Poltekpar Palembang Siap Pasok Kebutuhan SDM Pariwisata Berkualitas
Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Negeri Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) yang berada di Kota Pempek, Palembang sejak April mulai menyeleksi mahasiswa baru angkatan pertamanya. Jumlah mahasiswa baru yang akan diterima di politekpar ini sekitar 208 orang.
Hal itu disampaikan Kepala Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung Anang Sutono disela-sela menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (rakornas) Kepariwisataan kedua yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (29/4).
“Mahasiwa baru itu, mulai masuk kuliah sekitar tanggal 8 Agustus 2016 namun proses penyeleksiannya sejak April ini,” terang Anang.
Poltekpar Palembang yang pengelolaannya bekerjasama dengan STP Bandung ini, lanjut Anang membuka empat program strudi (prodi) yakni Studi Tata Hidang (D-III), Studi Seni Kuliner (D-III, Studi Divisi Kamar (D-III) dan Studi Pengelola Konvensi dan Acara (D-III).
Lebih rinci Anang menjelaskan Studi Tata Hidang itu bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkompetensi dalam mensupervisi usaha pada bagian penyajian makan dan minuman.
Kalau Studi Seni Kuliner, lanjut Anang bertujuan menghasilkan lulusan yang berkompetensi dan mensupervisi usaha pada bagian pengolahan makanan. “Sedangkan Studi Kamar menghasilkan lulusan berkompetensi dalam mensupervisi operasional pada bagian Divisi Kamar,” terangnya.
Berikutnya Studi Pengelola Konvensi dan Acara bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki usaha pada bagian MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) serta Manajemen Event.
Adapun teknis kuliahnya menekankan pada pencapaian ketrampilan dari sebuah ilmu. Pencapaian tersebut, lanjut Anang diperkaya dengan praktik laboratorium, studi lapangan, dan praktek kerja nyata.
“Biaya kuliahnya sekitar Rp 4.150.00 per tahun. Tapi ini belum final, masing menunggu keputusan dari Kementerian Keuangan,” ujarnya.
Menurut Anang Poltekpar Palembang ini merupakan sekolah keahlian, sekolah implementasi yang kurikulumnya berstandar ASEAN.
“Jadi mahasiswa-mahasiswanya yang lulus bisa bekerja dengan mudah, tidak hanya di Indonesia, tapi juga beberapa negara di kawasan Asia Tenggara ini," ungkapnya.
Mengenai tenaga pengajarnya, sambung Anang akan menggunakan para dosen dari STP Bandung. “Kita akan kirim dosen-dosen dari Bandung untuk mengajar di sana (Poltekpar Palembang-Red),” terangnya.
Selain di Palembang, rencananya STP Bandung juga akan merancang lembaga pendidikan kepariwisataan lainnya di 10 destinasi Bali Baru yang semuanya berada di bawah Kemenpar.
Bentuk kelembagaannya, lanjut Anang, bisa berbentuk Community College, Akademi, Politeknik, dan bisa juga Sekolah Tinggi. Namun sebelum itu, pihaknya akan melakukan pendataan terlebih dulu di masing-masing destinasi Bali Baru tersebut.
“Setelah terdata, kami baru bisa menentukan bentuk kelembagaan apa yang sesuai dengan masing-masing destinasi,” ujarnya.
Menurut Anang, dia sudah mempunyai gambaran bentuk kelembagaan yang cocok bagi 10 destinasi Bali Baru itu. “Kalau Morotai dan Labuan bajo kayaknya cocok Akademi, Tanjung Lesung dan Borobudur politeknik, sedangkan Bromo Tengger, Wakatobi, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, dan Danau Toba cocoknya Community College. Tapi ini baru sekadar gambaran, cocok atau tidaknya nanti menunggu hasil pendataan terlebih dulu,” terangnya.
Poltekpar Palembang berdiri di lahan tanah yang sudah dihibahkan Pemprov Sumsel seluas 20,33 hektar. Pembangunannya menggunakan anggaran pemerintah pusat dan tahap pertama dikucurkan Rp20 miliar.
Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar, Ahman Sya menjelaskan Indonesia membutuhkan setidaknya 805.000 Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata yang punya keahlian dalam menyambut wisatawan masuk ke Indonesia tahun ini.
Selain Poltekpar Palembang, Kemenpar juga membuka politeknik serupa di Lombok, Nusa Tenggara Barat tahun ini.
Sebelumnya Kemenpar sudah memiliki empat bentuk kelembagaan pendidikan kepariwisataan yakni STP Bandung, STP Nusa Dua Bali, Akpar Medan, dan Poltekpar Makassar.
Dengan penambahan dua poltekpar itu, sambung Ahmansya kebutuhan SDM pariwisata hasil pendidikan Kemenpar akan semakin banyak.
Menpar Arief Yahya menambahkan mengapa Kemenpar harus membangun poltekpar di Palembang dan Lombok. Tak lain tak bukan tujuannya untuk memperkuat dan memperbanyak tenaga kerja di sektor pariwisata sekaligus menaikkan level kapasitas SDM pariwisata Indonesia yang siap bersaing di global standart.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar