Tradisi Meudike Maulid di Aceh Bisa Mendunia Seperti Tari Saman, Asal…
Apa yang lagi bergema di Aceh saat ini? Tentu saja serangkaian acara terkait Sail Sabang 2017 yang akan digelar 28 November hingga 5 Desember dengan puncaknya pada 2 Desember mendatang. Sebenarnya, sekarang pun di Tanah Rencong ini tengah dan akan berlangsung Meudike, yaitu tradisi memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW di Beluen Maulod (Bulan Maulid).
Sayangnya lantaran tidak dikemas menjadi sebuah festival atau culture event dan kurang ter-expose, membuat gaung Meudike tenggelam oleh gegap gempita pemberitaan seputar persiapan Sail Sabang 2017.
Padahal Meudike sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat Aceh secara turun temurun serta punya daya tarik tersendiri sebagai sebuah tradisi maupun lomba.
Selain Bulan Suci Ramadhan, Bulan Maulid atau Rabiul Awal merupakan bulan yang istimewa dan kerap dinanti-nantikan/dirindukan bukan hanya masyarakat Aceh di gampong-gampong (kampung-kampung), pun para perantau Aceh di berbagai daerah di Indonesia, lantaran ada Meudike.
Jujur, TravelPlus Indonesia sendiri belum melihat secara langsung seperti apa itu Meudike di Aceh.
Selama ini baru sebatas menikmatinya di Youtube dan social media lainnya, termasuk melihat video Meudike yang ditayangkan di akun Instagram-nya @acehinfo, Jumat (24/11).
Dalam captions di bawah video tersebut dijelaskan bahwa Meudike jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, artinya berzikir.
Gerekan Meudike-nya bervariasi. Ada gerakan duduk dan berdiri, membaca shalawat, kitab berzanji, dan menyampaikan pesan-pesan agama dalam Bahasa Aceh maupun Bahasa Indonesia.
Dalam captions di bawah video tersebut dijelaskan bahwa Meudike jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, artinya berzikir.
Gerekan Meudike-nya bervariasi. Ada gerakan duduk dan berdiri, membaca shalawat, kitab berzanji, dan menyampaikan pesan-pesan agama dalam Bahasa Aceh maupun Bahasa Indonesia.
Video karya @darmanbr yang sudah dilihat sebanyak 7.545 warga net itu memang sangat menyita perhatian. Terlihat ada ratusan remaja atau pemuda Aceh tengah melakukan Meudike dengan kompak.
Di lingkaran bagian paling tengah atau lingkaran pertama diisi 6 pemuda memakai kaos berwarna hijau dengan selendang bendera Merah Putih yang melintang di badan.
Di lingkaran lapis kedua ada sekitar 30-an pemuda mengenakan kaos berwana kuning, selanjutnya di lingkaran lapis ketiga juga ada sekitar 40-an lebih pemuda yang memakai kaos berwarna hijau. Sedangkan di lingkaran lapis keempat ada 50-an pemuda yang mengenakan kaos putih polos lengan panjang. Semuanya seragam memakai peci/kopiah berwarna putih.
Posisi semuanya duduk bersila. Sambil bershalawat mereka melakukan gerakan mengangguk-anggukkan kepala ke bawah lalu ke kiri dan ke kanan secara bersamaan. Kemudian berganti gerakan menundukkan kepala, dimulai dari pemuda di lingkaran pertama, disusul peserta di lingkaran kedua dan seterusnya.
Kalau diperhatikan gerakannya seperti bunga yang tengah menguncup lalu merekah. Kalau dilihat dari atas, bak terumbu karang yang bergerak-gerak terbawa arus di dasar laut. Wow fantastik.
Dari sumber lain yang TravelPlus Indonesia peroleh, menilai banyak makna positif yang terkandung dalam Meudike, antara lain ada semangat silaturahmi/kebersamaan/kegotongroyongan.
Pasalnya masyarakat Aceh secara bersama-sama mempersiapkan pelaksanaan Meudike jauh-jauh hari.
Saat pelaksanaan warga pun membawa nasi, lauk-pauk, es, bermacam buah dan kue untuk dimakan bersama selepas Meudike, lalu sisanya dibawa pulang.
Meudike umumnya dilakukan pada malam hari. Sementara untuk Meudike siang diadakan hanya satu hari dan boleh dibilang menjadi puncaknya perayaan maulid Nabi ini.
Saat Meudike siang, warga menyiapkan dalong atau keranjang rotan dengan isi berbagai macam lauk pauk dan buah yang sudah disusun rapi di dalamnya.
Keranjang rotan tersebut ditutup selembar kain bermotif atau disebut sangai sehingga keranjang itu berpenampilan cantik.
Dulu nasi yang disediakan dalam Meudike berupa nasi yang dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk piramida atau disebut bentuk bu kulah. Namun belakangan, masyarakat lebih memilih menggunakan nasi kotak atau nasi bungkus karena dianggap lebih praktis.
Ada juga Bulukat atau Pulut dan Nasi Minyak yang beraroma harum karena dimasak dengan bermacam rempah-rempah khas Aceh.
Di beberapa kampung, Meudike pun diperlombakan. Kelompok maulid yang paling kompak gerakannya, menarik kostumnya, dan fasih bacaannya akan dinobatkan sebagai pemenang.
Saat melihat video Meudike yang dinamis seperti tersebut di atas, entah kenapa benak saya langsung teringat Tarian Saman dari Gayo-Aceh yang energik dan namanya sudah mendunia.
Lalu timbul pertanyaan yang mengusik. Kenapa Tari Saman bisa mendunia sementara Meudike tidak, tepatnya belum?
Jangankan mendunia, me-nasional saja Meudike belum. Boleh dibilang masih sebatas masyarakat Aceh saja yang tahu dan orang-orang non-Aceh yang menyenangi tradisi budaya khususnya.
Padahal menurut TravelPlus Indonesia, kalau Meudike itu dikemas dalam sebuah event berskala nasional misalnya belabel Meudika Kolosal Pecahkan Rekor MURI, sebagaimana sukses dilakukan oleh belasan ribu tepatnya 12.262 penari Saman pada acara bertajuk Tari Saman 1001 di Stadion Seribu Bukit, Blangkeujeren, Gayo Lues, Minggu, 13 Agustus 2017 lalu, pasti Meudike tak kalah heboh.
Bisa kebayang, ada ribuan pemuda Aceh dari berbagai penjuru Aceh melakukan Meudike membentuk lingkaran dan gerakan serempak di lapangan terbuka dengan kostum yang berbeda warna, wow pasti benar-benar keren dan spektakuler.
Apalagi kemudian ter-expose luas di jejering sosial dan media massa, tentu akan cepat melejitkan dan menduniakan Meudike.
Terlepas dari dalil yang membolehkan ataupun yang melarang perayaan maulid karena masih ada perbedaan pendapat para ulama, TravelPlus Indonesia sangat yakin kalau Meudike khas Aceh, jika dikemas secara besar-besaran, bertaraf Nasional bukan berkelas gampong, kemudian dipromosikan secara gencar lewat medsos, blogger, media massa dan lainnya, pasti bakal mengangkat nama Meudike ke tingkat yang lebih luas.
Bukan cuma itu, pun dapat menarik kunjungan wisatawan lebih banyak lagi ke Aceh saat bulan Maulid, baik itu wisatawan lokal, nusantara maupun mancanegara. Karena apa? Ya karena memang Meudike punya daya tarik kuat.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: Youtube
0 komentar:
Posting Komentar