Mau Terapkan Teknik Pendakian Ultralight? Ini Sederet Tipsnya
Setelah tektok, beberapa tahun belakangan ini istilah ultralight marak terdengar di Indonesia dalam konteks pendakian gunung.
Apa sebenarnya arti ultralight itu? Apa pula yang dimaksud dengan teknik pendakian ultralight (ultralight hiking) dan peralatan mendaki gunung apa saja yang masuk kategori ultralight?
Dalam bahasa Indonesia, ultralight berarti "sangat ringan". Dalam lingkup pendakian, istilah ini merujuk pada peralatan pendakian yang didesain lebih ringkas, ringan, dan lebih praktis untuk mengurangi berat beban yang dibawa.
Istilah tersebut juga tidak hanya terkait peralatan pendakian gunung pun bisa kegiatan luar ruang (outdoor) lain seperti dalam olahraga memancing ada yang namanya alat joran ultralight; dalam olahraga dirgantara paralayang ada parasut paralayang ultralight, contohnya Parasut Paralayang Ozone Ultralite 4; dalam balap sepeda ada helm sepeda ultralight; dan lainnya.
Berdasarkan pengamatan TravelPlus Indonesia ditambah data dari berbagai sumber, pengertian teknik pendakian ultralight secara umum adalah teknik pendakian yang membawa semua peralatan mendaki gunung yang sudah ultralight atau paling tidak semi ultralight, dimana setiap peralatannya mempertimbangkan efisiensi dan massanya sehingga beban beratnya berkurang namun tidak sampai mengurangi fungsi utamanya.
Intinya pendakian ultralight itu pendakian yang menggunakan dan atau membawa peralatan yang lebih ringkas, ringan, dan lebih praktis dibanding peralatan non ultralight (konvensional) namun tetap mengindahkan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
Peralatan utama mendaki gunung yang ultralight terdiri atas ransel; tiga peralatan kemah/tidur yakni tenda, matras, sleeping bag serta seperangkat alat masak, dan jaket. Boleh dibilang the big six ini paling menentukan dalam pendakian ultralight.
Ransel ultralight adalah ransel yang lebih ringan, bahan berkualitas, dan tahan lama daripada tas cartier besar konvensional. Kendati begitu ransel ultralight yang akan digunakan kapasitasnya harus disesuaikan dengan jumlah peralatan yang dibawa dan lama waktu (durasi) perjalanan.
Dalam pendakian konvensional (nge-camp) dengan durasi perjalanan 2 hari 1 malam biasanya menggunakan cartier 60 liter lengkap dengan membawa peralatan kemah/tidur. Tapi dengan pendakian ultralight bisa memakai ransel 35 liter. Kenapa bisa begitu? Karena tenda, matras, sleeping bag, alat masak, dan jaket gunung yang dibawa dalam pendakian ultralight tentunya juga sudah ultralight.
Contoh ransel ultralight antara lain Naturehike Rock NH19BP095 yang berkapasitas 60 liter ditambah 5 liter untuk ruang ekstra; Tas Gunung Manjaro (60+10 liter), dan Consina Queenstow berkapasitas 50 liter dengan berat sekitar 1 Kg;
Tenda ultralight adalah tenda yang jauh lebih ringan daripada tenda konvensional. Beratnya tak sampai 1 Kg tetapi tetap aman dan nyaman.
Contohnya antara lain tenda jenis trap atau trap tent produksi terbaru dengan tambahan antara lain layer untuk melindungi dari hujan dan angin (kapasitas 2 orang); 3F UL Gear Lanshan 2P Lancer; Naturehike Vanyon 1P NH22ZP020 Ultralight tent (kapasitas 1 orang); dan Firemaple Ultralight Tropics 2 Person Backpacking Tent.
Matras ultralight adalah matras yang ringan dan mudah di-packing dibanding matras corak (lembaran hitam) dan matras lipat.
Contohnya antara lain matras berbahan alumunium foil yang juga mampu memberikan efek rasa hangat; Matras Angin Sleeping Pad Single Ultralight Camping Naturehike; dan kasur matras tidur angin ultralight hiking Klymit Insulated Static V Sleeping Pad.
Sleeping bag (SB) ultralight adalah SB yang ringan tetapi tetap hangat dipakai. Contohnya Bigadventure Natuna Reborn SB; Bogaboo Sleeping Bag Busyra, EIGER Sleeping Bag Rect Pilot 250 US, Arei Outdoorgear Tikar Polar V2, dan Naturehike Sleeping Bag Envelope with Hood.
Seperangkat alat masak ultralight adalah alat masak yang ringan dan ringkas seperti nesting bulat dan kompor kecil dengan bahan bakar gas atau spiritus yang mudah dibawa. Contohnya BRS-3000T Ultra-Light Stove, Fire Maple FMS-300T Titanium Stove, MSR PocketRocket 2 Stove, Soto Amicus Stove, Campingmoon Mini Folding Stove XD-2-NE, dan Kovea Camp 1 Stove. Selain itu juga ada kompor gas ultralight dari merek Naturehike, ALLTREK, dan SPEEDS.
Jaket ultralight adalah jaket gunung yang didesain pocketable, simpel, anti air/windproof, ringan, dan tidak makan banyak tempat. Contohnya jaket bulu angsa ultralight down, jaket berbahan polar atau goretex yang tidak terlalu tebal tapi mampu menghangatkan, truelight ultralight jacket brand wildshell, dan lainnya.
Selain the big six tersebut, apa lagi? Pokoknya semua yang dikenakan dan dibawa harus menerapkan konsep ultralight yakni yang lebih ringkas, ringan, dan lebih praktis, termasuk itu pakaian ganti, sepatu; handuk; peralatan makan (piring, gelas, sendok, dan garpu); peralatan penerang (senter/headlamp, lampu tenda); tempat air; dan tempat P3K standar.
Bukan cuma peralatan, logistik pun bisa diterapkan secara ultralight. Selain memilih jenis makanan yang praktis dan bisa langsung dimakan antara lain aneka sosis, nasi bungkus (lauk terpisah) atau lontong yang dibeli di warung yang ada di basecamp jalur pendakian untuk bekal makan siang (jadi pas waktu makan siang tidak perlu repot lagi masak).
Pilihan lainnya membawa logistik lauk siap saji, seperti abon sapi/ayam, sarden ikan (tinggal dihangatkan), dan atau aneka ransum tentara serta beberapa makanan ringan atau snack yang juga ringkas dan ringan.
Dalam pendakian ultralight tidak membawa terlalu banyak logistik mentah apalagi yang berat dan makan tempat serta proses memasaknya memakan waktu, banyak air, dan boros gas. Namun jumlah logistiknya tetap disesuaikan dengan durasi pendakian.
Ada Kualitas Ada Harga
Pernyataan umum yang mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik, biasanya harus membayar lebih mahal itu juga berlaku untuk peralatan pendakian ultralight. Semakin tinggi kualitas peralatan ultralight tersebut, biasanya semakin tinggi pula harganya. Mungkin tidak semuanya begitu.
Nah, buat Anda yang ingin menerapkan pendakian ultralight, mulailah meng-upgrade peralatan pendakian dengan yang ultralight mulai sekarang. Kalau anggaran Anda terbatas, untuk sementara cari yang semi ultralight terutama peralatan the big six sebagaimana tersebut di atas.
Solusi lainnya dengan menyewa the big six ultralight tersebut di rental outdoor. Siapa tahu beberapa item dari the big six tersebut tersedia dan disewakan.
Peralatan pendakian ultralight, bisa Anda beli di toko outdoor secara offline maupun online.
Cara lain, mengunjungi pameran perlengkapan outdoor seperti Indofest 2025 yang berlangsung di Hall B, JICC Senayan, Jakarta selama 4 hari mulai 12-15 Juni.
Di pameran berpredikat "Lebaran Anak Outdoor' tersebut, Anda bisa nge-war aneka produk outdoor yang sudah masuk kategori ultralight atau paling tidak yang semi ultralight artinya beratnya lebih ringan dibanding non ultralight.
Lalu pendakian ultralight cocok buat pendaki rentang usia berapa? Sebenarnya semua tentang usia boleh-boleh saja menerapkannya, terlebih mampu memiliki minimal the big six peralatan ultralight.
Tapi kalau boleh TravelPlus Indonesia sarankan, sebaiknya ultralight hiking diterapkan oleh pendaki yang sudah masuk kategori jelang lanjut usia (lansia) mulai dari 50 tahun ke atas dan lansia (60 tahun ke atas). Kenapa? Karena faktor"U" tidak bisa bohong, stamina rentang usia tersebut rata-rata tak setangguh dulu, jadi harus tahu diri.
Bisa juga diterapkan oleh pendaki dewasa (30-50 tahun) namun memiliki permasalahan di persendian lutut dan lainnya sehingga tak mampu membawa beban terlalu berat.
Nah, buat pendaki muda belia (dari tingkat SMA-mahasiswa dan umum) dengan rentang usia belasan sampai 30 tahun yang tidak memiliki kendala/kekurangan fisik, sebaiknya menerapkan pendakian konvensional (membawa peralatan mendaki gunung non ultralight) mengingat staminanya masih tokcer serta sekaligus bermanfaat sebagai latihan fisik dan mental.
Apapun teknik pendakian yang Anda pilih, baik itu pendakian konvensional (nge-camp di camp area gunung) atau pendakian tektok (tanpa nge-camp) maupun pendakian ultralight, muaranya haruslah sama yaitu menerapkan atau mengindahkan pendakian pro konservasi atau pendakian yang ramah lingkungan.
Apa saja itu? Mungkin ini sudah berulang kali TravelPlus Indonesia sampaikan baik dalam tulisan, konten video, dan captions bahkan lirik lagu, yakni minimal setiap pendakinya membawa turun sampah logistik sendiri, tidak vandalisme, dan tidak mencemarkan sumber air selama melakukan pendakian gunung dimanapun.
Selamat menerapkan pendakian ultralight yang pro konservasi. Semoga tulisan ini bermanfaat🙏.
Naskah & foto: Adji Jaberio Tropis #adjitravelplus IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id, YouTube @kelana180
Captions:
1. Saat solo hiking Gunung Penanggungan, TravelPlus Indonesia terapkan teknik ultralight hiking (pendakian ultralight), salah satunya dengan membawa trap tent (tenda trap) dan logistik praktis selaras konsep ultralight.
2. Suasana camp area di Pos 3 Gunung Aseupan, Pandeglang, Banten.
3. Salah satu jenis kompor gas ultralight.
4. Pameran Indofest bisa menjadi tempat alternatif membeli aneka produk berkonsep ultralight.
5. Pendakian ultralight tetap mengindahkan ramah lingkungan, salah satunya menjaga kebersihan sumber air (mata ayek) seperti yang ada di jalur pendakian Gunung Dempo.
0 komentar:
Posting Komentar