiki antara lain Bandung, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon, dan Cianjur.

Mengingat obyek wisata di Jabar begitu banyak dan tersebar dimana-mana, Wagub Jabar Dede Jusuf mengimbau supaya pembenahan fasilitas umum yang dilakukan diutamakan di obyek-obyek wisata yang sudah diminati wisatawan dan potensial.

Berdasarkan pengamatan Travelplusindonesia, di sektor pariwisata, Jabar bukan hanya mengandalkan keindahan alamnya. Masih banyak yang dapat diandalkan seperti budaya, makanan tradisional, obyek petualang, dan lainnya. Sayangnya sampai saat ini, daya tariknya belum merata. Wisatawan masih memburu Bandung untuk berwisata belanja dan kuliner.

Pembenahan sektor pariwisata Jabar seharusnya juga mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan ingin kembali lagi. Tentunya selain memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

14 Kota MICE Jadi Venue Meeting ASEAN 2011


Dampak positif Indonesia menjadi ketua (chairman) ASEAN 2011, ada 600 pertemuan (meeting) yang akan digelar tahun ini. Dua konferensi tingkat tinggi (KTT) Asean akan diadakan di Jakarta dan Bali. Ratusan meeting Asean lainya disebar ke 14 kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition) yang sudah siap.

“Ke 14 kota MICE itu ada di Indonesia bagian Timur, seperti Lombok, Makassar, dan Manado, selain tentunya Bali. Sementara di Sumatera ada Medan, Palembang dan lainnya. Sedangkan di Jawa selain Jakarta ada Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta karena sudah aman,” jelas Jero Wacik usai memberi pengarahan kepada peserta sosialisasi rencana strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar)tahun 2010-2014 di Balairung Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (11/01/2001).

Ke 14 kota yang terpilih menjadi lokasi meeting Asean tersebut sudah siap baik venue, hotel, dan fasilitas pendukung lainnya. “Tinggal mempromosikan saja lewat spanduk, backdrop dan lainnya agar gaungnya terdengar,” jelasnya.

600 meeting tahun ini salah satu alasan mengapa Kemenbudpar menetapkan MICE sebagai salah stau dari tema tahun kunjungan Indonesia tahun ini selain tema Eco Tourism dan Culture. “Bila semua meeting itu berjalan sukses, bukan cuma memberi keuntungan ekonomi yang besar tapi juga menambah jumlah wisman yang datang sekaligus kesempatan berpromosi pariwisata untuk mencapai target kunjungan wisman maksimal 7,7 juta tahun ini,” terangnya.

Penyebaran venue meeting Asean ke 14 kota MICE ini, lanjut Jero Wacik untuk memberikan pemerataan ekonomi, disamping meningkatkan semangat daerah lain agar lebih serius membangun sektor pariwisatanya biar kelak dapat bersaing dengan dunia internasional seperti Bali.

“Bali bisa menjadi contoh karena berhasil menjadi pulau wisata favorit nomor satu dunia 7 tahun berturut-turut. Dan tahun lalu mengalahkan Langkawi, Malaysia. Kita akan dorong daerah lain seperti Yogyakarta dan Sulawesi Utara agar pariwisatanya bisa sesukses Bali,” jelas Jero Wacik sebelum masuk ke lift khusus ke ruang kerjanya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ilham Irhamna, Pusformas, Kemenbudpar

Read more...

Minggu, 09 Januari 2011

10 Alasan Jogja Ngangeni



Padahal baru saja didera erupsi Merapi. Dan kondisinya juga belum pulih 100%. Tapi Jogja sudah kembali dibanjiri wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Buktinya pas liburan akhir tahun 2010 lalu, sejumlah lokasi wisatanya dipadati turis. Berdasarkan pantauan Travelplusindoensia, ternyata ada 10 alasan mengapa Jogja kembali diminati dan ngangeni. Apa saja?

Dari hasil pantauan Travelplusindonesia, alasan utama mengapa Jogja sangat diminati dan ngangeni terutama oleh wisatawan nusantara (wisnus) adalah karena murah, murah, dan murah tapi tidak murahan.

1. Penginapanya murah dan banyak pilihan dan dekat dengan pusat wisatanya yakni Jalan Malioboro. Di sekitar jalan tersohor ini tersedia penginapan murah meriah (murmer) di gang-gang Sosrowijayan, dan Jalan Pasar Kembang (Sarkem) dengan tarif ada yang di bawah Rp 100.000 per malam. Kendati murah, sejumlah penginapannya tetap bersih, cocok buat wisatawan yang berkantung pas-pasan atau memang ingin bergaya backpacker.

2. Makanan atau kulinernya murah dan tersebar di sejumlah lokasi utama. Ada nasi kucing, lesehan, nasi rames, nasi gudeg, dan lainnya yang harga per porsinya lebih murah di banding di kota-kota wisata lain di Tanah Air. Belum termasuk aneka penganannya buat oleh-oleh seperti bakpia dan lainnya.

3. Belanja murah, mulai dari pakaian batik, aksesoris, kaos dan kerajinan tangan khas Jogja di deretan kios dan kakilima Malioboro dan beberapa gang serta pasar tradisionalnya.

4. Ramah dan santun warganya. Ini jadi kelebihan tersendiri. Banyak wisatawan yang jatuh hati dengan keramahan khas warga Jogja dalam menerima tamu wisatawan.

5. Bermacam obyek wisatanya, mulai dari budaya, sejarah, alam. Kalau suka berwisata sejarah dan budaya bernilai tinggi bias berkunjung ke Candi Prambanan dan Borobudur, dan candi lainnya. Mau berwisata alam bisa ke Gunung Merapi, sejumlah goa, Pantai Parangtritis dan sejumlah pantai lain tak jauh dar Jogja.

6. Tranpsortasi ke obyek wisata utama tersedia lumayan meski tidak selengkap Jakarta. Ada mobil travel, taxi, transjogja, andong atau kereta kuda, dan tentu saja becak.

7. Citra romantis kota ini membuat orang ingin kembali lagi. Tak heran banyak film ataupun sinetron yang mengambil lokasi di kota ini.

8. Aman, jarang terjadi demo yang merusak serta minim kriminalitas. Ini nilai tambah pariwisata Jogja sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman berwisata dan kerap kembali lagi.

9. Memiliki jalan wisata utama yang legendaris dan mendunia yakni Jalan Malioboro. Jalan ini menjadi jantung ekonomi wisata Jogja, selain lengkap dengan fasilitas akomodasi, juga strategis serta banyak pedagang aneka kuliner dan cendera mata. Di jalan ini wisatawan bias makan lesehan sambil diiringi musik pengamen jalanan, sambil dipijat/diurut atau sambil dilukis wajahnya. Dan ini cuma ada di Jogja, tidak ada di belahan dunia lain.

10. Ada Keraton Jogja yang masih dijunjung tinggi warganya sebagai pusat budaya dan sejarah Jogja sekaligus penambah citra romantis tadi.

Itulah sepuluh alasan mengapa Jogja diminati dan ngangeni. Catatan lain yang juga patut dicontoh, pemerintahannya dalam hal ini disbudparprov DIY didukung kalangan industri pariwisatanya baik ASITA, PHRI, Maskapai Penerbangan Garuda, dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko bersinergi membentuk Jogja Tourism Forum dengan membuat program Go Jogja! untuk memulihkan pariwisata Jogja pascaerupsi Merapi.

Sejumlah langkah dilakukan forum ini, salah satunya dengan membuat paket recovery Jogja. Membuat paket-paket tur pascaerupsi, dan memberi diskon menginap di sejumlah hotel berbintang, yang memberi keuntungan buat wisatawan hingga wisatawan kembali cepat berbondong-bondong datang ke Jogja.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Lulusan Pariwisata Dijamin Tidak Nganggur


Universitas jangan cuma bisa meluluskan ribuan mahasiswa. Tapi juga harus memberikan lapangan kerja bagi lulusannya. Begitu juga dengan universitas yang memiliki fakultas pariwisata. Lulusan pariwisatanya harus dijamin tidak akan menganggur lebih dari setahun setelah lulus.

Demikian imbauan Menbudpar Jero Wacik saat memberi sambutan dalam pelantikan sejumlah Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila, beberapa waktu lalu di Depok Raya. ”Kalau lulus hari ini, pada hari ini pada tahun depan lulusannya sudah bekerja,” jelasnya.

Lulusan pariwisata juga tak perlu cemas tidak mendapat pekerjaan. Sektor pariwisata, lanjut Jero Wacik bersifat ekspondensial atau terus meningkat dan memberi lapangan pekerjaan (pro job) kepada masyarakat terutama lulusan pariwisata. Indikator meningkatnya sektor ini lanjut Jero Wacik, dilihat dari transportasi yang selalu tumbuh antara lain dengan semakin banyak rute penerbangan dan tranporasi lainnya. ”Jumlah manusia semakin banyak dan semakin banyak pula yang melakukan perjalanan entah untuk berwisata maupun urusan lain. Sudah pasti transportasi terus meningkat dan membutuhkan sumber daya manusia,” jelasnya.

Begitu juga dengan hotel yang juga akan terus bertambah. ”Selalu ada hotel dan resort baru yang dibangun untuk menampung wisatawan atau untuk kegiatan lain,” tambahnya. Namun yang harus diperhatikan, lulusan pariwisata semestinya bukan hanya menarik dan rapi secara fisik dan penampilan tapi juga harus memiliki skill dan kecerdasannya mengingat akan melayani wisatawan yang beragam dan semakin cerdas. ”Skill dan kecerdasan itu didapat dari pendidikan kepariwisataan sesuai tingkatannya,” tambahnya.

Obyek-obyek wisata baru seperti lapangan golf baru juga akan terus bertambah dan tentunya menyerap tenaga kerja terdidik dan terlatih.

Namun yang lebih penting, lanjut Jero Wacik, lulusan pariwisata harus berjiwa pancasialis agar kelak menjadi pemimpin yang juga bersikap dan bertindak sesuai lima sila dalam Pancasila demi kepentingan negeri ini.

”Jadi mulai sekarang universitas yang memiliki fakultas pariwisata harus merekrut atau menerima mahasiswa sebanyaknya dan jangan lupa untuk memikirkan lapangan pekerjaannya bagi para lulusannya sesegera mungkin,” tegasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ucu, Purformas, Kemenbudpar

Read more...

Sabtu, 08 Januari 2011

Foto-foto Pra dan Pascaerupsi Merapi Dipamerkan



Seorang ibu tua duduk di atas tikar dan berpayung di bawah terik mentari sambil menjajakan dagangannya. Sementara di belakangnya tampak jelas tegakan Gunung Merapi dan hamparan lahan yang hangus dan porak poranda oleh awan panas wedus gembel dan muntahan material Merapi lainnya. Foto bertajuk “Pasca Erupsi” karya Agus Sastriawan Pramudito yang diambil di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada 16 Desember 2010 pukul 08.54 Wib itu begitu menyentuh.

Itulah salah satu foto pameran bertajuk “Merapi Sahabatku” atas kerjasama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bekerjasama dengan Disbudparprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jogja Tanggap Cepat (JTC) di lobi Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta sejak Jum’at, 7 Januari hingga Minggu, 9 Januari 2011.

Masih ada beberapa foto lain yang diambil per Desember 2010 atau sebulan setelah Merapi Meletus antara lain foto berjudul Memanggul Pakan Ternak jempretan Berti L Nuamberi, Konservasi Lereng Selatan Merapi (Ardi Rimbawan), Berkah Merapi (Ditya Fajar Rizkizha), Gotong Royong (CHR Andi Nurhaynta), Mengais Harapan (Stanlie AT), dan Foto Merapi Selalu Menemani Kami Bekerja karya Tri Saputra yang diambil tanggal 19 Desember 2010 di Desa Ganding, Argomulyo, Cangkringan, Sleman.

Semua foto tersebut berlatar Gunung Merapi yang masih berdiri tegak meski baru sebulan lalu menumpahkan sebagian kecil isi perutnya hingga menelan korban.

Sementara belasan foto lainya, masih berlatar Gunung Merapi diambil sejumlah juru foto lainnya sebelum merapi meletus hebat November 2010 lalu. Rentang waktu foto- foto praerupsi diambil pada tahun 2006 sampai dengan Oktober 2010.

Semua foto tersebut, selain dipamerkan juga dijual untuk penggalangan dana. Harga foto-foto tersebut berkisar antara Rp 7juta sampai dengan Rp 10juta per foto. Hasil penjualan foto-foto tersebut 30% untuk pemilik atau fotografernya sementara 70% untuk disumbangkan.

“Foto-foto yang dipamerkan membuktikan setiap bencana itu ada hikmahnya. Jangan mudah menyerah dan lekas ambil tindakan yang justru wisatawan jadi takut datang,” sindir Menbudpar Jero Wacik usai membuka pameran ini dan melihat foto-foto yang dipamerkan.

Sementara Kadisbudparprov Tazbir mengatakan pameran foto ini bukan semata menggalangkan dana pun menjadi sarana promosi bagi pariwisata Jogja yang tengah berusaha bangkit dari keterpurukan akibat dampak erupsi. “Dengan foto-foto ini, pastinya akan membuat pengunjung pameran tertarik ingin datang langsung ke lokasi. Apalagi sekarang sudah ada paket-paket tur pascaerupsi ke Merapi,” jelas Tazbir.

Pada hari pertama pameran, sejumlah pejabat eseolon satu Kemenbudpar dan para undangan lain hadir menyaksikan pameran foto ini. “Foto-fotonya bikin hati terenyuh, saya sampai tak kuat melihatnya. Kalau saya beli foto tersebut pasti saya simpan aja di kamar,” kata Titien Sukarya, Staf Ahli Menteri Kemenbudpar.

Lain halnya dengan Purnomo, Presdir PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Dia mengatakan foto-foto yang dipamerkan luar biasa indah. Padahalnya kalau lihat langsung lokasi pascaerupsinya sangat parah. “Mungkin karena yang motret para fotografer andal, fokus pada obyek tertentu jadi terlihat lebih bagus. Sementara kalau lihat langsung dengan bentangan penglihatan yang terlalu luas, jadi tidak fokus,” terangnya.

Beberapa pengunjung lainnya sempat berkomentar soal label harga di masing-masing foto yang dipamerkan. Ada segelincir orang yang mengatakan harga foto yang dijual untuk penggalangan dana itu terlalu murah. “Harusnya harga dinaikkan karena foto-fotonya lumayan bagus-bagus. Atau dengan cara dilelang, pasti dana yang terkumpul lebih besar,” terang salah seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya.

Nah, mumpung masih ada kesempatan. Anda bisa datang dan membeli foto yang dipamerkan. Hitung-hitung menyumbang untuk membantu korban bencana erupsi Merapi yang hingga kini belum sepenuhnya hidup seperti semula.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kampanye Karakter Bangsa dengan Ketoprak


Apa jadinya jika orang-orang pemerintahan bermain Ketoprak dengan sejumlah pelawak yang sudah malang-melintang di pertunjukan kesenian tradisonal Jawa ini? Yang pasti ada kelucuan yang tak dibuat-buat lantaran mereka tampil apa adanya.

Begitulah yang terjadi ketika sejumlah pejabat eselon satu Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) beserta beberapa stafnya memainkan Ketoprak berlakon “Senopati Ing Alaga Mataram” bersama Himpunan Seniman Panggung Wayang Orang dan Ketoprak Adhi Budaya Jakarta di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), beberapa waktu lalu.

Kelucuan tak disengaja dalam pertunjukan perdana antara Kemenbudpar dengan Adhi Budaya dalama rangka membangun karakter bangsa ini pun muncul. Bagaimana tidak, pejabat eselon 1 seperti Direktur Jendreal Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF), Tjetjep Suparman yang pendiam dan berasal dari Jawa Barat harus beradu peran dengan para pemain yang kebanyakan orang Jawa. Dan ketika sejumlah pemain berdialog dengan Bahasa Jawa, Tjetjep yang tidak paham hanya terbengong menengok ke kiri dan kanan hingga menjadi bahan guyonan pemain lainya. Tak ayal, penonton yang memenuhi GKJ tertawa melihat kelucuan natural itu.

