Hippun Adat Khas Kerajaan Sekala Brak Potensial Jaring Wisatawan, Ini Pemikatnya
Tradisi Hippun Adat yang dilaksanakan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak di Kabupaten Lampung Barat setiap tahun, potensial menjaring wisatawan. Sekurangnya ada 5 pemikatnya, salah satunya dihadiri 4 sultan dar 4 paksi yang tergabung dalam Kerajaan Sekala Brak.
Pemikat lainnya, Hippun Adat yang merupakan acara penyampaian hasil musyawarah adat keempat kepaksian Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak yakni Kepaksian Pernong, Bejalan Di Way, Nyerupa, dan Kepaksian Buay Belunguh berupa harapan, keinginan, dan sumbang saran kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat ini kerap dihadiri Bupati Lampung Barat atau wakilnya.
Di tambah sejumlah undangan dan perwakilan dari kementerian terkait, terutama Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Pakaian yang dikenakan keempat sultan atau wakilnya pun punya daya pikat dengan ciri khas masing-masing.
Begitupun para tamu utama, harus mengenakan sarung kain tapis dan tukus atau peci tradisional yangn bagian atap depannya berbentuk runcing. Bahkan undangan dan sejumlah awak media yang meliput diharuskan mengenakan sarung gantung dan peci.
Lokasi acaranya setiap tahun bergantian di 4 kepaksian tersebut. Apalagi diadakan di gedung dalom milik kepaksian.
Tahun ini, Hippun Adat 2017 yang diadakan bersamaan dengan Festival Sekala Brak (FSB) IV yang digelar Pemkab Lampung Barat dan didukung Kemenpar pun digelar di Gedung Dalom Kepaksian Bejalan Di Way, di Jalan Negeri Ratu, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, pada Rabu, (2/8).
Gedungnya saja punya daya pikat tersendiri lantaran unik berupa rumah adat berukuran besar khas Lampung Barat yang sudah berusia ratusan tahun namun sudah dua kali direnovasi, terakhir direnovasi tahun 2015 lalu.
Rumah panggung berukuran besar tersebut terbuat dari kayu kemit dan kelutum ini berluas 12 X 25 Meter di atas lahan seluas sekitar setengah hektar.
Rangkaian acaranya pun memikat. Pertama, sambutan tamu istimewa yang diundang khusus.
Kali ini perwakilan dari Kemenpar, disambut dengan menggunakan alam gemasol, semacam tandu namun tidak beralas dengan hiasan kain sulaman berwarna kuning dan emas.
Tamu tersebut pun dipayungi tudung payung berwarna kuning dari tengah jalan sekitar 50 meter menuju Gedung Dalom.
Setelah semua sultan dan para tamu udangan hadir, acara dimulai dengan persembahan tarian selamatan datang yang dbawakan sejumlah penari perempuan berpakaian berwarna kuning dan merah sambal membawa kipas ditambah penari laki-laki yang membawa tudung payung tudung juga berwarna kuning.
Dilanjutkan dengan doa bersama, kemudian pembacaan/penyampaian hasil musyawarah dari para 4 kepaksian yang diadakan sehari sebelumnya.
Selepas itu, tuan rumah dalam hal ini Kepaksian Bejalan Di Way yakni Salayar Akbar selaku Sultan Jaya Kesuma IV menyampaikan kata sambutan dan ucapan selamat datang kepada para sultan dan para tamu undangan.
Kemudian giliran pihak dari Pemkab Lampung Barat memberikan kata sambutan.
Setelah itu makan siang bersama dengan aneka sajian menu khas Lampung Barat.
Sajian makannya pun memiliki daya pikat tersendiri, ditempatkan dalam tudung saji yang dihias sedemikian rupa dan ditutupi plastik putih.
Deretan tudung saji berisi bermacam lauk pauk seperti iwa (ikan) bakar, tumis kerang, nasi, dan lainnya itu diletakkan di dalam gedung dalom sebelum disantap bersama.
Sebelum bersantap, para sultan, pemda, perwakilan Kemenpar, dan tamu undangan dihibur dengan sebuah tarian yang dibawakan tiga penari anak-anak.
Salayar Akbar selaku Sultan Kepaksian Bejalan Di Way yang bergelar Sultan Jaya Kesuma IV menjelaskan Hippun Adat yang digelar setiap tahun dalam rangka menyambut Hari Jadi Kabupaten Lampung Barat sebagai salah satu upaya melestarikan adat masyarakat Lampung Barat yang sudah ada sejak lama dan turun-temurun.
Salayar membenarkan acara ini potensial menjaring wisatawan baik lokal, nusantara maupun asing lantaran memiliki beberapa daya pikat.
“Kalau untuk wisatawan lokal sudah pasti banyak yang datang. Sedangkan wisatawan nusantara masih dari tamu-tamu yang diundang. Sedangkan wisatawan asing biasanya datang langsung ke gedung dalom di luar Hippun Adat,” terangnya seraya berharap promosi dan publikasi Hippun Adat yang menjadi rangkaian acara FSB harus lebih gencar lagi untuk tahun-tahun mendatang.
FSB merupakan perhelatan tahunan yang lebih menitikberatkan kepada kebudayaan asli masyarakat Lampung Barat.
Festival yang mendapat dukungan dari Kemenpar lewat Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara tahun ini diramaikan dengan enam acara utama, salah satunya Hippun Adat dan tiga acara pendukung (supporting events).
FSB IV tahun ini berlangsung selama sepekan sejak 31 Juli hingga 6 Agustus 2017 yang dipusatkan di Kawasan Sekuting Terpadu, Gedung Dalom Paksi Bejalan Di Way, dan Tugu Ara Liwa, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) serta Kecamatan Lumbok Seminung.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Kepaksian Bejalan Di Way tuan rumah pelaksanaan Hippun Adat 2017.
2. Gedung Dalom Kepaksian Bejalan Di Way, Lampung Barat.
3. Aneka makanan utama untuk para sultan dan tamu undangan VVIP dalam Hippun Adat.
4. Salayar Akbar, Sultan Kepaksian Bejalan Di Way yang bergelar Sultan Jaya Kesuma IV.
5. Tarian penyambutan para sultan dan tamu undangan dalam Hippun Adat.
6. Perwakilan dari Kemenpar disambut secara adat untuk ikuti Hippun Adat 2017, salah satu acara utama Festival Sekala Brak IV di Lampung Barat.
0 komentar:
Posting Komentar