Charles Bantu Garap Destinasi Danau Toba dengan Manajemen Cinta
Danau Toba ditetapkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai salah satu dari 10 Bali Baru. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menargetkan dengan penetapan ini, Danau Toba harus dapat menjaring juta wisatawan mancanegara (wisman) hingga 2019.
Sebagai pria berdarah Batak, presenter televisi senior dan tersohor, Charles Bonar Sirait (45) merasa terpanggil untuk membantu menggarap Danau Toba agar target itu bisa tercapai.
Charles mengaku bersemangat menggarap destinasi wisata Danau Toba dengan Manajemen Cinta.
“Saya memang lahir, tumbuh dan besar di Jakarta. Tapi kedua orangtua saya lahir di sekitar Danau Toba. Saya masih sering balik ke Danau Toba. Saya cinta Danau Toba, ketika diajak untuk urusan Toba dengan senang hati saya ikut serta dan memberanikan diri memberi masukan kepada Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya yang sangat bersemangat membenahi Danau Toba,” terang Charles dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan kedua yang digelar Kemenpar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (28/4).
PR Consultant andal ini memaparkan beberapa konsep untuk mempromosikan Danau Toba, sesuai tagline yang digulirkan Kemenpar yakni Visit Lake Toba Geopark.
Langkah pertama yang dilakukannya dengan membuat dan meluncurkan beberapa buku yang erat kaitannya dengan Danau Toba.
Ada tiga buku yang akan diterbitkannya bersama beberapa penerbitan buku yakni novel berjudul Gorga Toba, buku Pesona Ulos Toba, dan buku Membangun Pariwisata Toba.
“Saya berharap ketiga buku ini dapat memperkenalkan Danau Toba sekaligus meningkatkan daya tarik Danau Toba, seperti efek positif bagi pariwisata yang tebarkan buku Laskar Pelangi untuk daerah Belitung,” terang Charles.
Novel Gorga Toba, Dari Samosir Menuju Delf, Belanda, lanjut Charles merupakan kisah nyata seorang anak Batak dari keluarga miskin yang terpaksa menjadi joki koil di Danau Toba namun berkat kegigihan dan kecerdasannya, orang itu berhasil meraih pendidikan tingkat dunia hingga negeri Belanda. “Orangnya masih hidup, tapi dia tidak mau disebutkan jati diri dan namanya,” aku book writer ini.
Langkah kedua menggelar berbagai even berkelas internasional untuk menjaring wisatawan baik nusantara maupun mancanegara dengan memanfaatkan sumber daya khas Toba, misalnya festival musik, fashion show, kuliner, dan lainnya.
“Korea saja mampu menarik wisatawan dengan mempromosikan sekolah pembuatan kimchi. Kita harusnya bisa membuat orang tertarik datang ke Danau Toba dengan mengadakan even khusus membuat makanan khas Toba, seperti arsik dan lainnya,” ungkapnya.
Selanjutnya, Charles berencana membuat berbagai kegiatan roadshow untuk memperkenalkan Visit Lake Toba Geopark ini antara lain kompetisi pemandu wisata, mengadakan pemilihan duta wisata Danau Toba, membuat kompetisi pelayanan hotel di sekitar Danau Toba lalu diberi penghargaan untuk memacu para pelaku usaha agar lebih baik hospitality-nya, dan lainnya.
“Juru wisata dan duta wisatanya diharapkan orang lokal terutama anak muda yang sosoknya mampu mempresentasikan Danau Toba dengan baik, mahir berbahasa asing, minimal Bahasa Inggris, dan lainnya,” detilnya.
Langkah lainnya, lanjut Charles menggelar diskusi dengan mengundang komunitas atau orang-orang Batak yang sukses di perantauan dari berbagai profesi seperti profesional, pengusaha, birokrat, dan lainnya yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya serta pihak Kemenpar sebagai narasumber.
“Diskusi ini bisa membahas sejarah Danau Toba, memberi masukan untuk menggaungkan Visit Lake Toba Geopark, dan lainnya dengan menyuguhkan kuliner khas Toba. Rencananya akan digelar mulai Juni 2016 di Jakarta,” ujar pembawa acara/MC kawakan ini.
Dalam mempromosikan Visit Lake Toba Geopark, Charles mengaku akan selalu mengikutsertakan Gondang, Ulos, dan Tortor. “Ketiga budaya Batak itu harus ada dalam setiap kegiatan. Kalau tak ada ketiganya, bagai garam tanpa sayur,” akunya.
Charles pun mengaku mengadopsi langkah 3A yang dipakai Kemenpar dalam membenahi destinasi Danau Toba, yakni Atraksi, Aksebilitas, dan Amenitas.
Menurut TV Host papan atas ini masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari konsep 3A tersebut. Untuk Atraksi misalnya terkait suguhan atraksi budaya Batak masih perlu dikemas lebih menarik lagi.
Sedangkan Aksesibilitas, masih harus terus ditingkatkan kendati saat ini sudah jauh lebih baik dengan adanya penerbangan langsung (direct flight) P/P Jakarta-Silangit oleh maskapai Garuda Indonesia.
“Dulu wisatawan yang datang ke Danau Toba harus ke Medan lalu menempuh jalan darat 4-5 jam. Tiba di Danau Toba sudah sore, apa yang mau dilihat, sudah kelelahan pula. Kini dengan adanya Silangit, cuma sekitar 45 menit sudah sampai Toba,” akunya.
Menurut Public Speaking Coach ternama ini, langkah-langkah manajemen cinta untuk menggarap destinasi Danau Toba di atas, bertujuan untuk mengangkat pamor pariwisata Danau Toba ke pentas dunia dan sekaligus sebagai upaya meningkatkan kunjungan wismannya “Menpar saja begitu bersemangat, saya akan mengerahkan satu juta anak muda untuk mendukung di belakangnya,” pungkas Charles.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Captions:
1. TV Host/Presenter kawakan, MC papan atas, PR Consultant, dan Public Speaking Coach ternama sekaligus Book Writer berdarah Batak, Charles Bonar Sirait
2. Bersama Menpar Arief Yahya menghadirkan Gondang, Ulos, dan Tortor saat menyampaikan konsep managemen cinta untuk menggarap destinasi Danau Toba di JCC, Jakarta
3. Pemberian sekaligus pemakaian Ulos kepada Menpar Arief Yahya.
Captions:
1. TV Host/Presenter kawakan, MC papan atas, PR Consultant, dan Public Speaking Coach ternama sekaligus Book Writer berdarah Batak, Charles Bonar Sirait
2. Bersama Menpar Arief Yahya menghadirkan Gondang, Ulos, dan Tortor saat menyampaikan konsep managemen cinta untuk menggarap destinasi Danau Toba di JCC, Jakarta
3. Pemberian sekaligus pemakaian Ulos kepada Menpar Arief Yahya.
1 komentar:
Posting Komentar