Ketika Tjetjep berdialog dengan kata-kata “Karakter Bangsa”, beberapa penonton berceloteh. “Ngga dimana-mana, tetap berkampanye karakter bangsa,” seraya tertawa melihat aksi bos-nya yang terlihat polos di antara pemain Ketoprak ternama.

Kehadiran sejumlah pelawak Srimulat terkenal yang sudah terbiasa wara-wiri di panggung wayang orang dan ketoprak dalam pagelaran ini, seperti Kadir, Doyok, Eko DJ, Kirun, Marwoto dan lainnya kian menghidupkan kolaborasi tak biasa ini. Mereka berhasil membuat penonton yang sebagian besar orang-orang Kemenbudpar dari para pejabat esolon satu dan stafnya serta keluarganya, tertawa terpingkal-pingkal.

Kendati para pelawak senior ini terbiasa berinprovisasi tapi tak lari dari benang merah cerita yang dimainkan. Masing-masing pemain profesional itu tidak terlihat ingin menonjolkan kepiawaiannya dalam mengocok perut. Mereka justru memberi kesempatan kepada pemain barun dan ikut membantu mereka ketika bingung atau lupa dialog dengan banyolan yang menghadirkan kelucuan. Alhasil pementasan itu berjalan sukses kendati latihannya terbilang singkat. Bahkan ada pemain yang tidak ikut latihan.

“Kita hanya latihan 3 kali. Bahkan ada pemain yang cuma sekali ikut latihan. Sementara beberapa pelawak tersohor ada yang tidak ikut latihan sama sekali. Sebelum tampil mereka cukup diberi arahan sutradara dan langsung improvisasi karena sudah terbiasa dan pengalaman,” aku Mahendra, salah seorang staff Dirjen NBSF yang ikut bermain.

Menurut Mahendra, sebenarnya Menbudpar Jero Wacik berencana ikut dalam pementasan ini termasuk beberapa pejabat eselon satu lainnya. Namun karena kesibukan dan tugas lain, akhirnya mereka tidak bisa ikut.

Di lembaran undangan, memang sejumlah eselon satu seperti Sekretaris Jenderal Kemenbudpar Wardiyatmo dan Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Aurora Tambunan tertera sebagai pemain. Tapi sampai akhir pementasan yang disutradari Aries M ini, keduanya tidak muncul lantaran ada kesibukan lain.

Keseluruhan, pementasan Ketoprak perdana yang menghadirkan orang-orang Kemenbudpar dengan para pelawak tersohor ini berjalan mulus. Hanya ada beberapa kekurangan, antara lain vokal para pemain dari Kemenbudpar yang tidak begitu jelas. Maklumlah vokal mereka tidak biasa dipanggung jadi nyaris tak terdengar dibandingkan dengan suara pemain profesional yang lantang dan penuh inprovisasi. Kendati tampil apa adanya, justru pemain dadakan itu membuat kelucuan tersendiri.

Kelancaran pementasan ini, membuat Kemenbudpar berencana akan menggelar pementasan lagi. Namun kesenian yang ditampilkan bisa jadi bukan hanya Ketoprak tapi kesenian tradisional lainnya. “Kalau mau wartawan juga bisa ikut main,” tantang Mahendra usai pertunjukan.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Bowo

Read more...

Kamis, 06 Januari 2011

Kemenbudpar Ikut Bantu Pemugaran Situs Bung Karno



Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) akan ikut membantu pemugaran Situs Bung Karno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ada empat situs Bung Karno yang rencananya akan dipugar yakni rumah yang sehari-hari digunakan Bung Karno, taman tempat bersemedi, lokasi tempat pementasan drama yang ditulisnya selama pembuangan, dan makam mertua Bung Karno, Inggit Gunarsih.

