Usai Selami Surga Bawah Laut Wakatobi, Jangan Lupa Cicipi Kasoami
Selepas snorkeling ataupun diving di Wakatobi, pasti pesut keroncongan minta diisi. Nah mumpung di Wakatobi, tak salah jika Anda memilih aneka makanan tradisionalnya, salah satunya Kasoami.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Kasoami biasa dalam kukusan unik.
2. Aneka lauk teman bersantap Kasoami.
3. Seporsi Kasoami biasa plus teman-temannya.
4. Wisnus menikmati Kasoami khas Wakatobi.
Tak sulit menemukan penjual Kaosami di Wakatobi, khususnya di Pulau Wangi Wangi. Salah satunya di warung Kasoami milik Ibu Waunga (61) yang berada di Kampung Paitunoi, Kecamatan Wangi Wangi.
Di dalam lemari kaca kecil, yang diletakkan di kedai sederhannaya di depan rumahnya, deretan Kasoami biasa berbentuk kerucut (seperti nasi tumpeng) dan Kasoami Pepe atau Kasoami Pukul berbentuk seperti Pempek Lenjer, cuma ukurannya lebih besar yang dibukus dengan plastik putih.
“Kasoami Pepe itu kasoami yang dipukul harganya 5 ribu saja. Kalau Kasoami biasa 3 ribu satunya,” ujar ibu 4 anak 9 cucu ini dengan aksen setempat kepada TravelPlus Indonesia, Rabu (26/7/2017), sehari sebelum saya mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari 10 Destinasi Pariwisata tahun 2017 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara di Patuno Hotel & Resort, Pulau Wangi Wangi Wakatobi.
Kasoami dulu pernah menjadi makanan wajib pengganti nasi. Dan sampai sekarang masih eksis, lantaran masih banyak masyarakat Wakatobi yang lebih suka makan kasoami ketimbang nasi.
“Bahannya dari singkong yang diparut. Parutannya diperas hingga kering sampai jadi ampas. Hasil ampasnya lalu dijemur di bawah terik matahari selama beberapa jam,” ujar Waunga.
Kasoami yang siap diolah, dimasukkan ke dalam kukusan, yang terbuat dari anyaman daun kelapa tua berbentuk kerucut.
“Cara masaknya mudah, cuma dikukus di kukusan. Kalau Kasoami Pepe, seteah dikukus dipukul-pukul membentuk adonan,” tambah Waunga.
Menurt Waunga, masyarakat Wakotobi biasanya menyantap Kasoami dengan bermacam lauk seperti Ikan Parende ataupun ikan bakar dan Sambal Colo-Colo khas Wakatobi.
Sayangnya di warung Waunga tidak menjual lauk pauk teman bersantap Kasoami.
Saya hanya membeli Kasoami biasa dan Kasoami Pepe masing-maing satu, dan Kue Putar atau kuu tambang Rp 10 ribu per bungkus.
Untungnya di seberang warung Waunga ada penjual aneka lauk pauk yang biasa disantap dengan Kasoami. Nama penjualnya Ibu Jamilah.
“Ini ada Sayur Kasbi atau daung singkong, Pepu'u atau tumis jantung pisang dan bunga papaya, Rakau Pandola atau sayur papaya, dan sayur labu siam, dan Ikan Cakalang Kala atau dibakar,” ujar Jamilah.
Saya pun membeli dua Ikan Cakalang Rp 15 ribu, tumis Jantung Pisang dan Bunga Pepaya Rp 5 ribu, dan Sayur Daun Singkong juga Rp 5 ribu.
Setibanya di dermaga kayu Patuno Hotel & Resort, saya bersama beberapa rekan, dibantu karyawan Resto Patuno, meracik Kasoami dengan aneka menu tersebut. Sebelum kami santap, tak lupa mengabadikannya untuk ilustrasi tulisan ini.
Usai mencicipi Kasoami dan teman-temannya itu, rasanya komplit perjalanan wisata hari ini di Pulau Wangi Wangi.
Besok, usai FGD masih ada waktu untuk mencari kuliner tradisional khas Wakatoobi lainnya seperti Luluta atau nasi bambu, Tombole, Kapusu, Ikan Parende, Kukure, Kerang Mutiara atau Kima, dan Karasi.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Kasoami biasa dalam kukusan unik.
2. Aneka lauk teman bersantap Kasoami.
3. Seporsi Kasoami biasa plus teman-temannya.
4. Wisnus menikmati Kasoami khas Wakatobi.
0 komentar:
Posting Komentar