”Pemugaran ini atas inisiatif Wapres Boediono sewaktu beliau meninjau wilayah ini pada masa kampanye pemilu 2009 lalu. Dan kemudian dibentuk yayasan untuk memugar situs tersebut. Sekarang sedang dalam tahap studi lokasi,” jelas Menbudpar Jero Wacik usai menghadiri acara pelantikan dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila, di Depok Raya, Rabu (5/1/2011).

Pemugaran Situs Bung Karo di Ende, lanjut Jero Wacik sangat tepat dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap pahlawan bangsa. ”Konon di tempat ini, tepatnya di bawah Pohon Sukun yang ada di taman depan rumah bekas pembuangan Bung Karno di Ende, Bung Karno pada usia 35 tahun kerap merenung hingga muncul bibit-bibit 5 sila yang kemudian dikenal dengan Pancasila,” jelasnya.

Dengan pemugaran situs ini, tambah Jero Wacik kelak Situs Bung Karno di Ende akan menjadi onyek wisata sejarah yang menarik dan mampu mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi ke Ende. ”Yang terpenting dengan pemugaran situs ini menjadi tempat belajar bagi anak-anak penerus bangsa agar menjadi orang-orang yang berjiwa pancasilais, ” jelasnya.

Orang Ende, Flores Timur tambah Jero Wacik, harus bangga daerahnya menjadi tempat pembuangan Bung Karno hingga dikenal dan tercatat dalam sejarah. Sebelumnya Bupati Ende, Don Bosco Wangge, usai menghadiri pertemuan dengan Wapres Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (7/10/2010) mengatakan rencana pemugaran Situs Bung Karno di Ende sangat didukung masyarakat Ende. ”Dana pemugarannya diperkirakan sekitar Rp 30 miliar, tapi saya belum tahu pasti karena yang urus timnya Pak Wapres,” akunya.

Keikutsertaan Kemenbudpar dalam pemugaran Situs Bung Karno juga diakui Dirjen Sejarah dan Purbakala, Kemenbudpar Aurora Tambunan. Menurutnya, Jero Wacik sudah memberikannya tugas untuk ikut bergabung dalam yayasan yang diusulkan Wapres Budiono dan turut memfasilitasi pemugaran situs tersebut. ”Jero Wacik sudah memberi tugas kepada saya, dan akan menyisihkan anggaran 2011 untuk itu. Saya pikir pemugaran situs ini memang sudah semestinya dilakukan karena sangat kuat penanaman karakter bangsanya,” jelas Aurora.

Rencana pemugaran Situs Bung Karno ini boleh dibilang telat. Seharusnya sudah dipugar sejak dulu mengingat kondisinya sangat kurang menarik sebagai obyek wisata sejarah berhistoris tinggi.

Berdasarkan pantauan langsung Travelplusindonesia, kondisi rumah tempat Bung Karno dibuang pada masa penjajahan Belanda selama 4 tahun dari tahun 1934-1938 itu kurang tertata dengan baik. Padahal di dalam rumah tersebut banyak peninggalan bersejarah seperti peralatan rumah yang digunakan Bung Karno, termasuk sejumlah naskah drama dan lainnya serta buku-buku peninggalan. Bahkan Pohon Sukun yang menginspirasi Soekarno membuat lima sila Pancasila saat melihat pohon bercabatang lima itu hingga kini masih berdiri tegak dan dirawat oleh Pemkab Ende.

Bila pemugaran situs ini benar-benar terlaksana dengan baik dan hasilnya maksimal, dipastikan wisatawan baik nusantara maupun mancangera akan lebih tertarik untuk berkunjung ke situs tersebut mengingat Ende menjadi pintu masuk wisata ke Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna dan juga ke obyek-obyek wisata lain di Flores Timur serta ke Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo di Flores Barat.

Selama ini situs tersebut kurang mendapat perhatian pengunjung, hanya segelincir wisatawan tertentu saja yang datang. Pasalnya, selain obyeknya kurang terawat dan apa adanya, promosinya juga kurang gencar padahal lokasinya di pusat Kota Ende.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ucu, Pusformas Kemenbudpar & Dok.ist

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP